Oase kehidupan di "Rumah Aira: Panti Asuhan dan Rumah Singgah ODHA (Orang dengan HIV/AIDS)"
Jalan-jalan dan bisa kenal banyak orang merupakan salah dua kesenanganku. Dengan jalan-jalan aku bisa mendatangi banyak tempat yang berbeda dan bisa kenal banyak orang membuatku memiliki banyak teman dan tentunya mendapatkan pelajaran berharga yang proses kehidupan orang lain yang berbeda-beda.
Nah, pada minggu lalu aku berkesempatan mengunjungi sebuah tempat yang sudah hampir satu tahun tak aku datangi. Tempat itu berada di pinggiran kota Semarang. Untuk sampai ke tempat itu harus melalui gang-gang sempit karena letaknya yang agak jauh dari jalan raya. Daerah itu dikenal dengan daerah Kapling, Kedungmundu Semanrang.
Walau letaknya "nyempil" atau agak pelosok, namun di situ ada sebuah tempat yang bagiku sangat luar biasa. Tempat itu mengajarkan tentang pentingnya arti berbagi dan mengasihi. Ya, tempat itu adalah Rumah Aira.
Rumah Aira merupakan salah satu panti asuhan yang ada di Semarang. Panti Asuhan yang ada di Rumah Aira berbeda dengan panti asuhan yang ada selama ini. Rumah Aira ditinggali oleh anak-anak yang sangat beresiko tertular HIV/AIDS.
Lah? Kok ngeri-ngeri sedap gitu ya dengernya... Mendengar kata HIV/AIDS sudah bikin merinding dan bergidik ngeri. La ini kok ada panti asuhannya segala..
Bagi orang awam pasti bila mendengar HIV/AIDS sudah menkonotasikannya sebagai penyakit yang sangat berbahaya, mematikan, dan penuh dengan aib. Stigma HIV/AIDS sebagai sebuah penyakit aib yang memalukan karena HIV/AIDS sangat dekat dengan yang namanya seks bebas dan penggunaan narkoba. Sehingga banyak orang yang enggan mendekat dan bahkan berinteraksi langsung dengan orang-orang yang sudah terinveksi HIV/AIDS.
Tapi itu tidak berlaku pada Ibu Magdalena atau sering aku memanggilnya Mama Lena. Beliau adalah seorang perawat di salah satu rumah sakit swasta di Semarang yang mengabdikan hidupnya untuk membantu anak-anak yang rentan tertular HIV/AIDS serta para ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS) yang disingkirkan di lingkungan. Dengan kepedulian serta cinta kasih yang besar dalam dirinya itu ia memberanikan diri mendirikan "Rumah Aira" untuk merealisasikan mimpi besarnya.
Pemilihan nama AIRA sebagai nama panti asuhan itu ternyata tidak sembarangan dipilih. Ada arti yang mendasar di pemilihan nama tersebut. AIRA merupakan akronim dari "Anak Itu Rahmat Allah". Ya, Mama Lena percaya bahwa semua anak yang lahir itu merupakan rahmat dari Tuhan yang Maha Kuasa. Semua anak itu sangat berharga , entah itu dari mana latar belakangnya. Ia sangat percaya bahwa anak-anak yang lahir dari rahim seorang ODHA sekalipun memiliki masa depan yang baik bila hidup di lingkungan yang penuh cinta dan kasih. Itulah mengapa, Mama Lena memiliki tekad yang kuat untuk mendirikan Rumah Aira dengan segala resiko yang melekat.
Setiap anak memiliki rejekinya masing-masing.
Setiap anak yang memiliki resiko besar tertular HIV/AIDS langsung diberikan penanganan yang intensif. Baik itu dari segi obat-obatan, serangkaian tes serta gizi yang baik untuk meningkatkan daya tahan tubuhnya. Sebagian besar anak-anak yang sudah terinfeksi HIV/AIDS hidupnya tak lama. HIV/AIDS menyerang daya tahan tubuh anak, sehingga penyakit sangat mudah berkembang. kebanyakan anak-anak yang tidak selamat tersebut tertular HIV/AIDS saat proses melahirkan. Seorang ibu dengan HIV/AIDS dapat menularkan pada anak melalui proses kelahiran yang salah serta melalui ASI yang telah terkontaminasi. Akan tetapi, banyak juga anak-anak yang lahir dari ibu ODHA yang selamat dan tidak terinfeksi HIV/AIDS. Salah satunya seperi Ataya, bayi mungil nan cantik yang aku gendong ini sehat wal afiat dan tidak terinfeksi HIV/AIDS.
Rumah Aira ada juga tidak hanya untuk merawat anak-anak yang beresiko tertular, tapi Rumah Aira juga sebagai rumah singgah untuk ODHA. Awalnya adanya ODHA di Rumah Aira diprotes oleh masyarakat sekitar. Stigma negatif yang melekat membuat masyarakat enggan untuk menerima keberadaan ODHA. Banyak yang menganggap bahwa penularan HIV/AIDS melalui udara, bersalaman, dll. Padahal ODHA yang ada di Rumah AIRA sudah dalam keadaan sehat dan tidak menular penyakit yang berbahaya. Namun dengan edukasi serta pengertian yang diberikan pada masyarakat tentang HIV/AIDS yang benar maka lambat laun masyarakat mulai memahami bahwa HIV/AIDS tidak semenakutkan yang selama ini dipikirkan.
Dari perjuangan demi perjuangan yang dilakukan oleh Mama Lena dan Rumah Aira, memberikanku banyak sekali pelajaran. Peduli saja tidak cukup bila tidak disertai dengan keberanian dan cinta kasih.
Senang bisa belajar banyak di Rumah Aira dan bisa ikut berkontribusi walau masih sedikit. Harapannya, semoga Rumah Aira semakin besar dan bisa membantu banyak anak-anak serta ibu ODHA yang membutuhkan.
Sampai ketemu di postingan selanjutnya!
See ya!
bagus. saya udah upvote.
Interesting post
Terima kasiih 😉
saya paling sedih dengan anak-anak yang tidak berdosa dan terkena infeksi virus HIV. Saya tidak tahu bagaimana umurnya dan nasibnya ke depan, barangkali saya yang terlalu pesimis, tapi fakta di lapangan memang mereka tidak bisa bertahan lama menikmati kehidupan ini. Hiks!
iya teh, sudah banyak anak yang terinfeksi HIV/AIDS yang meninggal.
Saya tunggu di post selanjut nya hehe..
terima kasih sudah mampir..
siap tunggu postingan berikutnya yaa
Sangat miris dan sedih melih anak -anak yang tidak berdosa harus menerima kenyataan pahit
benar, saya juga sedih melihat anak-anak tidak berdosa harus mengalami hidup yang sulit. Semoga semakin banyak lagi orang yang peduli dengan mereka.
Semoga kebaikan dan ketulusan mama lena,mendapat imbalan dikemudian hari @ mayorita.
amiiin..
Semoga semakin banyak mama2 yang peduli dengan keadaan bayi2 yang tidak berdosa tersebut Mba @mayorita.
Amiiin...
Wah..ceritanya sangat mengharukan, betapa besar hati bu lena tersebut, semoga bu lena diberikan kemudahan dalam segala urusan.
Terima kasih @mayorita anda sudah membantu menyebarkan hal baik yang dilakukan bu lena.