Kecewa Membawa Nikmat

lumrahmya kita sudah tahu apa itu sopir?
Ya, dia adalah manusia yang berada dibelakang setir transportasi darat, mengemban tugas mulia mengantar kita selamat jiwa dan badan sampai tujuan. Dengan ini jelaslah sudah dia adalah orang yang berwenang atas keselamatan orang-orang yang berada dalam sekujur tubuh bis, ataupun angkutan kecil, besar dan lainnya.

Dengan berjibun banyaknya angkutan saat ini, berarti beragam banyak pula tingkah para sopirnya. Dalam menyopiri angkutan berbeda pula tingkat kenyaman, tingkat keselamatan, dan tingkat kepuasan para penumpang. Semisal, kita yang berada di Aceh, umumnya disini ada beberapa angkutan yang bisa kita pergunakan untuk menempuh perjalanan jarak jauh, bus mewah seperti Sempati Star, Pelangi, Kurnia, dll. Tapi, sepertinya L300, tetap jadi primadona dimata masyarakat. Sebab L300 selain murah meriah harga, dapat pula mengantar langsung kita sampai kepintu rumah. Mungkin inilah alasan orang-orang memilihnya.

Sebab yang demikian. Penumpang pun, selain hanya duduk manis, diharuskan pula menyiapkan mental baja sebelum memakai jasa para sopir-sopir ini. Ya, " menyiapkan mental baja" apalagi jika tak sengaja mendapati sopir ugal-ugalan, suka balapan, ataupun ngebut-ngebutan.
Mual, gemetar, ditambah teriakan menjadi hal yang tidak terelakkan saat para sopir melaju dengan kecepatan tinggi dan seenaknya banting kanan, dan banting kiri.

Disaat kondisi seperti ini, kita bisa lihat sedikit fenomena menarik, penumpang tanpa adanya perintah, tanpa diberikan aba-aba. Dengan rajinnya berzikir, bersolawat sendiri, ataupun berjamaah. Dengan kata lain, jiwa raga seutuhnya diserahkan pada tuhan semata saat itu. Sebenarnya ini agak menarik ditelisik lebih dalam. Jangan-jangan sang sopir L300, ini adalah ustad yang sedang menyamar dan mungkin ini metodenya mendoktrin kita, supaya selalu ingat akan tuhan.

Jika tadi cerita tegang bersama sang sopir ugal-ugalan. Belum lengkap rasanya jika kita belum bahas story bersama sopir lemah lembut dan gemulai. Sopir yang hanya melaju pada kecepatan maksimal 30 km/jam. Rasanya dengan kecepatan seperti ini, untuk mencapai tujuan Banda Aceh, akan 2 hari lamanya.
Dan belum lagi kita diharuskan, dengan dipaksa mendengarkan musik jadulnya. Alamak, Tujuan pun lebih jauh lagi rasanya.

Jika dengan sesuatu yang tidak kita suka, biarpun waktu itu sama, tapi seperti sangat lama jarum jam berpindah dari satu angka keangka lainnya. Contoh mudahnya begini; jika duduk bersama nenek-nenek dan anak gadis waktu yang pada dasarnya sama sehari semalam ada 24 jam, akan lain lamanya. Baiklah kita tinggalkan saja nenek dan anak gadis. Kita kembali pada sopir tadi. Disini kita yang menumpang selain menyiapkan sejumlah uang sebagai pembayaran, juga harus menyiapkan banyak sabar. Karena apa? Tidak semua sopir bisa terima komplen. Disaat kita intruksi untuk segala sesuatunya, sopir menanggapi dengan kontroversi.

Nah, mau bilang apa kalau kejadiannya seperti ini. Lebih baik kan bersabar, karena disatu sisi kita membutuhkan para sopir ini, dan sisi lain pendapat kita kiranya juga didengarkan. Bahkan sekarang ada istilah keren dikalangan sopir L300 jika kita penumpang memprotes tingkah ugal-ugalannya. Katanya; kami terbang rendah tidak melaju cepat. Ah dasar sopir, terkadang mereka seperti ustad yang menyamar, sekilas mereka pun berubah jadi preman. Disetiap kejadian pasti ada hikmahnya, untuk itu mungkin ini layak kita sebut "Dalam Kecewa ada nikmatnya".

Demikianlah kisah para sang sopir untuk hari ini, semoga bermanfaat. Dan salam sehat selalu untuk semua pembaca.

Sekian dan terimakasih
@musliwadi