Seutas Cerita Bahagia dari Anak Bangsa
kemarin, anda pasti sempat membaca novel penuh inspirasi tentang Sekolah Laskar Pelangi yang sempat di kisahnya oleh Andrea Hirata. Siapa yang tidak kenal beliau, seorang penulis Best Seller yang kini banyak mengusik jiwa para pembaca Indonesia, termasuk saya. Novel Laskar Pelangi merupakan salah satu novel yang di tulisnya dan sudah di filmkan di layar lebar Indonesia. Sampai detik ini, film yang sangat menginspirasi ini masih tersimpan di note book saya.
Hanya saja, saya belum kesampaian untuk pergi ke sana. Ingin sekali bertemu dengan tokoh murid-murid luarbiasa yang di ceritakannya. Bertemu dengan guru yang tulus berbagi dengan sepenuhnya, memberi hati dan jiwa kepada anak-anak Laskar Pelangi di sana. Sungguh hati ini terus menjerit ingin sekali ke tempat yang sangat menginspirasi itu. Semoga saja suatu hari mimpi saya untuk menapakkan kaki di bumi Laskar Pelangi itu terwujud, Amin.
Anda pasti tau bagaimana rasanya ketika bersekolah di kota-kota, tempat yang elit. Dekat dengan banyak kecanggihan. Dekat dengan jalan raya yang macet. Namun pernahkan anda merasakan bersekolah di sekolah yang tertinggal, jauh dari kota, jauh dari kata elit, jauh dari kerumunan orang lalu lalang atau jauh dari kata macet. Pernahkah anda mendengar cerita perjuangan anak-anak bangsa atau bahkan melihat langsung tentang sekolah yang bisa di sematkan kata Laskar Pelangi itu kepadanya?
Hari ini saya ingin berbagi kisah yang saya temukan di sekitar lingkungan hidup saya; Aceh. Silahkan menilai sendiri bagaimana keadaan dan situasi sekolah ini. Yang pasti saya hanya ingin berbagi, agar anda tahu kejadian seperti ini ada di sekeliling kita.
Beginilah keadaan sekolah yang saya dan teman-teman komunitas kunjungi kemarin. Nama sekolahnya adalah SD Swasta Cot Mambong, bertempat di Kecamatan Nisam, Kabupaten Aceh Utara. Memang bagunan sekolahnya tidak serupa bahkan jauh dari kata Sekolah Laskar Pelangi, sebagaimana di kisahkan dalam Film Laskar Pelangi. Namun ada hal yang menjadi persamaan antara sekolah ini dengan sekolah “Laskar Pelangi” Andrea Hirata, sehingga saya memulai tulisan ini dengan cerita Laskar Pelangi.
Wajah pendidikan di Indonesia itu beragam, begitu juga di Aceh. Silahkan anda memversikan sekolah yang saya ceritakan ini dalam versi sekolah yang anda mau. Laskar Pelangi kah, sekolah aneh kah, sekolah terpencil kah, hingga sekolah elit kah.
Baiklah, saya lanjut lagi.
Sekolah ini jika di lihat dari bagunannya bukanlah sekolah Laskar Pelangi. Bagunannya permanen yang terbalut dari semen dan bata. Namun yang membuat sekolah ini seperti Laskar Pelangi adalah siswanya. Siswanya yang minoritas. Dari kelas 1 s/d kelas 5 hanya berjumlah 14 orang. Hanya 14 orang saja. Kenapa ini bisa terjadi, entahlah! Yang pasti berdasarkan pemaparan Kepala Sekolah; Tarmizi S. Pd., “mungkin warga enggan menyekolahkan anaknya ke sekolah itu karena keadaan sekolah yang memang di bawah standar”.
Yang harus menjadi pengetahuan bersama bahwa sekolah ini secara label sah, dan di akui oleh dinas pendidikan. Kenapa siswanya masih minim? Mungkin takdir berkata demikian agar sekolah ini menjadi pehatian kita bersama. Sekaligus untuk membuka mata kita, bahwa fakta-fakta semacam ini masih ada di sekitar kita. Juga untuk menyadari, agar kita menikmati penididikan sebagaimana yang sudah dan sedang kita rasakan masing-masing.
