Agama bola
MEMANG benasr sih di Eropa sana, terutama Inggirs, sepakbola adalah agama.
BEBERAPA juru fatwa memfatwa bahwa sepak bola haram, menurut mereka bola yang disepak-sepak adalah kisah kelam imam Hasan dan Husein, cucu nabi Muhamammad, kepala salah satu cucu nabi itu dipenggal di Karbalah, lantas ditendang-tendang layaknya bola.
SAAT piala dunia 2002, Arab Saudi dihajar delapan kosong oleh Jerman, mungkin kipernya Saudi itu sengaja tidak menangkap bolanya, karena pada bola itu tidak ada label halal.
KETIKA kami di pesantren terpadu dulu, kami sebagai anak taksis(setingkat SMA, masuk selepas tamat SMP). Kami membentuk sebuah klub bola yang kami namainya Ha Anaza, yang artinya adalah: Inilah kami. Nama itu diberikan oleh ustaz Syawal, wali kelas kami. Striker kami bernama Suparman, kami dan seluruh pemain yang ikut turnamaen ini, termasuk ustaz memanggilnya sebagai Superman. Posisiku sebagai kiper, pada laga pembuka, kami kalah sembilan kosong, laga selanjutnya kami kalah lima kosong, dan laga terakhir kami kalah tiga kosong. Ha Anaza, inilah kami... Suparman tidak satupun memasukkan bola ke gawang lawan, mungkin mistar gawangnya terbuat dari benda yang berasal dari planet Cyrpton, Superman akan sakit jika berdekatan dengan benda itu.
Jika engkau hendak melihat sebuah negara, lihatlah lapangan bolanya, jika hujan airnya terkenang, maka negera tersebut sering banjir. Indonesia VS Thailand, kupikir Bangkok sering juga banjir seperti Jakarta. Lapangan bola di Jepang pakai rumput buatan, barangkali ini menandakan bisnis produk alat bantu seks(sex pistol), industri film porno amat mencengangkan di sana. Begitu juga dengan katar, mereka sanggup menyulap stadion bala layaknya ruangan ber-AC, situasi politik di sana memang panas, iklam gersang. Inggris mainnya cepat, rush and kick, mungkin saja di sana memuja seks bebas dan angka statistik ejakulasi dini pria Inggris meningkat drastis.
Dalam politik tidak ada lawan atau musuh abadi; musuh bisa jadi teman; teman bisa jadi musuh. Yang ada hanya kepentingan sejati. Percaya atau tidak, kita sudah melihatnya sama-sama. Bagaimana dulunya PDI-P beraliansi dengan Gerindra, GAM berperang dengan TNI, Partai Merah beraliansi dengan partai Demokrat, atau juga kita mendukung dokter hewan dan dokter manusia sebagai gubernur, dan kemudian mencacinya. Ini bukanlah perkataanku, tapi perkataan Machiaevalli.