Novel, film dan kitab suci

in #indonesia6 years ago

TADI malam saya menonton film IP Man di salah satu siaran televisi swasta. Saya sudah lama mendengarkan tentag film ini, tapi baru tadi malam saya menontonya. Film ini menceritakan tentang martial art of wingchung dan kekejaman Jepang ketika menginvasi China. Memang semua tahu bahwa di masa lalu Jepang amatlah kejam. Kekejaman Jepang dalam film ini sebenarnya mirip dengan kekerasan China semasa rezim Mouzedong. Kelaparan di China justru terjadi di awal era komunis. Kekejaman Jepang yang lebih menonjol dari Jepang adalah perbudakan seks, yang di Jawa atau Asia Tenggara dikenal sebagai Jugun Ianfu--saksi hidupnya masih ada di Jawa.

Film yang mengambil tema sejarah; film sejarah. Film dan sejarah adalah dua hal yang berbeda. Film, ya, tetap film, tunduk pada selera pasar dan produser. Sementara sejarah, ya, sejarah, ditulis oleh pemenang sehingga history lebih ke his story.

Saya tidak percaya sejarah. Justru saya lebih percaya kepada novel dari pada buku sejarah, apalagi buku sejarah yang dibuat atas kepentingan suatu rezim yang sedang mengendalikan negara saat itu. Di dalam novel begitu banyak kisah kelaparan, misalnya kelaparan di China yang disebabkan oleh komunis. Dalam novel To live karya Yu Hua, Dada Besar dan Pinggul Lebar karya Mo Yan, juga mencertakan tentang kelaparan dan kekejaman rezim komunis.

Dalam novel Cantik Itu Luka karya Eka Kurniawan, juga dijabarkan mengenai kekejaman perbudakan seks tentara Jepang di Indonesia. Milan Kundera juga begitu, dalam Kitab Lupa dan Gelak Tawa, tema seks bersifat individu pribadi, masalah utama adalah kelaparan. Sesungguhnya dalam buku biografi Ip Man, Ip Man lari ke Hongkong karena menghindari ideologi komunis, bukan kekejaman Jepang. Begitu juga Pramudya Ananta Toer, dia menyinggung kelaparan era partai komunis, tetapi malah dituduh agak kekiri-kirian.

Percayalah hampir semua buku sejarah itu omong kosong, ditulis oleh pemenang berdasarkan keinginan rezim penguasa. Sementara film sebagai hiburan (bisnis), meskipun mengandung nilai-nilai kemanusian. Kalau ingin menambah wawasan, bacalah novel. Jika ingin tahu kebenaran yang hakiki, bacalah Kitab Suci—karya sastra Agung Sang Maha Pengasih lagi Maha Penyanyang, Allah Taala.

Begitulah saya berpikir tentang tiga perkara itu; sejarah, film, dan novel. Sebagai seorang ulee bara, anak sulung, terkadang jalan pikirannya agak rumit. Tulisan saya pun agak acak-acakan, dan lebih mengarah ke fantasi, padahal bukan fiksi. Memang saya masih harus banyak belajar, membaca, dan berdisiplin dalam menulis.

Sort:  

Comment deleted

Hi @nurayrifat
Excellent article. I subscribed to your blog.
I will be grateful if you subscribe to my blog @dreladred
Good luck to you!

Coin Marketplace

STEEM 0.27
TRX 0.11
JST 0.030
BTC 69671.74
ETH 3835.28
USDT 1.00
SBD 3.49