Antara Angan dan Hayalan |6

in #indonesia6 years ago

computer-3204251_960_720.jpg

Meski terbilang berani, namun kali ini bulu kuduknya tak bisa diajak kompromi. Dawiyah mengusap tengkuknya. Ingin berdamai dengan bulu di sana. Agar tak berdiri.

Siang nan terik itu tak seorang pun petani melintas. Ah, mereka tampaknya sedang istirahat dan akan turun ke sawah sore hari selepas Ashar.

Meski sepedanya sudah agak jauh dari hewan itu. Namun, mata Dawiyah tetap awas. Jangan sampai binatang itu menjulur pelan ke tempatnya beridiri. Posisinya sigap. Jika ular itu mendekat, tak ada pilihan lain, maka mengayuh sepeda kembali ke arah Pasar Geudong.

Jika ular itu menjauh dia pun akan mengayuh sekuatnya ke desanya, Madan.

Rasa gerah dan perut kiat melilit, sesekali berbunyi meminta haknya diberi asupan makanan diabaikan. Beruntung sekitar dua menit berdiri ular itu mengakhiri waktu berjemurnya. Lalu turun ke sawah dan leyap diantara rimbun bibit padi milik Wak Hamdi.

Tanpa pikir panjang, Dawiyah lalu mengayuh pelan, duduk di sadel sepeda dan menekan sekuatnya kedua telapak kakinya. Mengayuh secepat dan sekuat yang dia bisa. Jalanan tanah berlubang di hampir seluruh bagiannya itu bak jalan raya nan mulus.

Tubuhnya berguncang hebat melewati jalan berlubang. Namun, baginya tak terasa. Seakan jalan itu rata. Suara derit sepeda terdengar nyaring. Seakan minta ampun agar diperlakukan lambat seperti kayuhan biasanya.

Ah, pikiran Dawiyah hanya fokus melewati kawasan ular itu dan tiba di rumah secepatnya. Jika pun sepedanya rusak, tak masalah. Sang ayah, bisa memperbaikinya. Terpenting lewat dari ancaman phyton coklat itu.

“Mak...mak,” tarik Ayin ke tangan ibunya.

“Ah, ya.”


MASRIADI.gif

Sort:  

cerita yang .........semoga bagus kita kdpan.

slm persahabtn

Get Automated DAILY upvotes! FREE

steem.link/more

Get 0.1 Free Steem Just To Join

Coin Marketplace

STEEM 0.19
TRX 0.15
JST 0.029
BTC 63811.18
ETH 2610.29
USDT 1.00
SBD 2.83