BAB 49 (HIDUP DENGAN RAMALAN : KONTRUKSI KEBATINAN JAWA)

Di Indonesia, kontruksi kebatinan yang digunakan adalah hasil para pujangga Jawa yang terilhami dari ajaran Hindu dan Buddha. Secara garis besar, aliran kebatinan di Indonesia dibedakan menjadi 4 golongan. 4 golongan tersebut didasarkan para pendapat Muhammad Muhsin Jayadiguna, kemudian disampaikan peh Selo Sumarjan dalam makalhnya yang berjudul “Kebatinan/Mistyk sebagai Gejala Sosial”, lalu dikutip oleh H.M Rasjidi. 4 Golongan tersebut adalah : (hal 1376)
Pertama, golongan yang hendak menggunakan kekuatan-kekuatan ghaib untuk melayani berbagai keperluan manusia. Golongan ini adalah mementingkan ilmu ghaib.
Kedua, golongan yang berusaha u tuk mempersatukan jiwa manusia demikian manusia dapat merasakan dan mengetahui hidup yang baka sebelum manusia itu mengalami mati.
Ketiga, golongan yang berniat mengenal Tuhan, dan menembus alam rahasia “paransangkaning dumadi”, yaitu dari mana hidup manusia ini dan kemana hidup itu akhirnya pergi.
Keempat, golongan yang terhasrat untuk menempuh budi luhur di dunia ini serta berusaha menciptakan masyarakat yang berdasarkan saling harga menghargai dan cinta mencintai dengan senantiasa mengindahkan perintah Tuhan.
Orang yang mempunyai ilmu kebatinan cenderung mempengaruhi orang lain untuk menerima tradisi kegamaan mereka. Dalam konteks sejarah Indonesia, tradisi yang diambil adalah tradisi Jawa yang dirujuk pada ajaran-ajaran agama Hindu. Dalam konteks pengaruh ilmu kebatinan Jawa, perlu ditegaskan bahwa dalam tradisi bernegara telah bercampur dengan tradisi keislaman.
Hal ini, tentu saja karena kebatinan di Indonesia lebih banyak tunduk pada alam, bukan pada pemilik alam. Sehingga dalam memehami alam, cenderung membiarkan interfensi alam, asalkan ada tumbal dari orang lain. (hal 1393)