Hidup Segan, Mati Tak Mau! Sepenggal kata yang tiba-tiba hadir dari Inisiator Jaroe Aceh Youth-Community; Nanda Feriana. Seketika hati saya benar-benar menyetujui dengan sungguh-sungguh kata tersebut. Setelah melihat kejadian di depan mata yang sangat menggugah hati siapa saja insan yang melihatnya. Saya yakin tidak hanya saya yang merasa hatinya tersentuh ketika melihat fenomena di depan mata yang kejadianya seperti yang saya lihat saat ini. Sungguh menggamumkan jiwa. Membuat mata terpana.
Kemarin, Kamis 17 Agustus 2017 saya dan pejuang pendidikan dari Jaroe Aceh Youth-Community (Jay-c) telah merayakan Dirgahayu Kemerdekaan Indonesia yang Ke-72 di SD Swasta Cot Mambong, Kecamatan Nisam, Kabupaten Aceh Utara itu.
Senyum dan tawa bahagia meluap seketika.
Melihat antusias mereka mengikuti upacara.
Pertama kali lagi! katanya.
Semangat mengikuti upacara meski terlihat hampa lapangan yang luas nan hijau itu ketika anak-anak minoritas yang hanya berjumlah 14 orang siswa melaksanakan dengan khidmat upacara bendera. Minoritas tidak membuat mereka kecewa ketika bersama dengan anak-anak mayoritas di SD lainnya. Dengan yakin mereka bahagia dengan keadaan yang melanda. Dengan yakin mereka sungguh sangat bahagia karena masih bisa merasakan pendidikan sedemikian rupa. Berbeda, namun tidak membuat mereka kecewa.
Melihat bahagia mereka, seolah tersirat “surat cinta” untuk semua pembaca kisah mereka.
“Selamat Ulang Tahun Indonesia, negaraku tercinta. Wahai teman-temanku di SD lainnya di seluruh pelosok Indonesia, apa kalian juga merasakan kemenangan Indonesia? Kami disini yakin, kalian juga ikut bahagia. Tetaplah berjuang menjadi anak bangsa Indonesia yang bisa mengubah dunia".
“Untuk Bapak Presiden Indonesia, Dirgahayu Merdeka, Dari Kami Anak Pelosok Bangsa. Meski jauh Bapak di sana, kami selalu mendoakan Bapak sehat sentosa. Andai Bapak tahu, kami sedang memupuk diri dengan ilmu yang tinggi agar bisa Bapak apresiasi keyakinan kami yang hakiki. Meski situasi pendidikan kami seperti ini, namun bahagia saat belajar menghitung, membaca, menggambar dan bernyanyi setiap hari akan selalu hadir bersama mentari. Terima kasih Bapak Jokowi, telah menjadi pemimpin kami”.
Bu @nurhayati , ini poto menarik, perjuangan guru melahirkan siswa-siswi yang sukses untuk masa depan Bangsa Indonesia.
Terima kasih bang @ridwant.
DIRGAHAYU KEMERDEKAAN RI KE 72, selamat berjuang para pahlawan tanpa tanda jasa, tanpamu kami bukanlah apa-apa, semoga apa yang engkau dapatkan sesuai dengan apa yang Engkau berikan, salut buatmu guru. Salam takzim dari Aku salah seorang muridmu dulu.
Terimakasih banyak atas pujiannya. Saya masih awam dan banyak kesalahan dalam menulis. Mohon masukannya bang @mukhtar.juned.
Demi Merah Putih, apapun dikorbankan oleh anak bangsa... sekali merdeka tetap merdeka
setuju abang @mushthafakamal.
saya terharu membaca tulisan ini
Terimakasih banyak atas pujiannya. Saya masih awam dan banyak kesalahan dalam menulis. Mohon masukannya bang. Agar menjadi perbaikan dalam ke depannya. Terimakasih bang.
Terimakasih banyak atas pujiannya. Saya masih awam dan banyak kesalahan dalam menulis. Mohon masukannya bang @agamsaia. Agar menjadi perbaikan dalam ke depannya. Terimakasih bang.
salam kenal
salam kenal bang @bahagia-arbi.