Filosofi Memanjat Pinang Di HUT RI _ Philosophy of Climbing Pinang At HUT RI

Sahabat Steemian yang saya banggakan, semoga anda berada dalam garis orang-orang yang sukses dimata dunia. Kali ini saya ingi bercerita sedikit tentang filosofi memanjat pinang di Hari Kemerdekaan Indonesia. Sekaligus postingan ini saya jadikan sebagai pelombaaan challenge #2 menyambut HUT RI ke 72.

Para sejarawan yang ada di Universitas Indonesia telah melakukan riset penelitian terhadap tradisi memanjat pinang di HUT RI. Dari satu segi kita melihat bahwa memanjat pinang di HUT RI adalah sebuah permainan biasa yang bisa kita ambil hikmahnya. Salah satu hikmah yang bisa kita ambil adalah saling menerima kekurangan sesama pemanjat, bisa mengontrol emosi, dan lain-lain.

Ketika kita ingin berada diatas, maka sudah sepatutnya kita mencontoh pada orang yang memanjat pinang. Ada proses yang harus dilalui sebelum kita sampai kepuncak. Begitu juga dengan kehidupan sehari-hari.

Masa Kolonial Belanda, mengadakan lomba panjat pinang kepada penduduk pribumi yang disebut dengan istilah 'de Klimmast' artinya memanjat tiang. Dan dulu diadakan setiap tanggal 31 agustus untuk memperingati hari lahir Ratu Wihelmina, dan dijadikan lomba panjat pinang pada hari-hari besar. Orang Belanda waktu itu tidak ada satupun yang mau melakukan, sehingga diwajibkan kepada warga pribumi untuk memanjatkannya, dan jadi bahan ketawaan orang-orang belanda di waktu itu. Karena kegiatan lomba panjat pinang adalah kegiatan yang kurang berbobot, demi mendapatkan hadiah yang digantung dipuncak pohon pinang. Hadiahnya pun tidak begitu berharga.

Sesudah Kolonial Belanda pergi meninggalkan Indonesia maka masyarakat kita warga pribumi melaksanakan manjat pinang setiap merayakan kemerdekaan RI. Ada kisah lucu, sedih dan resah ketika kita menonton orang-orang yang memanjat pinang di HUT RI. Bahkan demi mendapatkan hadiah yang digantung diatas, ada yang menghadapi maut karena jatuh.

Demikian cerita singkat dari saya, semoga bermanfaat buat kita.

---

Steemian friends I'm proud of, may you be in the line of people who succeed in the eyes of the world. This time I want to tell a little about the philosophy of climbing areca nut in Indonesia's Independence Day. At once this post I made as a race # 2 race to welcome the HUT RI to 72.

Historians at the University of Indonesia have been doing research research on traditions climbing pinang in HUT RI. From one side we see that climbing areca nut in RI HUT is an ordinary game that we can take the lesson. One of the wisdom that we can take is to accept each other's shortcomings of fellow climbers, can control emotions, and others.

When we want to be on top, then it is fitting we imitate the person who climbed areca nut. There is a process to go before we get to the top. So also with everyday life.

The Dutch Colonial period, a batik climbing competition to the native population called 'de Klimmast' means climbing the pole. And it was held every 31 August to commemorate the birthday of Queen Wihelmina, and made the race to climb areca on the big days. Dutch people at that time no one wanted to do, so it is obliged to the natives to pray it, and so the material of the Dutch people laugh at that time. Because the activities of climbing areca nut is an activity that is less weighted, in order to get a reward that hung on top of pinang tree. The prizes were not so valuable.

After the Dutch colonials left Indonesia then our community of indigenous peoples carrying areca nut every celebrate the independence of Indonesia. There is a funny story, sad and restless when we watch people who climb areca nut in RI anniversary. Even in order to get the prize hanging above, there are facing death by falling.

So a short story from me, may be useful for us.