Wayang, kopi dan kerissteemCreated with Sketch.

in #indonesia6 years ago

Sejak zaman Soeharto hingga sekarang, saat aku nonton teve pukul 00:00 wib ke atas, di TVRI acaranya selalu saja wayang. Jika bukan wayang kulit, pasti wayang orang. Seakan-akan Indonesia ini cuma Jawa saja, jawasentris amat. Padahal begitu banya budaya lain di negeri ini, mengapa selalu budaya Jawa saja yang disiarkan?

Aku tidak membenci budaya Jawa dan wayang, bibiku orang Jawa. Bhinneka Tuggal Ika itu artinya adalah Bhinneka Tunggal Jawa. Semua senjata adat pada pakaian adat suku-suku lainnya berada di depan atau dipegang, sementara keris tersembunyi di belakang pinggang. Ketika kita berhadapan dengannya, ia manis dan santun sekali. Tatkala kita berbalik badan, ia langsung mencabut kerisnya di belakang pingganggya dan lalu menikam kita dari belakang. Itulah filosofi pemimpin Jawa edan Republik Indonesia. Aceh sejak era Soerkarno hingga sekarang sudah tak terhitung lagi ditusuk dari belakang oleh pemimpin Jawa edan itu. Jangan salah paham, ya. Yang edan itu pemimpinnya bukan budaya, pakaian adat, senjata adat atau kearifan lokalnya.

Tadi selepas salat Jumat turun hujan, namun tidak deras. Setelah makan siang aku menuju rumah Zulkifli, entah kenapa ia bisa dipanggil Joel, biasanya di Aceh, yang namanya demikian akan dipanggil Dun atau Dôn. Duduk musyawarah membahas rencana pernikahannya. Ia akan menikahi orang Gayo, ia pernah mengajakku untuk menemaninya ke Gayo untuk menemui kekaasihnya itu. Kami di sana 3 hari, dan selama itu pula aku tidak mandi, udaranya dingin sekali. Aku mengenakan baju kaos dan dua lapis jaket, rasanya aku seperti penjahat geografi saja "freeze." Rokok kretek dan kopi Gayo memberkati pagi dan malam kami. Maka dengan ini pemuda di kampung yang sudah tanum dan belum menikah tinggal beberapa orang lagi, seseorang diantara kami sudah sekarat, seseorang lagi menderita skizofrenia dan ia tidak bisa mendengarkan kabar gembira ini; ia bisa kumat, salah persepso juga delusi. Dan aku hanya berpura-pura bahwa belum menikah di FB, hanya di FB saja, aku tidak punya Twitter.

Aku juga sempat melihat judul berita koran halaman depan saat lewat di depan sebuah kedai minum, namun itu koran kemarin, bukan koran hari ini. Cukup melihat judulnya saja, aku tidak mau membaca isi beritanya, hanya sebatas itu aku memahami berita di koran. Koran cetak itu media basi, ia kalah cepat dengan media online, dan keesokan harinya akan menjadi sampah. Sementara berita cepat di media online, kualitasnya masih kalah dari status FB. Aku punya teman di FB, dari pada membaca koran, aku lebih tertarik membaca statusnya. Dia seorang filsuf, gitaris, pianis, cerpenis, namanya Musmarwan Abdullah. Aku berdoa semoga cerpen-cerpennya yang berserakan bisa dibukukan dan tembus penerbit mayor. Karena cerpen-cerpennya sangat halus dan terkesan tidak mengigit, tapi justru gigitan yang sangat mematikan berada di dalam kehalusan, demikianlah gaya cerpen selera orang Eropa.
"

Sort:  

Aku suka lihat foto ketiga, terlepas dari kontroversi soal baju yang dipakai...

Coin Marketplace

STEEM 0.19
TRX 0.15
JST 0.029
BTC 63665.23
ETH 2621.19
USDT 1.00
SBD 2.77