Pintu Pendidikan Nasional

in #indonesia7 years ago

Pintu Pendidikan Nasional

Manusia tidak luput dari ilmu pengetahuan yang bersumber dari pengalaman dan pendidikan. Manusia sebagai makhluk yang mendidik dan makhluk yang dididik. Ranah pendidikan sangat luas. Banyak hal yang kemudian perlu dikaji dan diteliti. Pendidikan berlangsung sejak di buaian hingga ke liang lahat. Prosesnya akan berganti secara kontinu jika pendidikan tersebut bersifat aktif.

Pendidikan harus di kembangkan dari masa ke masa, karena itu menjadi bagian dari pencapaian yang harus dirasakan oleh generasi selanjutnya. Peran budaya terhadap pendidikan sangat penting. Didukung oleh beraneka ragam budaya memberi banyak pilihan dalam segi mengambil rasa pendidikan itu sendiri.



Proses pendidikan dimulai dari pergaulan manusia, sebagaimana proses aliran air yang tanpa tara. Prinsip yang ditanamkan kepada seseorang akan membuah hasil sesuai dengan yang diberikan pertama kali. Jika sebuah ilmu di transformasikan kepada peserta didik secara naluriah maka akan mendukung hasil yang optimal.

Negara yang mempunyai berbagai suku, budaya, bahasa, ras, dan ideologi yang berbeda-beda ini menjadi karakteristik tersendiri. Sumber Daya Alam (SDA) bisa dijelajahi lebih dalam agar mendapat hasil yang maksimal. Namun jauh dari harapan kita bersama. Wajah buruk pendidikan masih kita rasakan sebagai cucu nenek moyang Bhinneka Tunggal Ika.

Testimoni Pendidikan

Menelisik lebih dalam dari “kesaksian bisu”, menjadi tuntutan hukum yang resmi. Menjadi hasil karya negara demokrasi. Terlalu jeli penglihatan yang di depan sehingga ke kiri dan kanan diabaikan. Terlalu kritis pemikiran sehingga hak dan kewajiban disamakan. Banyak para pejuang bangsa sedang keliru dalam memilah yang haqq dan bathil.



Kesaksian bisu tersebut terlihat disegi Undang-Undang (UU) 1945, yang kurang memuaskan dalam implementasi ke dalam kehidupan kita sehari-hari. Telah diatur sebuah tatanan yang menjadi kewajiban dari para pemerintah untuk rakyatnya secara umum. Dalam Bab Pendidikan dan Kebudayaan pada pasal 31 terdapat pada ayat (2) yang berbunyi:

“Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya.”

UU sudah mengambarkan bagaimana sebuah pendidikan harus dijalankan dalam kehidupan. Lalu apa yang terjadi? Masih banyak anak-anak berasal dari keluarga kurang mampu yang tidak bisa sekolah karena tidak ada biaya untuk membeli buku dan alat tulis lainnya. Seharusnya kesempatan kepada mereka yang kurang mendapatkan pendidikan, diberi ruang yang luas untuk mencicipi pendidikan selanjutnya. Beasiswa sangat dibutuhkan bagi mereka yang berangkat dari keluarga kurang mampu.

Padahal banyak dana untuk pendidikan yang diberikan pemerintah. Namun, dana tersebut sedikit banyaknya lenyap di tengah jalan. Mungkin karena lampu di jalan sedang padam. Hilang dibawa angin terbang atau lenyap kala hujan menerpa. Jawabanyan ada pada diri mereka para pemerhati pendidikan.

Tujuan pendidikan nasional kita berasal dari akar budaya bangsa Indonesia. Terdapat juga dalam UU Sistem pendidikan nasional (Sisdiknas) No. 20 Tahun 2003, dikatakan bahwa: “pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”

Dari uraian UU diatas sudah menjadi bukti yang hakiki. Perhatian dan pengakuan merupakan tantangan yang memerlukan respon positif dari para pemikir dan pengelola pendidikan.

Ilustrasi Nasib Pendidikan

Sedikit bayangan, hari akan berganti. Bulan saling bertemu, sehingga tahunpun akan cepat berlalu. Mereka yang mengayam pendidikan di daerah terpencil (desa) akan berbeda atmosfer yang dirasakan dengan mereka yang mencicipi pendidikan di kota. Misalnya, mereka yang di desa harus berjalan kaki berpuluh-puluh Kilo meter, menyeberangi sungai dengan jembatan sembraut (tidak layak dipakai lagi), kurangnya buku pendidikan, gedung bangunan sekolah bocor dan lain sebagainya. Keterbatasan sarana dan prasarana menjadi hal utama penghambat dalam menjembatani pendidikan kepada generasi emas Indonesia.



