Tiga fitur seorang manusia dan Buraq
Tentang Buraq, penjabarannya adalah kuda terbang bersayap, wajahnya cantik. Mirip pegasus dalam mitos Yunani kuno. Saya sering melihat gambar Buraq, bagi saya ggambar ini amat lucu, setiap kali melihatnya saya tertawa geli di dalam hati, seperti terlempar jauh ke abad sebelum tahun masehi. Melihat atau memahami segala sesuatu secara lahiriah(materi) hanya akan membuat rasa kekecewaan yang amat parah di dalam hati. Karena matrealistik itu identik dengan kapitalisme dan komunisme. Tetapi ini zaman edan, segala sesuatu atau keberhasilan hanya dilihat dari lahiriahnya saja. Bahkan setelah mengekang nafsu selama 30 hari(puasa), kita akan memohon maaf secara lahiriah dulu(lalu baru batin). Padahal dosa itu tak bisa dilihat bentuknya secara lahiriah. Jika dosa dapat dilihat, jika setiap orang memiliki dosa sebesar gunung, kita harus mengungsi ke planet lain di luar angkasa. Ada seseorang yang berpikir secara ektrim, bahwa Isa naik ke langit menuju planet venus dalam keadaan lajang.
Tadi saya tidur, tapi tidak nyenyak, mengalami dua kali mimpi yang aneh. Setelah terbangun, saya sulit untuk tertidur lagi, lantas saya menyalakan TV. Ada film Jack Sparrow, bajak laut yang jahat ingin kehidupan yang abadi, ia menagkap seekor putri duyung yang jelita, setets air mata putri duyung itu adalah salah satu syarat untuk hidup abadi. Begitulah ceritanya. Lantas saya kembali membaca ulang sebuah cerpen karya Salman Rushdie, cerpen mengenai para filsuf. Tentang Imam Al Ghazali dan Ibnu Rushdie. Ibnu Rushdie bertemu dengan salah seorang perempuan cantik dari bangsa jin, lantas perempuan jin itu memberinya banyak sekali anak, sekali hamil ia mengandung dua puluh bayi jin. Filsafat itu merujuk kepada ilmu mantiq(logika). Di Aceh ada sebuah ungkapan seperti ini: jika kamu tidak belajar mantiq, kamu akan makan taik. Ulama-ulama impor mengingkari ilmu mantiq, bahkan mereka berfatwa: sifat 20 adalah buatan manusia jahil, bagian dungu dari pemahaman Plato dan Aristoteles. Memang benar bahwa perkembangan ilmu logika(mantiq), bermula dari para filsuf Yunani kuno itu.
Begitu juga dengan cerpen Salman Rushdie ini, Salman memahami jin secara harfiah, sementara saya memahami jin secara metafora. Alasan perbedaan pemahaman sudut pandang yang berlawanan ini pada mulanya hampir membuat saya gagal membaca hingga kelar cerpen ini. Tetapi itu hanyalah cerpen, makanya saya baca hingga selesai. Cukup menarik.
Seorang manusia itu memiliki tiga fitur, yakni: Ilmu, kehendak dan kekuasaan. Ketiga-tiganya itu adalah sifat-sifat sang Maha Pencipta yang ditunjuk dengan nama Allah. 'Alim, Murid dan Qadir. Segala sesuatu yang muncul di otak kita adalah karena ekspresi masing-masing dari fitur-fitur itu. Ilmu merujuk pada pangkalan data-data dari otak. Kehendak menunjuk kepada kapasitas seseorang untuk mengamalkan atau gairah. Kekuasaan adalah energi yang mengubah apa yang dikehendaki menjadi tindakan.
Sebagaimana kata Enistein: "sains tanpa agama buta, agama tanpa sains pincang." Saat ini kebanyakan orang Aceh adalah buta dan pincang, bahkan lebih dari itu; buta, tuli, pincang, bisu.
Pernah juga bangsa Indonesia dipimpin oleh seorang presiden yang mengalami gangguan penglihatan dan didorong oleh ajudan dengan kursi roda kala berjalan.
Sang presiden ini semacam parodi untuk mewakili umatnya yang buta dan pincang. Sebagaimana kata nabi Muhammad: "bagian adalah cerminan dari keseluruhannya."
Orang yang punya mantiq atau logika tahu, bahwa tidaklah sama orang buta dengan orang yang melihat(not equal are the seeing and the blind). Jika kita memahami sang presiden secara harfiah, maka pemahaman yang muncul adalah seperti yang terlihat. Begitu juga dengan kosa kata 'nabi' dan 'rasul', dalam Alquran kedua kosa kata ini tidak berdiri sendiri, selalu diikuti dengan Allah; nabiyullah, rasullullah. Tatkala Gusdur berkata "saya itu nabinya orang Aceh," saat ia datang ke Aceh, secara umum orang Aceh memahaminya secara harfiah seperti Mullah Iran yang menghadiahkan jutaan dollar kepada orang yang mampu menghadiahkannya kepala Salman Rushdie karena ia menulis novel kontroversi yang berjudul: Ayat-Ayat Setan(the satanic verses).
Menjelang pemilukada, bahkan di dinding kedai minum kita bisa dapati para caleg memohon atau mengemis-ngemis doa restu. Dalam filsafat hal-hal yang seperti ini amat memalukan. Pesan ketua partai komunis(Mou Tse Tung) seperti ini: "rakyat itu seperti air, kita harus seperti ikan yang berenang di dalam air." Airlah yang mengontrol ikan, bukan ikan yang mengontrol air. Sebaliknya yang saya lihat adalah mereka meratap belas kasihan pada dinding dalam format stiker, walau di atas meja kedai minum ini dipenuhi air. Namun bukan air tawar dan asin. Saya semakin mantap saja berkiblat pada mazhab politik Hana Fee.
Meninggalkan rokok sangat sulit sekali, tidak menghisapnya rasanya cemas sekali, lebih cemas dari pada memikirkan kapan mengakhiri kemalangan hidup(mejalang). Di Aceh mayoritasnya adalah mazhab Syafi'i, saya membuat surve amatiran, bahwasanya pengikut mazhab Syafi'i adalah perokok yang tangguh. Mazhab itu mungkin saja berakar dari kata Dazaha Yazhibu, yang artinya pergi. Ada 4 mazhab di dunia ini. Di akhir zaman umat islam akan terpecah menjadi 73 golongan, dari 73 golongan itu, hanya satu yang masuk surga, sisanya ke neraka. Siapakah golongan itu? Yaitu orang-orang yang mengenal Allah. Tidak punya uang rasanya seperti di neraka(neraka bumi), tidak hisap rokok, rasanya seperti sedang tersiksa di neraka. Padahal merokok membunuh saya, sudah sepatutnya saya meninggalkan rokok walau sulit. Apa lagi mazhab yang saya ikuti adalah mazhab yang tidak diakui, yakni mazhab Hana Fee.