Seri Tokoh #10: Taufik Abdullah (Network of Collective Memory)

in #indonesia7 years ago (edited)

image

Tanggal 28 April 2018 adalah hari yang membahagiakan bagi saya. Sebab, akhirnya saya dapat duduk sebaris sebagai narasumber bersama begawan sejarah Indonesia, yaitu Prof. Taufik Abdullah (TA). Google bisa menjadi “jendela” untuk mengetahui rekam jejak TA sebagai salah satu putera Minangkabau yang telah mengabdi sebagai salah seorang peneliti, penulis, dan sekaligus pendidik dalam kajian ilmu sejarah di Indonesia.

image

Saya berkenal dengan TA ketika menjadi Fellow Asian Public Intelektual tahun 2006/7. Setelah itu, sempat juga bertemu TA ketika saya menjadi finalis satu program AIPI, dimana TA sebagai salah satu orang penting di lembaga tersebut. Peristiwa tersebut terjadi pada tahun 2011, dimana mengantarkan saya sebagai salah satu Peneliti Muda terbaik Indonesia, dibawah kerja sama antara AIPI dan salah satu biro di Jakarta. Perjumpaan dengan TA juga pernah terjadi di Yogyakarta, dalam satu shalat Jum’at berjamaah, di Sapen.

Selama studi di Yogyakarta, saya telah membaca beberapa karya TA. Kebiasaan TA adalah memberikan pengantar pada beberapa karya para sarjana di Indonesia. Karena itu, saya sudah lama memahami berbagai studi sejarah, termasuk biografinya yang ditulis dalam bahasa Inggris. TA termasuk sarjana Minang yang sangat memperdulikan sejarah Aceh. Dalam memoarnya, diceritakan bahwa dia ingin sekali menulis tentang Aceh, sebagai objek studi dalam disertasinya. Namun, akhirnya dia memutuskan untuk menulis tentang sejarah Kaum Muda dan Adat di kampung halamannya.

Ketika menjadi narasumber dalam dua program yang dilaksanakan oleh Direktorat Sejarah, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementeriaan Pendidikan dan Kebudayaan, bersama TA, saya sebenarnya tidak terlalu percaya diri. Dua program yang dimaksud adalah Inti Bangsa 2018 (Internalisasi Nilai Kebangsaan) dan Lasenas (Lawatan Sejarah Nasional). Program pertama untuk guru-guru sejarah dari seluruh Indonesia. Adapun program kedua untuk siswa-siswi juga dari seluruh Indonesia.

image

Dalam acara pertama, kami membahas tentang Aceh. Dalam acara pagi hari ini, TA menarasikan kecintaannya terhadap sejarah Aceh. Salah satu kalimat yang saya catat adalah kalau ingin mendalami sejarah Indonesia, maka pertama kali yang harus dipahami adalah Sejarah Aceh. Demikian besar peran Aceh dalam sejarah Indonesia. Dia menceritakan bagaimana posisi Aceh ketika Indonesia bergolak. Pengetahuan sejarah TA memang sangat komprehensif. Dia mengatakan peran Aceh, Minangkabau, dan Yogyakarta sangat besar sekali dalam sejarah bangsa ini. Di samping itu, TA juga menceritakan bagaimana pergolakan Kerajaan Aceh Darussalam secara komprehensif. Begitu juga hubungan Aceh dan Minangkabau dalam hal kebudayaan. Orang Minang di Aceh dikenal sebagai Aneuk Jame. TA seakan-akan ingin mengatakan bahwa ada sejarah yang tidak terputus antara Minang dengan Aceh.

