Yoyik Lembayung, Bukan Orang Biasa

in #indonesia7 years ago (edited)

Ini bukan tentang sajak orang biasa. Namanya Yoyik Lembayung. Beberapa hari lalu, Mas Hari Prasetyo, rekan kerja di kantor yang juga seniman teater, mengirimkan pesan WhatsApp mengabarkan bahwa Mas Yoyik menitipkan buku puisinya. "Nanti Senin saya bawa dan taruh di meja Pak Mus," kata seniman yang menjadi aktor Teater Tetas, Jakarta, ini.

steemit buku orang biasa -- foto utama.jpg

Kemarin, Selasa, 20 Februari 2018, di meja kerja saya mendapatkan amplop coklat yang di dalamnya bisa ditebak adalah buku. Pengirimnya adalah Yoyik Lembayung. Saya buka amplop itu, ternyata di dalamnya ada dua buku puisi. Buku pertama berjudul "Sajak Orang Biasa" karya Yoyik. Buku kedua berjudul "Andai Kita Bisa Mendengar Suara Alam" karya Lukman SH.

Sebelumnya, kedua buku itu telah diluncurkan di Auditorium GRJS Gelanggang Remaja Bulungan, Blok M, Jakarta Selatan, pada pertengahan Desember 2017. Saya tidak bisa hadir saat peluncuran karena ada pekerjaan yang tidak dapat saya tinggal. Peluncuran itu diliput secara luas oleh media-media nasional.

Yoyik lahir di Jakarta, 9 April 1961. Ia menulis puisi, cerpen, novelet, dan artikel yang dipublikasikan di berbagai media sejak 1980. Selain itu, ia juga menulis syair lagu, yang sebagiannya telah direkam dalam album musik. Ia memang juga dikenal sebagai penyanyi dan peggerak Kelompok Penyanyi Jalanan (KPJ). "Saya hanya orang biasa yang senang menulis puisi dan syair," kata Yoyik seperti dikutip sebuah media online.

peluncuran buku bukan orang biasa -- foto FEM Indonesia dot com.jpeg
Peluncuran buku "Sajak Orang Biasa" dan "Andai Kita Bisa Mendengar Suara Alam" | Foto Femindonesia.com

Buku "Sajak Orang Biasa" dikemas dengan luks, hard cover, memakai kertas impor Imperial 72 gram, dengan ukuran buku A5. Di mall online Bukalapak, buku ini dijual Rp. 60.000. Buku ini menghimpun 90 puisi Yoyik. Uniknya, nomor halaman pun mengikuti jumlah puisi. Jadi secara tertulis, buku ini tebalnya 90 halaman. Padahal sesungguhnya buku ini lebih tebal bisa 200 halaman.

Kok bisa? Selain tidak semua halaman diberi nomor halaman, penempatan puisi pun hanya di halaman kanan. Adapun halaman kiri dibiarkan kosong. Halaman-halaman pemisah bagian juga tidak diberi nomor halaman. Oh ya, dari 90 puisi itu, Yoyik membaginya menjadi 9 bagian. Masing-masing bagian itu menyuguhkan topik berbeda.

Dengan kata lain, ada 9 tema puisi yang yang disuguhkan Yoyik dalam buku itu. Bagian pertama, Isyarat. Kedua, Pesanggrahan. Ketiga, Lanscape. Keempat, Akar. Kelima, Syair Lama. Keenam, In Memoriam. Ketujuh, Lakon. Kedelapan, Orang Bangunan. Kesembilan, Riwayat. Judul bagiani sekaligus menjadi puisi awal yang ditampilkan di bagian itu.

Narasi yang disajikan dalam puisi-puisinya menarik. Sesuai judul buku, puisi-puisinya banyak bicara tentang orang-orang biasa dan hal-hal yang mudah ditemui dalam keseharian masyarakat. "Tema yang saya tulis kebanyakan kehidupan jalanan karena saya juga orang jalanan," tutur Yoyik. Salah satu puisinya yang menarik adalah Isyarat:

ISYARAT

Ada yang berbisik padaku
Ketika laut pasang
dan pantai kehilangan tepian

: Serak suaranya serupa camar
lagu nelayan
angin yang sasar

Ada yang berbisik padaku
ketika nasib tergadai di etalase
dan orang-orang bersetubuh di jalan-jalan

