Review Acehnologi ( vol 3 Bab 22, Kerak Peradaban Aceh)

in #indonesia6 years ago

Assalamu'alaikum Wr, Wb..
pada kali ini, saya mencoba mereview kembali buku Acehnologi namun kali ini pada volume 3 Bab 22 yaitu tentang Kerak Peradaban Aceh. Seharusnya pemerintah aceh memikirkan bagaimana cara membuat aceh bisa seperti bangsa lain, walaupun tidak sepenuh nya seperti bangsa yang maju lainnya, setidaknya sedikit banyak nya bisa membantu masyarakat aceh lebih baik dari sekarang ini. Seperti di katakan dalam buku ini bahwa aceh masih belum bergerak secara aktif untuk keluar dari kemelut. hampir setiap episeode sejarah pasca abad ke -17, selalu dihingga konflik atau trade berdarah, yang selalu melihat manusia sebagai aktor. Aceh selalu dalam kegagalan. ketika spirit keacehan tidak muncul ini membuat negari aceh mudah untuk ditaklukan. walapun secara fisik aceh tidak pernah berhasil dikalahkan penjajahan, secara sistematis sumbu kedasaran peradaban
adapun aceh proses pencarian dan pendefinisian spirit lebih banyak pada kajian-kajian keislaman, tasawuf dan falsafah.kajianini mengantarkan aceh berada di satu pintu peradaban yang amat memiliki kejayaan peradaban 16 dan 17 masehi. ketika aceh dalam kejayaan peradaban pada abad ke 17, saat itu ada seseuatu spririt kosmik yang mengitari kehidupan rakyat aceh.
Puncak peneguhan atau penggunaan spirit ini ketika aceh melawan penjajah, baik sebelum 1945 maupun sesudah tahun tersebut. pendekatan lombard sering dikatakan sebagai sejarah mentalitas suatu bangsa. kesuksesan aceh dari keberhasilan pemikiran dalam bidang seni dan sastra. seperti dalam kajian Naquib Al-attas dan Braginsky. aceh runtuh pada abad ke 17 masehi. ketika aceh bergabung dengan Republik Indonesia, Aceh dianugerahi gelar istimewa. saat itu, hanya ada dua daerah istimewa aceh dan yogyakarta. yogyakarta sampai hari ini masih memiliki gelar istinewa dengan lengkap peralatan kebudayaan baik dari aspek micro-kosmos, maupun makro-kosmos. karena mereka memiliki sultan yang menjadi panutan. Padahal aceh miliki jaran islam yang dapat dilaksankan dalam kehidupan masyarakat. namun tidak diberikan ruang untuk menjadi islam sebagai spirit dalam tradisi bernegara di daerah ini. ketika aceh diberikan gelar nanggroe aceh darussalam. gelar ini sebenarnya sudah menunjukkan cikal bakal aceh seperti era kerajaan darussalam. namun sekali lagi gelar ini, tetap juga tidak memberikan jawaban yang cukup signifikan bagi orang aceh. bahkan ketika MOU Helsinki tahun 2015 disepati antara pemerintah Indonesia dan Gerakan aceh merdeka dan pada tahun 2006 aceh diberikan gelar yaitu pemerintah aceh. sampai sekarang aceh tetap saja gamang dan galau. pemimpin muncul tidak mampu menyelesaikan yang paling hakiki dari masyarakat aceh yaitu mengapai semua gelar yang diberikan, tetapi tetap tidabk membawa perubahan yang berarti bgai provinsi ini.
Akhirnya spirit islam sebagai kekuatan kerajaan aceh hilang dengan sendirinya. Aceh bergabung ke indonesia spirit ini tersimpan dalam benak. Ulama tidak tahu hendak kemana untuk mengembalikan ‘kuasa’ yang ada pada mereka. sultan tidak ada. istana sudah tiada. akhirnya spirit itu menjadi alat untuk meminta hak-hak orang aceh pada pemerintah indonesia, seperti yang digelorakan oleh TGK.daud Beureeh pada tahun 1953. spirit ini masih menyelinap dalam batin orang aceh, dimana muncul konflik GAM dan pemerintah Indonesia.

Coin Marketplace

STEEM 0.22
TRX 0.20
JST 0.035
BTC 90822.08
ETH 3148.18
USDT 1.00
SBD 3.11