Melirik Seni Zikir Aceh

Sahabat steemian, mungkin ada di antara kita yang pernah mendengar dan menyaksikan sebuah penampilan dari grup zikir atau meudikee yang ada di Aceh, melalui paduan suara yang bagus, diiringi selawat kepada nabi Muhammad saw, tiap peserta dari grup zikir Aceh memiliki seni gerakan tubuh yang kompak dan serentak.

Pelaksanaan zikir Aceh ini biasanya terlihat pada momen-momen tertentu, seperti saat memperingati Maulid Nabi, ketika adanya suatu perlombaan, saat syukuran, dan pada malam-malam pilihan.

Antusias masyarakat masih terasa tinggi untuk melihat dan mendengarkan zikir ini secara langsung. Ada beberapa di antara masyarakat yang membawa tikarnya sendiri dari rumah. Lalu menggelar tepat di hadapan panggung zikir. Beliau ingin mendengarnya secara khusyuk dan bersahaja.

Setiap anggota grup biasanya terdiri dari dua puluh orang, termasuk lima orang di antaranya berpakaian berbeda dari anggota lima belas. Ihwal ini menandakan bahwa lima orang tersebut sebagai pembaca selawat nabi yang memiliki kelebihan suara merdu yang berbeda-beda.

Dengan berpakaian seragam Islami, mengenakan peci, dipandu suara merdu yang sahut-menyahut, peserta zikir bergerak serentak sesuai irama selawat yang diucapkan. Hal ini berbeda tipis dari gerakan yang terlihat pada seni tarian.

Rupanya, seni gerakan yang diperagakan dalam zikir Aceh memiliki nama tersendiri, di antaranya:

1)Lingiek Badar, gerakan tubuh yang diiringi dengan selawat nabi.

2)Lingiek Ulee, gerakan sambil duduk dengan memainkan kepala saat berzikir

3)Lingiek Dong, gerakan berdiri sambil berselawat. Gerakan ini menandai bahwa zikir akan segera berakhir.

Di akhir penampilan, peserta zikir akan disuguhkan dengan sajian makanan yang telah dipersiapkan oleh tuan rumah. Mereka mencicipinya secara bersama-sama. Beruntung, saya pernah merasakan bagaimana menjadi bagian dari mereka.