Indonesia dan Internet
Kemajuan teknologi sekarang ini sangat pesat dan semakin canggih. Banyak teknologi diciptakan dan dikembangkan membuat perubahan peradaban dan kebiasan yang begitu besar dan kehidupan manusia, salah satu yang sering rasakan pengunaannya adalah Internet. Banyak manfaat yang dihasilkan oleh internet itu semakin banyak pula pengguna akan menggunakan internet dalam aktifitas kesehariannya. Seiring dengan berkembangnya internet dari tahun ke tahun maka bertambah pula pengguna internet. Berdasarkan laporan Wearesocial terdapat beberapa fakta mencengangkan. Diantaranya adalah tentang jumlah pengguna internet dunia yang telah mencapai 4,021 miliar orang. Ini artinya sudah lebih dari separuh manusia di bumi telah menggunakan internet.
Di Indonesia sendiri, mengutip data Hootsuite, jumlah pengguna Internet di Indonesia pada Januari 2018 menembus 132,7 juta pengguna dengan tingkat penetrasi mencapai 50%. Dari data tersebut, tercatat pengguna aktif media sosial sebesar 130 juta. Sementara itu, populasi pengguna perangkat mobile angkanya lebih tinggi lagi yang mencapai 177,9 juta pengguna, dengan tingkat penetrasi mencapai 67%. Dan lagi-lagi dari pengguna perangkat mobile ini tercatat 120 juta merupakan pengguna aktif mobile social.
Dari data di atas bisa disimpulkan bahwa penggunaan internet tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia sekarang ini. Terbukti dengan data di atas setengah dari populasi di Indonesia menggunakan internet. Bukan tanpa alasan mengapa penggunaannya semakin bertambah setiap tahun. Salah satu contoh konkret yang sering dirasakan adalah onlineshop seperti alibaba, bukalapak, lazada, dll. Mungkin 10 tahun yang lalu di Indonesia ketika membeli barang mungkin akan pergi ke toko langsung. Contoh lainnya adalah e-banking yang sering sekali digunakan dalam bertransaksi. Tidak perlu mengantri untuk transfer uang di bank hanya bermodal data dan aplikasi lalu transaksipun sudah ditunaikan.
Ada yang lebih menarik dari data di atas yaitu penguna smartphone di Indonesia sudah melebihi setengah dari populasi itu sendiri. Bisa diartikan bahwa warga Indonesia tidak mau kalah saing dari negara lain. Walaupun itu tidak terlepas dari mudah dan murahnya membeli smartphone.
Sekarang ini pengguna internet dan smartphone tidak hanya berasal dari kalangan pekerja. Tetapi hampir semua kalangan termasuk anak dan balita sudah memanfaatkan internet dan smartphone dalam aktifitas mereka sehari-hari. Sering kali kita menemukan pemanfaatan internet dan smartphone menjadi salah satu jalan pintas orangtua dalam pendampingan sebagai pengasuh bagi anaknya. Dengan berbagai fitus dan aplikasi yang menarik mereka memanfaatkannya untuk menemani anak agat orangtua dapat menjalankan aktifitas dengan tenang tanpa khawatir anaknya keluyuran, bermain kotor, bermain kotor, mengacak seisi rumah yang akhirnya membuat rewel dan mengganggu aktifitas orangtua.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh The Asian Parent Insights pada November 2014, sebanyak 98 persen dari 2.714 orang tua di Asia Tenggara yang mengikuti penelitian ini mengizinkan anaknya untuk mengakses teknologi berupa komputer, smartphone, atau tablet. Penelitian ini dilakukan terhadap 2.714 orang tua di Asia Tenggara yang memiliki anak berusia 3 - 8 tahun. Para orang tua peserta penelitian ini berasal dari Singapura, Malaysia, Thailand, Indonesia, dan Filipina. Dari hasil survey tersebut kebanyakan orangtua memperbolehkan anaknya bermain gadget untuk tujuan edukasi. Namun kenyataannya menurut hasil survey sebagian besar putra-putri mereka menggunakan gadget / tablet tersebut untuk tujuan hiburan seperti game (Unantenne, 2014). Untuk usia 18 tahun ke bawah, gaming-lah kegiatan yang dimaksud, sedangkan usia 18 – 25 tahun lebih memilih mendengarkan musik atau menonton video, apalagi mengingat sekarang semakin banyak layanan streaming yang tersedia.
betapa sadarnya orang tua akan risiko maupun manfaat penggunaan smartphone/tablet oleh anak-anak mereka. Yang mereka harapkan adalah fitur parental control yang dapat membatasi penggunaan smartphone/tablet hanya untuk keperluan belajar. Hal ini bukan berarti anak-anak hanya diperbolehkan belajar matematika ataupun IPA saat bermain dengan gadget, namun mereka juga boleh menikmati aplikasi hiburan yang edukatif.
Fenomena ini tidak bisa dihindari bahwa anak tidak bisa untuk melarang penggunaan smartphone melainkan memanfaatkan smartphone tersebut sebagai pendidikan. Tidakkakh lebih bijak jika suatu hal yang di khawatirkan menjadi sebuah harapan. Harapan itu muncul ketika pemanfaatan terjadi. Perlu adanya dukungan dari semua pihak, baik dari pemerintah yang mengatur system pendidikan menggunakan internet dan perangkat pendukung, pengembang aplikasi yang menyediakan aplikasi edukatif, orangtua sebagai orang pertama yang berinteraksi dengan anak. Harapannya jelas untuk kemajuan manusia dan bangsa itu sendiri. Selamat datang di dunia maya.
Sumber:
- https://www.goodnewsfromindonesia.id/2018/02/06/inilah-perkembangan-digital-indonesia-tahun-2018
- http://industri.bisnis.com/read/20180201/101/733037/pengguna-perangkat-mobile-di-indonesia-semakin-tinggi-ini-datanya
- https://s3-ap-southeast-1.amazonaws.com/tap-sg-media/theAsianparent+Insights+Device+Usage+A+Southeast+Asia+Study+November+2014.pdf
- https://dailysocial.id/post/memahami-tren-penggunaan-smartphone-di-indonesia-berdasarkan-usia
- https://id.theasianparent.com/hasil-survey-smartphone-yang-mengejutkan/