Merantau

Di zaman sekarang ini, banyak para pemuda-pemuda Aceh yang merantau ke luar daerah. Baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Usia mereka beragam, ada yang merantau setelah lulus SMA, yang berumur 20 tahunan, setelah lulus kuliah, malah ada juga yang merantau di usia-usia sekolah. Alasan mereka untuk merantau beragam. Ada yang merantau hanya untuk menambah pengalaman, untuk mencari nafkah, mencari suasana baru, bosan di kampong, dan banyak alas an lainnya. Saya juga punya seorang paman yang pernah bekerja di Korea Selatan dari tahun 1990-1999. Alsannya untuk bekerja di korea adalah untuk mencari nafkah. Tetangga saya yang bernama Jery juga pernah bekerja di Jepang rentang tahun 2008-2014. Setelah Berjaya disana, ia pulang kembali ke tanah air dan membuka warung kopi yang menjadi primadona masyarakat desa kami. Banyak juga pemuda dari desa kami yang merantau ke luar daerah untuk mencari nafkah. Mereka tersebar di Pulau Jawa.
Saya sering bertanya kepada teman-teman sebaya perihal tujuan mereka setelah lulus dari SMA. Mereka juga terobsesi pada hal yang sama, “merantau”, bahkan seorang teman saya mengatakan bahwa ia telah disiapkan lapangan kerja oleh kakanya di Malaysia. Teman saya juga mengajak saya untuk ikutan merantau, namun saya belum punya niat sama sekali untuk merantau, kecuali untuk menempuh pendidikan. Karena bagi saya, saat ini pendidikan sangat penting untuk menyongsong masa depan yang gemilang.
Dalam pandangan saya sendiri, merantau itu cukup bagus untuk pengalaman. Satu hal yang sangat perlu untuk dihindari adalah jangan sampai kita masuk ke lubang yang salah di perantauan sana. Orang bisa saja dengan mudah memanfaatkan kita untuk kepentingan mereka yang tidak pernah kita ketahui tujuannya. Sebagai perantau, kita cukup mudah dimanfaatkan oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab, karena kita masih buta dengan keadaan negeri orang. Mereka dengan mudah memanfaatkan peluang emas ini untuk menjerumuskan perantau demi kepentingan mereka.
Tentang hal ini, saya telah menuliskan sebuah cerita fiktif yang mudah-mudahan bermanfaat bagi kita semua. Saya terinspirasi dari kisah-kisah perantau. Saya member judul cerita ini “Masuk Lubang”, ayo kita baca sama-sama

