Idiologi Media [15]

in #indonesia6 years ago

IMG-20171130-WA0060.jpg

Oktober 1965 adalah awal dari itu semua. Para jurnalis dilucuti dari media. Media-media pun dibabat habis. Sebagai akibatnya, dua konsekuensi muncul. Pertama, punahnya media kiri yang praktis kemudian membuka jalan bagi masuk-berkembangnya media yang memilki kencenderungan politik kanan.

Kedua, dampak ini merupakan keniscayaan dari dampak pertama. Penumpulan afiliasi politis media secara serta-merta menciptakan pergeseran orientasi ideologis media ketika itu, yakni birokrasi dan pasar. Terjadi pilihan bagi media yang hidup pada masa Orde Baru ketika itu, mati atau terus hidup tetapi berada dalam belenggu birokrasi Orde Baru.


DQmSkAUXMrb5YD4Qmp4sEhFSr2tod1X1wuVvd9rTKQuyoqk.jpg

Tampak jelas bahwa “pergantian rezim dari era Sukarno ke Orde Baru seolah menandai bergesernya arah politis-ideologis media di Indonesia. Pelumpuhan afiliasi politik kiri media pada masa Orde Baru secara serta merta membabat media yang terikat dan teridentifikasi patronase politik dan ideologi kiri”.

Empat tahun setelah Soeharto resmi berkuasa, Goenawan Mohamad, Yusril Djalinus, dan beberapa rekan mereka lainnya mendirikan majalah yang diberi nama Tempo. Majalah yang memakai moto “Enak Dibaca dan Perlu” ini terbit seminggu sekali, memuat bermacam berita dari soal politik, hukum, dan sebagainya.

Tempo tidak berafiliasi dengan rezim Orde Baru. Sebaliknya, media ini menerbitkan berita-berita kritis yang membikin Soeharto beserta jajarannya naik darah.

Karena kritik-kritik tajamnya terhadap pemerintah dan Golkar membuat penguasa gerah, alhasil pada 1982 Tempo dilarang terbit sementara karena memberitakan peristiwa kerusuhan kampanye pemilu di Lapangan Banteng. Setelah diperbolehkan beroperasi kembali, ternyata berita-berita yang menguak kebobrokan rezim Soeharto yang diterbitkan Tempo makin “parah”.

Sampai akhirnya Tempo dibredel kembali pada 1994 akibat kemarahan besar Soeharto atas pemberitaan kritis soal mark-up anggaran dalam pembelian 39 kapal bekas dari Jerman Timur. Tempo terbit kembali setelah Soeharto tumbang dari kursi kekuasaan.

baca juga
Azhar Irfansyah dan Nella A. Puspitasari. Tentang Pasang Surutnya Badai Itu: Riwayat Pers Kiri di Indonesia (Bagian II). Indoprogress. 21/5/2014.

Reny Triwardani, “Pemberedelan Pers di Indonesia dalam Perspektif Politik Media”, Jurnal Ilmu Komunikasi, Vol. 7, No. 2, 2010.


MASRIADI.gif

Coin Marketplace

STEEM 0.30
TRX 0.12
JST 0.032
BTC 63878.79
ETH 3133.72
USDT 1.00
SBD 3.85