Aceh ( Antara Warung Kopi dan Tempat "Duek Pakat ( Musyawarah)

Aceh, merupakan provinsi paling ujung di pulau Sumatera. Daerah yang di diami oleh beberapa suku, diantaranya suku Aceh, suku Gayo, suku Aneuk Jame dan suku Melayu.

Daerah yang penghasilan utama masyarakatnya bertumpu pada pertanian. Masyarakat dengan kultural yang beragam, semakin menambah kemajemukan sosial budaya masyarakat di daerah yang pernah dijuluki "Serambi Mekkah".

Daerah ini pula pernah disematkan dengan julukan "Negeri 1001 Warung Kopi". Iya, warung kopi, tempat dimana para masyarakat yang multi etnis dan kultural berkumpul baik pada siang dan malam hari.

Berkumpulnya masyarakat Aceh di warung kopi baik pada saat siang maupun malam bahkan hingga larut malam, bukanlah tanpa alasan dan tujuan.

Warung kopi yang biasanya di daerah lain dijadikan sebagai tempat untuk rehat sejenak demi menghilangkan dahaga dengan sedikit meneguk air yang di sediakan di warung tersebut, terus masyarakat didaerah tersebut pergi menghilang.

Namun lain hal dan ceritanya jika membahas fungsi dan kegunaan warung kopi di Nanggroe Aceh Darussalam ini. Warung kopi di Nanggroe ini bukan hanya sebagai tempat rehat sejenak sambil menikmati cita rasa dari kopi ataupun minuman lain yang di sajikan di warung tersebut. Justru warung kopi di Nanggroe ini lebih lumrah ataupun banyak di fungsi sebagai tempat "Duek Pakat (Musyawarah).

Maka tidaklah mengherankan jika kita lihat di sepanjang warung kopi yang ada di Aceh ini, para pelanggannya (masyarakat) sering berdiam diri atau nongkrong cukup lama di warung kopi. Mereka larut dalam setiap pembahasan tentang hal-hal atau isu yang aktual.

Maka dengan sendirinya (tanpa sengaja), warung kopi yang semestinya hanya tempat menyerumput sedikit kopi ataupun minuman yang lainnya, justru alih fungsi di Nanggroe ini, yaitu sebagai tempat "Duek Pakat (Musyawarah).

Sekian dulu....
Wassalam....
Salam Steemian....