Menerka Isi Bungkus

in #indonesia6 years ago

IMG_20180419_090731.jpgBanyak di antara kita yang tergoda dengan cover. Untuk itulah industri selalu memproduksi produk dan kemudian mengemasnya dalam balutan yang menarik pandangan mata (eye cacthing). Sebagus apapun sebuah produk, bila cover (bungkusnya tidak bagus) maka produk tersebut akan kesulitan bersaing di pasaran. Dalam dunia bisnis, cover adalah jantung dari sebuah produk.


Mengapa produk kecantikan begitu laku di pasaran? Bahkan bersaing ketat dengan barang kebutuhan pokok? Karena wanita ingin terlihat cantik (menurut kemampuan ekonomi). Minimal, mereka ingin memiliki kulit wajah yang putih, leher yang putih, tak peduli sebera hitam paha dan selangkangan mereka. Apa yang mempengaruhi mereka? Cover produk, baik yang dipasang langsung di produk, maupun yang diiklankan. Untuk produk kecantikan, maka yang akan menjadi "duta" adalah artis, atau perempuan dari luar pulau yang dianggap mewakili kecantikan semasa.

Dulu, ketika zaman Belanda menjajah Indonesia, hingga tahun 60-an, lelaki gemuk dengan perut buncit merupakan lelaki idaman yang dimimpikan oleh para dara. Mereka membayangkan bahwa bila berhasil dipinang oleh lelaki buncit dan gemuk, hidup mereka akan bahagia. Mengapa? Karena rata-rata kala itu orang berduit itu gemuk dan buncit.

Demikian pula sebaliknya, tahun 1990-an, wanita bertubuh berisi dengan leher memiliki lipatan, dengan buah dada yang menjuntai menantang, merupakan simbol keseksian. Maka para laki-laki zaman itu akan berlomab-lomba mendapatkan pasangan dengan tipikal tubuh yang demikian. Persepsi kala itu, wanita bertubuh berisi, enak di ranjang dan sedap dipandang. Malam-malam yang dingin pasti akan selalu panas dengan keringat bila perjumpaan badaniyah itu terjadi.

Waktu kemudian mengubah persepsi, Sesuatu yang dulunya hebat, sekarang sudah jadul. Kini perempuan seksi adalah dara yang kurus, berdada sedang, pinggang langsing, serta berpakaian minim. Lelaki yang dianggap kekinian adalah yang berdada bidang, berbulu dada, macho serta terlihat dingin. Pun demikian, banyak di antara yang berciri demikian adalah pengidap gay, para perempuan tak ambil peduli. Apa yang mereka bayangkan dari pemaknaan lelaki yang demikian? Hubungan seks yang hot. Mereka membayangkan bahwa lelaki berdada bidang, berbulu dada, berbrewok yang dicukur tipis serta tersenyum penuh misteri, adalah lelaki yang mampu berjam-jam bercinta hingga kelamin perempuan minta ampun.

Mereka tidak tahu, bila hanya bermodal tubuh atletis, tanpa pengetahuan yang luas dalam berbagai hal, bercinta dengan lelaki demikian hanyalah seperti bersenggama dengan robot seks semata. Survey membuktikan, dalam kehidupan mereka yang sudah menikah, ukuran dada bidang, ukuran alat kelamin bukan faktor utama wanita mencapai orgasme. Siapa yang telah memupuk pemahaman keliru tentang kejantanan pria? Media, baik televisi maupun media lainnya.

Demikian juga sebaliknya. Para lelaki yang belum menikah, selalu menggambarkan perempuan hebat itu yang bertubuh langsing, berdada sedang, serta berpinggul semlohay dan memakai pant pendek yang nyaris menampakkan bulu kemaluan (kalau tak dicukur).

Mereka tidak tahu bahwa wanita yang enak digauli di ranjang adalah yang cerdas, luas wawasannya. karena ketika sedang bercinta, bukan sekedar aktivitas keluar masuk kelamin, tapi lebih dari itu. Bahkan after game, banyak diskusi yang menarik. Bayangkan bila perempuan yang digauli hanya cantik tapi oon. Sungguh seperti bercinta dengan robot seks buatan Jepang. Berkelamin tapi tak memiliki otak.


Kita tidak pernah tahu rasa sebungkus nasi, bilasaja tidak menikmatinya. Bungkus kerap tidak mewakili rasa. Di warung-warung elit, bungkus nasi tentu lebih bersih, rapi (menarik perhatian). Demikian pula di warung kecil, penataan yang begitu saja, membuat nasi bungkus tidak begitu meraik. Soal rasa? Jangan pernah menduga sebelum mencicipinya, kecuali Anda sudah kenal dengan pembuatnya.

Demikian juga dengan berinteraksi dengan manusia. Kita kerapkali tertipu dengan penampilan. Seseorang yang selalu berjubah agama, bisa saja ia adalah orang yang sangat jahat. Demikian juga sebaliknya, orang yang berpenampilan biasa saja (tetap menjaga aurat) tetapi berperilaku seperti ahli ibadah.

Agama, semenjak manusia mengenal politik, selalu saja menjadi tameng plus bahan jualan untuk menarik perhatian khalayak yang awam. Kerapkali, dengan penampilan dan kemampuan beretorika, kita justru menjunjung maling serta menista orang-orang yang lurus. Kita seringkali mencium tangan pembunuh dan menghardik para pembela kebenaran.

Akhirnya, sesal dahulu pendapatan, sesal kemudian tiada berguna. Teulah sithon urueng meugo teulah si uroe ureung meurusa. []

Coin Marketplace

STEEM 0.30
TRX 0.12
JST 0.034
BTC 63900.40
ETH 3140.82
USDT 1.00
SBD 3.98