Pulang Malu Tak Pulang Rindu
Pernah membaca kalimat "Pulang Malu Tak Pulang Rindu" ini? Jika Anda pernah melintas Pantai Utara Jawa dan menemukan truk-truk besar, tulisan semacam ini dengan mudah kita temui. Ada banyak macam kalimat ditulis di bak truk. Terkadang, kata-kata itu disertai atau menyertai gambar seseorang, biasanya perempuan, berwajah cantik dan pose yang menantang. Entah siapa yang memulainya.
Bahkan, kemudian kalimat "Pulang Malu Tak Pulang Rindu" dibuatkan musiknya oleh kelompok Armada. Beberapa baitnya seperti ini:
sudah bertahun-tahun
aku hidup di perantauan
meninggalkan cintaku
jauh dari kampung halamanaku galau, aku galau
jauh dari dirimuooh pulang malu tak pulang rindu
karena nasib belum menentu
pada siapa aku mengadu
pulang malu tak pulang rindu
Videonya bisa disimak di sini:
Unik. Kreatif. Terkadang, apa yang ditulis di bak truk itu bisa membawa kita merenung lebih jauh. Misalnya kalimat "Pulang Malu Tak Pulang Rindu", tentu tak sekedar kata-kata kosong. Ia menyimpan tenaga bagi yang "memegang" kalimat itu untuk berjuang lebih keras agar tidak malu pulang ke rumah atau kampung bagi perantau. Spiritnya luar biasa.
Lihat pula kalimat lain, "Surga di bawah kaki ibu", yang disertai gambar kaki seseorang menempel di wajah seorang anak kecil. Ini bukan kata-kata biasa, tapi narasi yang penuh kritik: betapa kekerasan terhadap anak yang dilakukan orang tuanya menjadi sangat lumrah ditemukan. Seolah-oleh ibu atau ayah sah melakukan kekerasan terhadap anaknya, dengan berbagai dalih pembenar, misalnya sebagai pelajaran atau hukuman.
Kadang kalimat itu serupa pengingat, lain kali bernada ledekan, candaan, bahkan agak nakal. Ada lagi kalimat: "2 anak cukup, 2 istri bangkrut", "Utamakan bayar utang". Baca juga kalimat ini: "Putus cinta soal biasa, putus rem mati kita." Ini juga menarik: "Ya Allah... Jauhkan aku dari ibu-ibu pake motor yang lampu sennya ke kiri tapi beloknya ke kanan."
Ini tulisan yang agak nakal: "Isteri Rela Dimadu Asal Suami Rela Diracun." Simak juga ini: "Papa pulang mama goyang", "Jangan ngaku cantik kalo belum macarin pria beristri", "Kutunggu Jandamu", dan lain-lain. Ada lagi yang lebih nakal: "Hemat pangkal kaya, rajin pangkal pandai, enak pangkal paha." Yang religius juga ada: "Doamu harapanku", "Jomblo Syar'i, Aku jomblo karena Allah", "Doa membawa berkah", dan lain-lain.
Lepas dari pada "pesan" yang ingin disampaikan, tulisan-tulisan semacam itu boleh jadi cara "orang kecil" menghibur diri sekaligus menghibur orang lain. Barangkali mereka ingin mengatakan: hidup sudah susah jangan dibikin makin susah. Mari bergembira. Pesan ini, tentu berlaku bagi kita, ikan-ikan kecil atau plankton di dunia Steemit: jangan terlalu memikirkan dolar, mari ketawa lebar. Haha...
JAKARTA, 2 Maret 2018
MUSTAFA ISMAIL | @musismail
Sumber foto: Internet.
Piye? Enak jamanku tho.........
nah, gambar Soeharto dengan kata-kata "enak jamanku toh" itu juga banyak.
Haha teringat ketika di sumatera barat. Naik bis non dari Padangpanjang ke kota Padang. Memakan waktu tiga jam. Setelah melewati lembah Anai ada truk di depan bis kami tumpangi berjalan lambat, karena memang jalan mendaki, terbacalah tulisan di belakang truk. "Bukan perpisahan kutangisi, tapi caronyo indak lamak doh" hahaha
unik-unik. kita diajak bergembira ketika membaca tulisan di bak truk.
Nikmati hidup dengan posthink. Bersabar dan sepaku bergembira. Hadapi semua dengan ikhlas. Tersenyumlah, maka dunia akan menyambutmu dengan senyuman pula.
ya @willyana, tetap tersenyum dan gembira. Tulisan ini salah satu cara untuk gembira.
Ada-ada aja ide abang ini. Keren bang. Salut sama kreatifitasnya.
Ya terpikir untuk nulis yang ringan-ringan saja. ide muncul spontan saat tadi jalan ke kantor.
Haha, saya pernah melihat sebuah tulisan di truk yang berbunyi 22 mayam plus isi kamar jepara
wah, kalau ini saya belum pernah lihat. Itu khas Aceh ya. Ada fotonya?
Iya pak, truk di Aceh. Menyiratkan bahwa mahar untuk menikah itu mahal. Makanya supir truk nekat menulis hal demikian. Hehe
hahaaa.... terkadang melihat truk dengan tulisan anu aneh bikin jenuh perjalanan buyar jadi tawa