: Desah nafasnya
menggetarkan bangunan kota
nasib orang lata

Ada yang berbisik padaku
ketika kampung ditinggalkan penghuninya
dan sawah ladang tidak lagi berbunga

: Lenguh jiwanya
mengendap di tanah-tanah mati
di cangkul para petani

(Dalam bisik serupa wisik
aku mengurai larik jiwa yang sakit)

Puisi yang ditulis di Bulungan, Jakarta, pada 2010 itu, begitu jernih, terang, dengan pilihan diksi sederhana, namun begitu kuat menyampaikan keresahannya. Ia mengungkapkan realitas Indonesia dan masyarakatnya, yang dalam pandangan Yoyik, sangat miris: "pantai kehilangan tepian", "nasib tergadai di etalase", "sawah ladang tidak lagi berbunga", hingga "tanah-tanah mati".

Imaji yang disajikan dalam puisi adalah potret umum yang mudah kita temui di sekitar kita, di lingkungan kita, yang menjadi persoalan banyak orang. Sehingga puisi ini bukan hanya kegalauan Yoyik, sekaligus mewakili kegelisahan kita, alias kegelisahan banyak orang. Hidup yang makin sulit, bahkan bukan lagi "Isyarat", tapi fakta yang kini telah begitu nyata.

steemit - buku  orang biasa 2.jpg

Dalam banyak sajak, Yoyik melakukan refleksi terahdap berbsgai masalah yang melintas di pikiranya, ia rasakan, maupun yang disaksikan dan dialaminya langsung. Semua puisi, seperti saya sebut di atas, ditulis dengan cara "orang biasa", jernih, tanpa berumit-rumit, namun tetap kuat menyampaikan gagasan dan pikirannya.

Saya kira puisi-puisi dalam buku Yoyik Lembayung ini menarik pula sebagai refleksi kita terhadap berbagai persoalan itu.

DEPOK, 21 Februari 2018.
MUSTAFA ISMAIL
@musismail

Sort:  

Orangnya memang biasa Bang @musismail, tapi sajaknya luar biasa, hehehe. Mantap. Menerbitkan buku puisi adalah mimpi saya yang belum terwujud.

Saya kira perlu segera mengumpulkan puisi-puisi, lalu menerbitkan @ayijufridar. BIsa diterbitkan secara indie saja, cetak 100-200 eksemplar. Banyak teman-teman juga bikin puisi juga paling cetak 100-200. Tes pasar dulu. Sekaligus, buku adalah dokumentasi karya. Imaji, yang saya kelola bersama @willyana juga memfasilitasi teman-teman penerbitakn secara indie.

Dahsyat! Dua penulis senior Indonesia bicara penerbit. Salut!

bicara penerbitan buku. Saya kira cerpen-cerpen dan puisi herman juga perlu segera diterbtikan. minimal diniatkan untuk dokumentasi dan berbagi karya dalam bentuk buku kepada para penikmat karya kita

Kapan bisa membantu aku menerbitkan buku puisiku, Bang? Pengen....

Boleh bang @emong.soewandi. Nanti bisa ngobrol sama @willyana ya bang. Dia punya rumus untuk menghitung biaya produksi.

Terima kasih, Bang. nanti aku kontak @willyana

sip bang. Terima kasih. Sukses selalu bang.

Menarik. Aku juga orang biasa yang Suka menulis puisi. Trims sudah berbagi di sini @musismail

Nah kita semua orang biasa. Biasa menulis dengan cara yang biasa. Makasih @blogiwank

Aku juga orang biasa, tapi menulis puisi hehehe. Suka sekali puisinya. Benar yang dibilang bang Mus. Penyampaian isi puisi klimaks.

@willyana adalah orang yang biasa menulis puisi. Dan hasilnya slalu luar biasa. Btw, mana puisi barunya?

Lama nggak bersentuhan dengan puisi dari penyair langsung. Ah, rasanya kangen untuk kembali berada di ruang itu

Di Steemit WAG Budaya banyak pernyair. Nanti pasti akan ketularan lagi menulis puisi

Seniman-seniman tua dari komunitas bulungan yang terus eksis berkarya, menyemangati yang muda-muda.......

Ya mereka tetap produktif menulis. Tetap konsisten berkarya.

Coin Marketplace

STEEM 0.17
TRX 0.16
JST 0.030
BTC 59702.71
ETH 2542.73
USDT 1.00
SBD 2.54