Rujak Salak Pliek, Cara Baru Menaikkan Marwah Salak
Jauh sebelum dijual kepada publik, rujak salak pliek sudah dikenal turun temurun oleh keluarga di kampung-kampung di Aceh. Dulu yang menjadi bahan baku adalah salak kelat yang tak sanggup dimakan tanpa campuran bumbu.
Dulu, bumbunya adalah pliek (patarana) kering, garam, cabai rawit dan gula yang kemudian dijadikan bumbu lalapan salak. Biasanya salak pliek diolah siang hari san dinikmati sembari ngerumpi ringan bersama kolega domestik (tetangga).
Salak pliek adalah "sarana" untuk hangout di tiap lorong kampung, sembari mendesis karena rasa pedas yang kentara, dengan keringat yang mengucur, bahasan gosip semakin menggebu. Ragam topik yang kebenarannya masih sulit dibuktikan, dibahas seru. Bahkan kerapkali ditambah dengan bumbu-bumbu sebagai penyedap gosip.
Pun demikian, salak pliek tidak dinikmati malam hari, karena selera memang tak mau bangkit malam hari untuk makanan jenis ini. Bahkan orang sakit pun tak bangkit seleranya bila salak pliek disajikan malam hari. Banyak yang bilang, kalau dimakan malam hari, nanti akan sakit perut.
Kini, salak pliek merupakan salah satu kuliner yang telah dijual ke publik dan digemari oleh masyarakat lintas kelas. Bumbunya pun ditambah gula merah dan kacang tanah, sehingga bumbu rujaknya semakin mirip rujak biasa, hal yang membedakan adalah adanya tambahan pliek sebagai bumbu dominan.
Pliek yang digunakan adalah yang kering tapi tidak berasa khie. Juga tidak yang masih mengandung minyak yang kentara. Untuk itu, pliek tersebut tidak dijual di pasar, sehingga harua direquest khusus, atau sibuat saja sendiri pliek instan yang pembuatannya berbeda dengan pliek yang tujuan utama untuk diambil minyak kelapanya.
Salak yang sudah dicincang, termasuk bijinya diaduk dalam bumbu yang sudah diulek. Harganya bervariasi antara 5000 sampai 10.000/ porsi. Rujak ini bisa didapatkan di beberapa tempat di Bireuen, lokasi paling mudah untuk ditemui adalah di jalan elak yang menghubungkan Kota Bireuen dan Simpang Cot Girek, Cot Bada, Peusangan. Salak yang digunakan pun tidak lagi yang kelat, karena akan tidak disukai oleh konsumen, apalagi oleh anak zaman now.
Saya juga ingin berbagi informasi, siapa saja yang masuk angin atau sedang diare, sebaiknya jangan makan salak pliek tersebut. Karena kandungan asam pada pliek akan membuat mencret semakin tak karuan.
Salak juga tak dianjurkan untuk yang masuk angin, karena buah ini bisa membuat kondisi tubuh semakin tidak menentu. Selain itu, salak juga tidak dianjurkan sebagai buah yang menemani perjalanan Anda, karena alasan tadi.
Demikian guys, rujak salak pliek telah mengangkat salak mendapatkan kehormatan baru sebagai buah yang bisa diolah bukan saja untuk manisan atau dimakan mentah. Rujak salak pliek membuat salak pliek disukai oleh ragam kelas masyarakat.
rujak mameh nyan mangat sang bg :)
Marwah pliek juga Bro @muhajir.juli....
Marwah pliek, right.
Hahaha, lage bg Ayi peugah, harus jih marwah pliek
Hahahaha, yayayay.
Upgrade kasta
Hahahahaha, naik kelas.
Halo @muhajir.juli, terima kasih telah menulis konten yang kreatif! Garuda telah menghampiri tulisanmu dan diberi penghargaan oleh @the-garuda. The Garuda adalah semua tentang konten kreatif di blockchain seperti yang kamu posting. Gunakan tag indonesia dan garudakita untuk memudahkan kami menemukan tulisanmu.Tetap menghadirkan konten kreatif ya, Steem On!
Terima kasih atas kunjungan dan dukungannya. Hidup garudakita.
Lika-liku sejarah rujak pliek sampai dikenal publik ahli kuliner lintas kelas. Tabik. Saya membacanya dan saya berikan dua jempol saya plus vote saya untuk anda
Terima kasih, semoga voteny terua berlanjut.
Mari riangkan hati dengan bersteemit dan berpuisi