Sedikit perbandingan anak yang bersekolahan di desa dengan mereka di kota. Di desa, banyak anak miskin tapi punya semangat belajar yang tinggi. Tidak ada biaya, akses yang jauh menuju sekolah, integritas guru yang kurang, tapi perjuangan dan kecerdasan emosional guru desa sangat luar biasa. Mereka tetap bersedia mengajar anak didiknya dari hal terkecil walau tanpa dibarengi sarana yang memadai. Lain hal dengan anak yang sekolah di kota, mereka les ini-itu (penunjang belajar berbayar), fasilitas memadai, biaya cukup, semangat yang kurang serta guru yang tidak sepenuhnya menjadi pendidik, karena hanya menjelaskan sedikit, selebihnya sudah memadai dengan sarana yang sempurna.

Tujuan utama pendidik untuk membantu siswa mengenal dirinya sendiri, sebagai manusia yang punya variabel keunikan yang harus disalurkan lewat potensinya. Jadilah guru teragung seperti Rasulullah yang aliran pemikirannya berdasarkan Al-Quran (kebenaran). Ikhlaskanlah semua ilmu yang diberikan kepada peserta didik agar menjadi berkah dan tidak mudah lekang di hati dan ingatan siswa.

Harapan Baru

Sentral dari pendidikan ada di jari kita. Jika kita selalu menunjuk maka tidak akan maju, tapi jika jari kita bisa mengenggam maka pendidikan akan maju. Lewat jari itulah kita uraikan baitan syahdu sehingga banyak ilmu perabadan yang menjadi sejarah. Kebaikan bersama-sama kita lakukan.

Banyak harapan baru yang ingin kami rasakan. Kami sebagai pembangun peradaban dunia tidak akan berhenti mewarnai mimpi dibumi. Lewat ilmu kami akan berpetualangan dengan inovasi yang produktif dan kreatif. Globalisasi yang canggih akan menjadi energi perubahan yang kami lakukan. Izinkan kami berkiprah di negeri kami sendiri.

Kami tetap bermimpi seluas langit dan bumi. Akan tetap meraihnya walaupun sejauh pelangi, karena dengan bermimpi kami akan bisa menaklukkan dunia. Sebagaimana untaian lagu Nidji “Mimpi adalah kunci, untuk kita menaklukkan dunia, berlarilah tanpa lelah, sampai engkau meraihnya, bebaskan mimpimu di angkasa, warnai bintang di jiwa, selamanya.” Sampai ke ujung dunia akan kami kejar mimpi-mimpi yang telah berubah menjadi pelangi.

Salam
@nurhayati, Mahasiswi Ilmu Komunikasi, Universitas Malikussaleh, Lhokseumawe
Bisa dihubungi di email [email protected].

Sort:  

Kemajuan peradaban bangsa adalah kuncinya di sistem pendidikan, saya sangat setuju dengan postingan mba nurhayati ini,ini adalah pondasi dasar suatu bangsa,karakter, pola pikir dan tujuan berbangsa dan bernegara.
Menanamkan rasa kebangsaan yang kuat, kokoh dan setia, harus diberikan pada usia dini, sehingga rasa nadionalisme tidak mudah luntur.
Kepandaian dan kepinteran setinggi apapun tapi kalo rasa nasionlisme kurang serta karakter yang buruk, maka tidak ada gunanya,harusnya justru mrnciptakan pemimpin yang korup,ego tinggi dan mendewakan harta dan kekuasaan, padahal roh dan nyawa dari pendidikan adalah rasa kemanusiaan dan toleransi.
Pendidikan adalah sesuatu yang luhur dan mulia.postingan yang inspiratif dan bermanfaat, terimakasih

Terimakasih banyak.. saya menunggu kritik dan saran selanjutnya dari anda.
Terimaksih

Tuntutlah ilmu sampai ke negeri Cina, mungkin itu hanyalah ungkapan yang sangat sederhana, namun sangat bermakna @nurhayati, bagaimana tidak, dari ungkapan tersebut mengisyaratkan bahwa, tuntutan akan ilmu pengetahuan sangatlah penting, tidak kenal jarak dan waktu.
Sesuai dengan tuntunan Agama kita, tuntutlah ilmu dari ayunan sampai liang lahat.
Salam KSI

Benar banget kak @tika.chibi..
Mohon kritikk dan sarannya ya. Agar tulisan selanjutnya semakin membaik. Terimakasih

Iyaaa.. setuju dengan ungkapan anda @tika.chibi. mohon juga kritik dan sarannya ya. Agar menjadi perbaikan utk tulisan2 saya selanjutnya.

Iyaaa.. setuju dengan ungkapan anda. mohon juga kritik dan sarannya ya. Agar menjadi perbaikan utk tulisan2 saya selanjutnya.

Coin Marketplace

STEEM 0.18
TRX 0.16
JST 0.030
BTC 65989.03
ETH 2622.29
USDT 1.00
SBD 2.65