Merobek Perawan Hutan Secara Paksa

Sekilas terdengar kasar, tapi itulah fakta yang terjadi. Walhi Aceh merelease pada tahun 2017 seluas 26 ribu hektar kawasan hutan rusak akibat berbagai bentuk "pemerkosaan" yang dilakukan untuk berbagai kepentingan. Kepentingan bisnis, kepentingan politik, dan kepentingan syahwat ekonomi sekolompok manusia. Sehingga keperawanan hutan Aceh tercabik dan hilang dibawah nafsu Investasi, tanpa mempertimbangkan dampak ekologi.

Trauma dan gangguan kejiwaan bahasa lain dari ketidakseimbangan lingkungan dalam mengandung benih kebencanaan yang cukup besar. Dampak terbesar dari perilaku pemerkosaan itu, lahirnya berbagai bentuk bencana ekologi yang berwujud banjir, longsor, abrasi, kekeringan, dan konflik satwa dengan manusia.

Lembaga penegak hukum dan Pemerintah dalam satu sisi menjadi penikmat dan penonton aksi pemerkosaan itu, tanpa mampu berbuat banyak dan terkadang menjadi bagian dari aktor yang memerankan adegan tersebut. Sedangkan rakyat pihak penerima dampak dari lahirnya "anak haram" dari pemerkosaan itu, yaitu bencana.

Jikapun ada larangan atau penangkapan pelaku pemerkosaan, umumnya hanya berlaku bagi mereka yang dianggap lemah syahwat atau tidak mampu memberikan adegan terbaik untuk mereka. Tanpa memiliki obat kuat dan tanpa seni, maka mendekamlah mereka dalam penjara kezaliman akibat eksekusi hukum yang tajam ke bawah dan tumpul ke atas, itulah Aceh dan Indonesia.

Dalam banyak kasus, pemerkosaan dilakukan secara berkelompok, dan kelompok ini umumnya selamat dari jeratan hukum. Sedangkan mereka yang bermain tunggal, tetapi lemah syahwat kerap menjadi sorotan karena tidak mampu memainkan adegan indah. Ada juga kasus yang dilakukan oleh pihak yang berbadan hukum, dengan izin yang didapatkan melakukan pemerkosaan dengan adegan brutal. Meskipun legalitas yang didapatkan terindikasi cacat hukum, dan tidak mampu memberikan kepuasan kepada rakyat. Hanya mengutamakan kepuasan hasrat penguasa.

Selamat menikmati adegan pemerkosaan yang Merobek Perawan Hutan Secara Paksa di Aceh. Selamat juga menikmati kelincahan anak haram dalam bentuk bencana ekologi yang siap mengancam jiwa dan harta benda. Diamkan kita???