Masuk Lubang
Hari ini adalah hari terakhirku di kampong. 12 tahun aku sudah duduk di bangku sekolah dengan predikat lulusan SMA. Aku menolak tawaran orangtuaku agar masuk universitas, aku lebih memilih untuk merantau ke Pulau Jawa. Setalah membujuk mereka, akhirnya aku diberikan izin untuk merantau, dengan syarat sungguh-sungguh dalam meniti karir disana, dan jangan sampai masuk ke lubang hitam. Aku berjanji untuk memenuhi sayarat yang telah diajukan oleh kedua orangtuaku. Aku Cuma minta modal untuk tiket peswat dan sedikit keperluan lainnya dari orangtuaku. Di sana, aku akan bekerja di Rumah makan pamanku yang sudah Berjaya. Rumah makan itu sudah berusia 20 tahun lebih. Pamanku ini juga memilih untuk merantau setelah ia lulus SMA. Di sana segala keperluanku ditanggung oleh paman. Tugasku hanya bekerja di sana.
Aku diantar kedua orangtuaku ke bandara. Aku mencium tangan mereka berdua dan berpelukan hangat seraya berkata, “Ayah, Ibu, aku pamit dulu ya, aku janji akan membahagiakan kalian berdua, doakan aku agar sukses disana ya”. Mereka mengiyakan semua perkataanku. Setelah duduk sebentar di pesawat, aku langsung tertidur sebelum pramugari menghidangkan makan malam.
Hari ini adalah hari pertamaku bekerja di Rumah Makan milik pamanku. Rumah Makan ini bernama “Jaya Sabe” yang berarti Selalu Berjaya. Hari pertamaku bekerja, aku memulainya dengan menjadi pelayan. Jam kerjaku dari pukul 9 pagi hingga pukul 5 sore dengan bayaran 150 ribu per hari. Jadi, aku punya waktu bebas di malam hari. Malam hari, aku keluar untuk berbaur dengan masyarakat-masyarakat di sana. Watak mereka tidak berbeda jauh dengan kita orang Aceh. Mereka juga ramah, dan mudah bergaul.
Suatu malam saat aku sedang berjalan-jalan, aku mampir di sebuah Warung Kopi. Seorang wanita yang berumur sekitar 30 tahunan mengajakku untuk duduk bersamanya. Kami kemudian kenalan, namanya adalah Lusi. Setelah ngobrol-ngobrol, dia menanyakanku tentang pekerjaanku sehari-hari. Aku jujur kepadanya bahwa aku ini seorang Pelayan di rumah makan. Dia kemudian menawariku pekerjaan. Yaitu mengantar barang, jam kerjanya pukul 8 malam. Untuk lebih jelasnya, ia memeberiku sebuah alamat untuk bertemu dengan bosnya, yaitu pemilik sebuah toko grosir kelontong yang melayani jasa pengiriman barang.
Keesokan malamnya, aku mendatangi alamat yang diberikan Lusi semalam. Aku bertemu dengan pemilik toko yang bernama Sudarto. “kamu hanya bertugas mengirimkan sebuah barang tiap malamnya, dengan bayaran 200 ribu, setuju?”, kata Sudarto. Aku mengiyakan tawarannya.
Aku datang tepat jam 8 malam ke toko Pak Sudarto. Ia tidak pernah mengizinkanku membuka kotak barang yang ingin dikirim. Tugasku hanya mengantarnya. Malam pertamaku bekerja disini, aku ditugaskan mengantar barang ke sebuah rumah di jalan Purwodadi. Malam petamaku bekerja disini berjalan lancer, aku langsung medapat bayarannya setelah mengantar barang.
Hari demi hari aku bekerja sebagai pengantar barang berjalan lancar. Tiba suatu malam, kira-kira malam ke-30 aku bekerja disini. Kali ini, tugasku mengantar barang ke Sebuah rumah di daerah Pantai Utara. Dalam perjalanan kali ini, aku disetop oleh sekelompok polisi, mereka ingin mengecek isi kotak yang kubawa ini. “mana bisa, nanti pelanggan bisa kecewa pak”, kataku. “sudah lama kami mencurigai anda, sekarang buka kotak ini, atau kami yang memaksa untuk membukanya”, kata seorang Polisi berbadan tegap. Setelah membuka kotaknya, mereka menemukan 10 plastik sabu-sabu ukuran 25 gram yang diselundupkan di bawah di bawah dus makanan ringan yang kuantar ini. Aku sungguh terkejut, aku tidak pernah menduga sedikitpun akan hal ini. “Anda ikut kami ke kantor untuk kami proses”, kata seorang polisi berkumis tebal. Rupanya selama Ini, aku telah dijebak menjadi kurir narkoba dengan kedok pengiriman barang. Aku sangat menyesal. Kesalahan terbesar yang telah kubuat adalah mengingkari janjiku dan mengecewakan kedua orangtuaku.


Setelah membaca cerita ini, hikmah yang dapat kita ambil adalah kita sangat perlu berhati-hati saat berada di perantauan. Kita jangan terbujuk dengan uang semata.
Sort:  

@muhammadfadhil17, let me be the first to welcome you to Steemit! Congratulations on making your first post!

I gave you a $.03 vote!

Would you be so kind as to follow me back in return?

thank you very much

Congratulations @muhammadfadhil17! You received a personal award!

Happy Birthday! - You are on the Steem blockchain for 1 year!

You can view your badges on your Steem Board and compare to others on the Steem Ranking

Vote for @Steemitboard as a witness to get one more award and increased upvotes!

Coin Marketplace

STEEM 0.16
TRX 0.12
JST 0.027
BTC 54373.44
ETH 2875.84
USDT 1.00
SBD 2.05