Studio Rimba Raya [2]
Saat agresi II ini lah, pemancar kembali dipindahkan ke Bireuen lalu seterusnya ke Rimba Raya. Kolonel Husein Yusuf, menurut AR Juli juga turut pindah ke Rimba Raya.
Nama Radio Rimba Raya baru resmi digunakan ketika seluruh perangkat dan studio beroperasi di wilayah pedalaman itu. Nama Rimba Raya, sengaja dipilih Kolonek Husein Yusuf untuk menggambarkan bahwa radio itu berada di hutan belantara. Dimana tidak ada rumah di kawasan pemancar.
Husein Yusuf dan istrinya Umi Salamah lalu membangun rumah sekitar empat kilometer dari pemancar radio. Salah satu kamar di rumah papan sederhana itu pula dijadikan studio siaran pertama kali. Kondisi serba sederhana itu berlangsung hingga seluruh tim divisi penerangan berada di Rimba Raya.
Dari studio sederahana itulah, Rimba Raya mengimbangi propaganda Belanda dari Batavia, Jakarta. Saat itu, setelah menangkap pejabat Indonesia, Belanda menyatakan bahwa seluruh elit negeri ini telah berhasil ditawan. Mereka mengampanyekan itu lewat siaran radio di sejumlah daerah.
Dr L.J.M. Beel yang mengantikan van Mook sebagai Wakil Gubernur Jenderal Belanda di Indonesia berkali-kali menyatakan bahwa Indonesia telah jatuh. Tak ada lagi negara yang bernama Indonesia. Kondisi itu dipertegas dengan serangan demi serangan yang dipimpin Jenderal Simon Spoor. Propaganda itu yang diimbangi oleh Radio Rimba Raya.
Keren keren
siap siap
Yaa.. radio Rimbaraya , apakah benar berada di pedalama tiro Pidie? bg @masriadi
peragkatnya sempat tiga kali pindah, bireuen,aceh besar, pidie dan terakhir aceh tengah
Radio Rimba Raya sejarah yg tak terlupakan bagi kemerdekaan Republik Indonesia
betul
Wew .... luar biasa
gawaaaat
Khak
Mantapp benar memang pak masriadi.. follow back and vote me pak sebagai mahasiswa FKIP yang sempat seminar national kmren. Mohon bimbingan di steemit pak.