Malikussaleh |4

in #indonesia6 years ago

Di hadapan sejumlah tokoh militer, sipil, ulama, mahasiswa, Megawati menandatangani prasasti penegerian kampus umum kedua di Aceh tersebut.

Haru biru bergolak dihati Apridar saat menyaksikan prosesi penandatanganan prasasti itu. Bagaimana pun, sekecil apa pun perannya, dia salah satu orang yang berjuang menegerikan kampus itu.

Kampus yang dulu disebutnya sebagai negeri daerah kini menjadi negeri sungguhan.


elma.jpeg
Bersama penergerian kampus itu, maka status Apridar sebagai dosen pun berubah. Dia bukan lagi menjadi dosen yayasan, namun menjadi dosen pegawai negeri dibawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Begitu pula puluhan dan staf lainnya. Jumlah mahasiswa dan karyawan terus bertambah.

Ujian lainnya mulai datang, sebagai kampus negeri, tentu harus melakukan pembangunan gedung. Pemerintah Kabupaten Aceh Utara bersikukuh untuk menjadikan lahan utama kampus ketika swasta menjadi lokasi pembangunan.

Tak ada pilihan lain, kampus di Lancang Garam, terlalu sempit. Satu gedung utama sudah penuh dan tak mungkin melakukan perluasan.

Maka, dimulailah pembangunan sejumlah gedung di Reuleut, Aceh Utara. Rektor A Hadi Arifin menunjuknya sebagai pimpinan proyek pembangunan.

Membangun gedung di tengah kondisi perang tentu butuh seni tersendiri. Maka, Apridar membuka komunikasi dengan TNI/Polri termasuk GAM.

Agar proses pembangunan mulus. Gedung itu sesungguhnya digunakan untuk mencerdaskan anak bangsa. Bagi Aceh, kecerdasan generasi penerusnya salah satunya ditentukan di kampus itu. Maka, gedung itu harus segera dibangun.

Dia bersyukur pada sang pencipta, bahwa pembangunan berjalan dengan baik. Perlahan beberapa gedung dibangun sekaligus di Reuleut. Sedangkan di Lancang Garam proses perkualiahan semakin padat dengan bertambahnya jurusan baru dan mahasiswa baru.


MASRIADI.gif

Coin Marketplace

STEEM 0.27
TRX 0.12
JST 0.032
BTC 61769.55
ETH 2910.04
USDT 1.00
SBD 3.64