TULISAN TANGAN LEBIH OTENTIK DAN ARTISTIK

Steemian yang selalu berbahagia, ketika nama Japan Fondation Jakarta bergema dari kamar ingatan saya maka kenangan saya berlayar pada tahun 2011 tepatnya bulan Agustus untuk bulan umum dan Ramadhan untuk bulan hijriyah adalah hari paling bersejarah dalam proses kreatif saya baca puisi dan menulis puisi di Jakarta. Pasalnya tahun tersebut adalah tahun pertama saya baca puisi ditemani oleh ayah saya.

Ada yang menarik yang diterapkan Japan Foundation Jakarta kepada yang baca puisi, mereka diminta untuk menuliskan puisi yang akan dibaca disecarik kertas. Kertas itupun mesti ditulis sendiri oleh penyairnya. Jika ada kesalahan tulis tidak diperkenankan memakai penghapus bolpoin, yang diperbolehkan hanyalah mencoret, lalu mengganti dengan kata yang kuta inginkan.

Kala itu saya menulis puisi tentang Sakera dalam bahasa Indonesia dan bahasa Madura. Tulisan itu dipajang di dinding Japan Foundation Jakarta. Bapak Endo Senggono merupakan salah satu orang penting PDS HB Jassin kala itu menurut hemat saya adalah orang paling cermat.

Bapak Endo bisa mengenali siapa saja yang sudah baca puisi dihadapannya kendati setelah membaca puisi penyairnya menghilang dan datang ke tempat acara dengan melakukan penyamaran.

Saya kembali menulis puisi ke kertas dengan menggunakan bolpoin untuk mengenang masa indah di Japan Foundation Jakarta. Saya akan posting puisi yang telah saya tulis ke kertas di laman ini.

Yang terpenting bukan seberapa bagus atau jeleknya tulisan seorang penyair, ketika ianya menulis ke kertas, yang terpenting adalah bagaimana keotentikan itu terjaga.

Tulisan tersebut saya tujukan pada masyaikh junglorong yang merupakan sesepuh saya. Tulisan ini memuat lukisan hati saya, paling tidak ketika sebuah lukisan hati dituliskan menjadi semacam jalan untuk membuka cakrawala wacana dan menemukan sudut teranggun dalam mengenalkan dan menemukan solusi.

Junglorong, 25 Mei 2018
Moh. Ghufron Cholid||@mghufroncholid31