Asa Mengharu-biru | 4

in #indonesia6 years ago

WhatsApp Image 2018-07-14 at 09.07.29.jpeg
....asshalatu khairun minannaw....
...asshalau khairun minnanaw....

Suara azan bersahutan dari satu masjid dengan masjid lainnya ketika Irwandar menginjakan kaki ke tanah. Matanya kuyu. Tangannya mengucek-ngucek mata agar terlihat lebih jelas.

Lalu, dengan menumpang becak bermesin dia menuju rumah. Suara bising becak yang sesekali didayung itu membelah hening subuh nan dingin. Dirapatkannya kemeja lengan panjang itu ke tubuh. Tangannya bersidekap. Berusaha menahan hawa sejuk yang menyusur kulit seakan menembus tulang.

Suara bising becak bermesin terus meraung memecah keheningan subuh. Di langit sinar matahari mulai kemerahan. Suara itu lalu terhenti di depan sebuah rumah papan. Di sana, seorang wanita paruh baya sedang duduk bersantai menghirup udara pagi. Masih mengenakan mukena, menandakan baru saja selesai shalat subuh.

Wanita itu lalu berdiri. Mendekat ke becak bermotor dan menunggu pria tinggi turun dari becak dan menarik beberapa lembar uang ratusan rupiah diserahkan ke tukang becak.

“Terima kasih Bang,” sapa pria itu sembari menyalami kakek tua dengan rambut yang nyaris putih semua itu.

“Singah-singah ke rumah Pak,” sapa Dawiyah pada tukang becak. Si pria berambut putih hanya tersenyum dan mengucapkan terima kasih sambil memutar becaknya. Tak lama, tangannya menarik gas, dan pelan-pelan suara bising itu semakin menjauh.

“Aman dijalan Ir?”

“Aman Mak,” jawabnya sambil mencium tangan wanita itu. Sang ibu lalu mengajaknya masuk. Namun, Irwandar memilih duduk di teras, sembari menikmati udara sejuk. Sedangkan ibunya ke dapur, menyeduh teh dan membawanya keluarga.

Adik-adiknya yang lain pasti tidur lagi setelah shalat subuh usai. Kebiasaan mereka, sebelum subuh sang ibu pasti membangunkan. Jika tak bangun, maka sang ibu akan menggoyang-goyang tubuh hingga bangun dan menuju meunasah.


MASRIADI.gif

Coin Marketplace

STEEM 0.19
TRX 0.15
JST 0.029
BTC 62676.37
ETH 2581.43
USDT 1.00
SBD 2.72