Hari-Hari Setelah SBD Jatuh

Pernah mencapai level 200.000/ sbd, harga dollar bitcoin terjerembab di bawah 30.000/sbd. Para petualang sesaat pun berjatuhan. Kini Steemit pun semakin sepi dari pemaksaan vote dari newbie yang ingin cepat kaya.

---

Ketika saya diajak untuk bergabung di Steemit oleh @bahagia-arbi dan @razack-pulo, harga sbd sedang merangkak naik. Kala saya memutuskan untuk memulai, password hilang. Saat itu harga sbd sudah di atas 100.000/ per keping. Pas saya sukses membuat akun yang ini, harga keping sbd masih menjanjikan.

Kala itu, akhir 2017, Steemit booming di Aceh. Semua orang berlomba-lomba membuat akun. Hadir sebagai antitesa Facebook dan Twitter, Steemit begitu membahana. Apalagi dengan digelarnya pertemuan yang menghadirkan kisah sukses para Steemit. Kala itu, semua menjadi wow.

Efek negatif dari booming itu, kita mulai harus kelelahan melayani komen atau chat WA yang meminta vote. Kadang-kadang bikin gemes, karena isi postingan tidak menentu. Taik kucing pun dipotret dan dikirimkan ke Steemit dengan caption seadanya.

Bahkan, di dalam grub tidak sedikit yang marah-marah karena sedikit orang yang vote. Setelah sekian waktu protes, dan tidak ditanggapi oleh Steemit lain, satu persatu mereka keluar dari grub WA. Yang lain, ribut soal tag, identitas serta senioritas. Saling ejek di grub, mengejek gelaran meet up, dll.

Perilaku unik lainnya adalah adanya Steemit newbi yang malah mengamuk di Facebook, dan menuding bahwa kalau ingin sukses di Steemit, haruslah menjilat kurator, menjilat investor, menjilat senior. Bahkan tidak jarang mereka memaki-maki bahwa jilat-menjilat di Steemit lebih tidak bermoral, ketimbang di luar Steemit.

Hal ini wajar, seseorang yang memiliki nama besar di luar Steemit,tapi postingannya sepi vote di Steemit. Apalagi orang yang merasa dirinya hebat itu, justru tidak diperhatikan oleh para senior di platform ini. Ketidaksiapan mental --karena di platform lain kerap dipuji setinggi langit-- membuat mereka frustasi. Bayangkan, dengan " reputasi" pengamat, penulis kolom, jurnalis hebat, aktivis besar, dll, tiba-tiba semua kemegahan itu sirna. Steemit tetap memperlakukan mereka sebagai new comer yang harus bersikap seperti newbi lainnya, yang datang ke Steemit dengan dalih ingin belajar, walau sejatinya ingin dapat vote.

---

Kini, grub WA Steemit yang saya ikuti tetap aktif. Postingan-postingan tetap ada. Setiap hari tetap ada yang keluar dari grub. Satu hal yang berbeda, tidak ada lagi yang minta vote, juga tidak ada lagi yang marah-marah minta vote.

Harga sbd dan steem setiap hari turun dan naik tidak melewati angka 50.000/ sbd. Tidak ada lagi yang posting gila-gilaan. Postingan sudah semakin menarik dan tentunya sudah makin enak dibaca. Tidak ada lagi posting apapun, asal akun aktif.

Saya teringat nasehat kurator Indonesia @levycore, bahwa bagi newbi, menghadapi turunnya harga sbd merupakan momok berhantu. Seolah-olah itu pukulan berat. Mimpi mereka untuk menjadi jutawan dalam waktu singkat, segera sirna.

"Bagi kami, tidak ada penurunan harga sbd. Karena ketika kami memulai bersteemit,harga per sbd di bawah 10.000. kami bersyukur dan tidak takabur. Di sini akan terlihat siapa yang sekedar hadir ingin dapat sbd, siapa yang hadir lebih dari itu," ujar @levycore pada suatu diskusi dengan saya.

Saya juga ingat pesan Mbak @mariska.lubis, Steemit bukan sekedar bicara vote, tapi lebih dari itu. Memperkuat jejaring, kebersamaan serta membentuk kesepakatan untuk saling membesarkan. Untuk mendapatkan semua itu tidak mudah. Harus menempuh waktu yang cukup serta kerelaan untuk membaurkan diri.

Mariska sudah membuktikannya. Sebagai penulis senior cum aktivis serta hidup di lingkar pembesar, perempuan yang tidak bisa diam bila melihat ketimpangan itu, bisa terlihat sebagai anak-anak ABG di Steemit. Ia mampu menanggalkan semua apa yang dipunyai di luar Steemit, dan menjadi @mariska.lubis, sebagai sesuatu yang baru.

Orang-orang bertanya, kenapa saya sudah jarang memposting? Apa karena harga sbd sedang jatuh? Tentu saja bukan. Saat ini saya sedang sangat sibuk mengedit naskah buku yang dipercayakan dikelola oleh CV. Kawat Publishing, yang saya sebagai Direktur Utama cum editor.

Penyebab lainnya, gadget saya sempat rusak beberapa hari, sehingga saya benar-benar tidak terkoneksi dengan dunia internet di smartphone. Di laptop, saya malam membuka Steemit. Ini mungkin soal rasa, bahwa Steemit enak dikelola via telepon genggam pintar.

Akhirnya, saya hanya berharap kita yang tetap bertahan setelah "jamur" sbd yang menggila beberapa waktu lalu, tetap konsisten. Percayalah seberapapun harga sbd, kita tidak pernah akan rugi. Karena di era internet, media sosial adalah keniscayaan. Reward hanyalah daya pikat.

Berharap bahwa harga sbd akan kembali meroket, adalah manusiawi. Saya sendiri sempat berharap bisa mencapai 1 juta per kepingnya. Untuk itu mari terus hidupkan akun Steemit hingga kapan saja. Jikapun suatu saat harus mengalah karena sbd tak kunjung pulih, janganlah sampai hari memaki-maki, konon lagi memaki kurator dan senior.