Saya rasa kritiknya banyak bang @teukukemalfasya, tapi tidak teralamatkan dengan baik. Ia mati bersamaan dengan tetes terakhir dari dalam cangkir-cangkir warong kopi, atau hidup seperti legenda santan untuk menggurihkan pulot saat pagi. Akademisi yang punya ideologi menulis untuk penyadaran publik itu terbilang sedikit di Aceh, coba kalau banyak, mungkin sebuah kritik akan terlihat kekuatan magicnya. Terlepas kita mencintai atau tidak, yang pengting adalah bermanfaat bagi masyarakat banyak.