Perjuangan Melawan Diri Sendiri – Renungan Di Bulan Ramadhan

in #indonesia6 years ago

Pada dasarnya, setiap manusia memang memiliki hak untuk bebas dan merdeka. Namun, yang namanya manusia, seringkali juga tidak bisa mengendalikan diri dan tidak mampu bertanggungjawab atas segala resiko kebebasan dan kemerdekaan itu sendiri. Apalagi jika sudah terbiasa di dalam kandang, begitu dilepas, langsung liar tak karuan. Lapar sana, lahap sini, sudah benar-benar seperti binatang saja.

nyali.jpg

Keadaan ini tdak bisa sepenuhnya disalahkan begitu saja karena sudah menjadi hukum alam, bila ada aksi maka akan ada reaksi, di mana ada tekanan mana akan ada penyesuaian untuk meneyimbangkannya. Oleh karena itu, memang kita diajarkan untuk tidak pernah berlebihan, seban resiko dari berlebihan itu bisa menjadi sangat negatif bagi diri kita sendiri. Contohnya saja bila makan berlebihan, maka bisa merusak tubuh kita sendiri, karena memang kapasitas tubuh kita memiliki batasnya sendiri. Mau sebebas apapun kita makan, tetap ada batas dan selalu ada resiko serta konsekuensi yang kita harus bisa terima dan pertanggungjawabkan.

Begitu juga pada keadaan tidak percaya diri dan ketakutan yang berlebihan, maka bukan seuatu yang perlu dipertanyakan bila reaksi untuk menutupi semua itu juga menjadi sangat berlebihan. Orang yang tidak percaya diri dan takut karena anggapan orang, seperti misalnya takut dinilai bodoh dan tidak memiliki uang, maka cenderung akan menjadi sangat dominan dan beerlebihan di dalam mencari kedudukan dan kekuasaan. Mereka yang tidak yakin dengan karyanya sendiri pun cenderung akan berlebihan dan tidak sedikit yang akhirnya menjadi penindas karya orang lain.

Hal ini bisa berjalan disadari atau tidak disadari, kalaupun tidak sadar dan disadarkan oleh orang lain, biasanya akan sangat sulit menerima. Sebab faktor kenyamanan itu sudah begitu kuat, dan faktanya memang hanya sedikit saja orang yang benar memiliki nyali untuk keluar dari kondisi nyaman itu. Benar atau salah bukan lagi menjadi persoalan, bikin senang atau susah orang lain juga tidak dipikirkan, yang terpenting adalah diri sendiri. Pada akhirnya, memang mereka inilah yang paling cepat stress, marah-marah tak karuan, tidak dapat mengontrol diri, dan terjebak dengan dirinya sendiri sehingga lalu jatuh dan tidak bisa bangkit lagi. Jangankan bahagia, kelihatannya saja bahagia karena bisa berkuasa dan menindas orang lain, padahal sebenarnya sudah menyakiti diri sendiri dan sangat menderita.

Sebenarnya ini bukan sesuatu yang baru dan tentunya sudah banyak yang bukan hanya tahu tetapi sangat paham, lantas pertanyaannya mengapa tetap dilakukan?! Ini yang membuat kepala saya gatal dan tidak berhenti habis berpikir. Apalagi jika sadar penuh bahwa situasi dan kondisi saat ini sangatlah sudah luar biasa gelapnya. Siang itu pun tidak terang, dan malam benar gulita. Jika ada sedikit saja untuk membuat terang di kegelapan itu, tentunya akan sangat berbeda. Meskipun harus perlahan dan membutuhkan proses serta waktu, tapi akan memberikan perubahan.

Bagi saya pribadi, tidak adalah yang namanya manusia malaikat, karena manusia ya manusia, yang memang tercipta lebih sempurna daripada makhluk ciptaan Allah lainnya. Sehingga memang tidak ada manusia yang bisa menolong orang lain untuk berubah jika memang tidak ada keinginan untuk berubah dalam dirinya sendiri. Lagipula tidak ada manusia yang selalu patuh kepada Allah seperti malaikat, malaikat saja ada yang berani melawan Allah, apalagi manusia. Benar dan salah, baik dan buruk, semua harus dipertimbangkan oleh diri sendiri dan keputusan itu harus diambil dengan adil dan bijaksana. Niat baik tidak cukup untuk berubah apalagi melakukan perubahan, tetapi harus ada tindakan dan perbuatan nyata yang dibuktikan dengan konsisten dan terus menerus. Kebebasan dan kemerdekaan untuk memilih itu diberikan Allah dengan segala nikmat yang diberikan olehNya, tergantung pada kita sendiri saja bagaimana mau memanfaatkan kebebasan dan kemerdekaan itu sendiri dengan sebaik-baiknya agar benar berguna bagi diri ktia sendiri dan semua.

Kita memiliki kebebasan dan kemerdekaan dalam berkarya, berpendapat, dan berteman di Steemit ini, namun bukan berarti juga kita bisa seenaknya saja liar seperti binatang yang baru lepas dari kandang. Ada banyak hal-hal yang hendaknya juga kita hormati seperti jangan pernah menjadi seorang plagiat dan kasar atau memaksakan kehendak kepada orang lain. Reward yang diberikan kepada kita juga bukanlah sesuatu yang kemudian harus diperebutkan secara berlebihan dan begitu juga dengan berbagai kedudukan yang disediakan. Malah bila dilakukan, akan nampak jelas betapa tidak percaya diri dan kekurangan diri itu jelas akan sangat terlihat. Sebab jika memang benar tahu dan sadar penuh apa yang menjadi tujuan dari Steem Blockchain dan tahu persis cara untuk menggapai tujuan itu, maka tentunya tidak akan pernah berbuat melenceng dari segala aturan yang ada, sebab itulah kewajiban dan tanggung jawab yang harus dipenuhi. Jika pun memang mau seenaknya dan sesuka hati, lalu banyak beralasan untuk lari dari kewajiban dan tanggung jawab ini, tidak menjadi masalah, toh lagi-lagi semua ada resiko dan konsekuensinya masing-masing.

