Sebupati apakah dirimu?

Saat kamu punya banyak sekali waktu luang dan nyaris tak semua mampu kamu habiskan dengan berleha-leha atau merenungi makna-makna mendasar kehidupan, seorang kepala kabupaten menghimbau sekalian kamu untuk memeras pikiran dengan menyibukkanmu mendukung atau menolak himbauannya melalui status fesbuk atau cuitan twitter.

Kamu akan menghabiskan harimu dengan memelototi layar henpon dari pagi ke pagi untuk komen sana komen sini. Kepala kabupaten tak menyediakan uang lelah dalam bentuk bungkusan kopi dan sebungkus rokok untuk ini. Kamu harus membantu temanmu menghabiskan rokok-rokok itu. Yang penting pikiranmu bekerja lancar walau perutmu keroncongan.

Kamu harus terus berpikir sampai tak ada lagi waktu luang. Pikiranmu wilayah berdaulat. Itu aku tahu. Jika kamu tak berpikir, derajat pengetahuanmu akan turun beberapa tingkat dari kepala kabupaten yang hanya sesekali berpikir. Itu pun kalau sedang tak ada yang dipikirkan.

Sebupati apakah engkau?