Bagi saya pribadi, Steemit dan segala perkembangan teknologi dari Steem Blockchain ini justru membuat saya lebih hati-hati dan waspada diri. Sedikit saja keasalahan dibuat, maka bisa fatal akibatnya, apalagi semua yang disediakan merupakan peluang besar untuk menggapai perubahan menuju masa depan dan kehidupan yang lebih baik. Memang bisa saja saya juga santai dan tidak perlu berpikir terlalu jauh, tetapi rasanya tidak sampai hati bila tidak berbuat sesuatu yang benar berarti dan berguna bermanfaat bagi semua dan masa depan. Saya tidak mempertanyakan untuk apa saya di Steemit dan kenapa saya ada di Steemit, tetapi saya mempertanyakan kenapa saya tidak berbuat sesuatu bila saya sudah bergabung di Steemit dan komunitas Steem Blockchain ini. Untuk menjadi maju dan berkembang, maka harus ada perjuangan dan perjuangan yang paling berat adalah melawan diri sendiri.

Sungguh bulan Ramadhan itu penuh dengan berkah, di mana saya memiliki banyak waktu untuk diam dan merenung. Semoga berguna dan bermanfaat.

Bandung, 22 Mei 2018

Salam hangat selalu,

Mariska Lubis

Sort:  

Memang sangatlah berat melawan diri sendiri. Saya terkadang sering terjebak bila mendapat tanggung jawab baru dari atasan. Seakan-akan tidak mampu. Namun ketika sudah dijalani dan terbiasa ternyata selalu ada sisi positif yang kita dapatkan.

Jalani saja dulu apa adanya dan nikmati, tidak perlu melawan kehendak semesta... Bahagia dan tersenyum saja sambil menjalaninya... Nanti tahu sendiri kemudian... ;)

Saran saya kak @mariska.lubis,anda tulis kesimpulan sedikit di paling ujung artikel,supaya pembaca mengetahui pembahasan penting apa saja yang perlu untuk di ingat.
Trimakasih

Benar sekali kaka ku @mariska.lubis
Kalau bahasa aceh, "tajak ube loet tapak taduek ube loet punggong."
He.. He..

Hehehe... Silahkan bebas membuat kesimpulan masing-masing... Apa yg mau diingat dan apa yang tidak, mana yg perlu dan mana yang tidak...

Hahaha... Nggak ada kesimpulannya... Silahkan dibaca dan buat kesimpulan sendiri... Namanya juga perenungan, bukan makalah... ;)

kadang kita juga terbelenggu dengan diri kita sendiri mbak.. :)

gmn kabarnya mbak @MariskaLubis ?

Yup... Senua tergantung pada diri kita sendiri... Batas itu pun kita yang buat...

Almhamdulillah, apa kabar juga?

Ketika kita tidak bisa mengontrol diri sendiri, akan ada hal negatif yang akan berdampak pada kita dan yang lebih memprihatinkan aib yang ada pada diri kita sendiri akan terbuka dan diketahui oleh orang lain.
Mari untuk bisa mengontrol diri.
Salam sukses untuk Teh @mariska.lubis

Sepakat... Sadar tak disadari perilaku dan bahkan kata2 yang kita uraikan adalah seringkali aib kita sendiri... Karena itu makanya kita harus bisa juga mendengarkan kata-kata kita sendiri dan bercermin atas perilaku kita sendiri...

Sometimes emang susah kak, apalagi liat es buah sama gorengan pas buka puasa. Rasanya pengen dihabisin semua. Hahahhhahahaha.

Itulah ujian puasa hahaha... Mengalahkan diri kita sendiri memang berat!

Untuk menjadi maju dan berkembang, maka harus ada perjuangan dan perjuangan yang paling berat adalah melawan diri sendiri.

Bener banget, Teh. Ini akan semakin berat mana kala kita tak rela meninggalkan zona nyaman, padahal jika saja punya keberanian, justru zona yang akan kita perjuangkan, jika ulet dan gigih, bisa menjadi sebuah zona yang justru lebih menjanjikan kedamaian, ketenangan dan kenyamanan.

Cuma ya itu tadi, perjuangan paling berat adalah perjuangan dalam melawan diri sendiri.

Karena itu lawan dan kuasailah diri kita sendiri... ;)

Suka makan? Wkwkwk.... Sama!

Tulisan yang mencerahkan, kontemplatif dan menawan.

Salam KSI
Irman Syah || @mpugondrong

terima kasih ya Uda...

Beda kesalahan di Steemit dengan dosa adalah: dosa bisa dimaafkan dan dihapus dengan amal ibadah. Sakit itu juga bisa menggugurkan dosa-dosa kecil. Nah, "dosa" di Blockchain tidak bisa dihapus, Sista @mariska.lubis. Meski ada yang sudah menghapus, dengan perintah tertentu bisa dipanggil kembali.

Itu dia, jadinya kan harus bisa berbuat sebisa mungkin tidak berdosa...

Diam suatu kebaikan dalam agama. Merenung sama halnya dengan berfikir yang dalam Alquran Allah menganjurkan untuk berfikir hasil ciptaan langit dan bumi supaya terlihat tanda-tanda kuasa Allah.

Diam itu emas, banyak yang bisa didapat dengan diam.

Coin Marketplace

STEEM 0.16
TRX 0.13
JST 0.027
BTC 57642.15
ETH 2578.06
USDT 1.00
SBD 2.49