image

Dalam postingan sebelumnya, saya telah mengupas Azyumardi Azra, dimana juga mengkaji Aceh. Sebagai orang Minang, Azra telah membongkar sejarah intelektual Muslim di Aceh pada abad ke-17 M. Jadi, setelah mendengar paparan TA, saya mulai paham mengapa orang Minang memiliki hubungan baik dengan Aceh. TA juga menceritakan kerisauannya karena selama ini di Indonesia, sejarah yang paling kerap dipelajari adalah bersifat Jawa sentris. Saya tersentak. Karena dari seorang begawan sejarah Indonesia, terlihat bagaimana kerisauannya terhadap pengetahuan sejarah generasi muda di di Indonesia, yang hanya disajikan sejarah Jawa sebagai Sejarah Indonesia.

image

Pada malam hari, kembali saya menjadi narasumber bersama TA dalam seminar Lasenas 2018. Kali ini, saya berbicara tentan Aceh bersama TA dan salah satu pakar pendidikan karakter. Kali ini, selama hampir 1 jam, saya menyimak ceramah TA. Dia mengawali pembicaraannya dengan mengapa kita mampu berbangsa di Indonesia. Ada apa dengan orang Indonesia, kok bisa mendirikan bangsa. Konsep nation formation dikupas secara mendalam oleh TA.
Hubungan sesama rakyat di Indonesia dijelaskan secara detail oleh TA. Dia mengatakan bahwa sultan-sultan di Aceh juga ada yang berasal dari Bugis dan Pahang. Demikian pula, pahlawan Aceh, Teuku Umar juga berasal dari Minang. Kemudian orang Minang juga sangat dekat dengan orang Yogyakarta. Orang Minang ada di Makassar. Orang Makassar juga memiliki hubungan dengan orang Aceh. Kait kelindan jejaring hubungan antara sesama penduduk di Nusantara telah menciptakan persaudaraan, jauh sebelum Indonesia didirikan.

image

Penjelasan tentang nation formation dan nation building juga disajikan saat Indonesia merdeka dan mempertahankan kemerdekaan. Sejarah Republik Indonesia Serikat. Istilah NRI (Negara Republik Indonesia) juga disampaikan oleh TA sebelum menjadi NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia). Peran-peran putera daerah juga ditelaah ketika mereka memberikan gagasan-gagasan terbaik untuk kepentingan bangsa Indonesia. TA hapal betul konteks sejarah Indonesia, termasuk yang diulang-ulangnya adalah penulis syair lagu Indonesia Raya sebenarnya bukan pengarang lagu yang dikenal hari ini. Dia mengatakan lagu tersebut mirip dengan lagu orang Minang. Kalau tidak salah, TA menyebutkan nama Mohammad Yamin sebagai pengarangnya. Juga misteri pengarang lagu Indonesia Raya dari salah seorang saksi sejarah yang berasal dari Indonesia Timur.

Dalam benak saya, TA sedang menyampaikan tentang alasan berbangsa di Indonesia, jauh sebelum tahun 1945 dan 1928. Paparan TA ingin menunjukkan bahwa di Indonesia terdapat satu konsep yang mengikat antara satu sama lain, yang tidak bisa diputuskan, yaitu Network of Collective Memories (Jaringan Memori Kolektif). Inilah ujung dari ceramah TA. Dia menjelaskan bahwa memori kolektif rakyat Indonesia menjadi alat pemersatu bangsa ini. Bukan karena seorang dan karena satu peristiwa. Nasionalisme muncul karena sesama suku bangsa ini memilik ingatan kolektif yang juga disertai perpindahan manusia di Nusantara sejak dulu kala. Jadi, ketika mereka hendak mendirikan bangsa Indonesia, yang awalnya dikenal sebagai Negara Hindia, tidak memiliki kesusahan yang amat sangat. Karena mereka sudah bersatu jauh sebelum Indonesia bersatu.

image

Apa yang disampaikan oleh TA memang tidak jauh dari apa yang saya temukan dalam studi saya tentang Imajinasi Kebangsaan, yang sedang saya kaji, setelah menulis buku Acehnologi. Saya menganggap bahwa imajinasi kebangsaan itu dimunculkan karena ada memori kolektif. Ingatan sejarah ini memang juga terdapat di dalam memori kebudayaan. Dalam salah satu karyanya, Anthony Reid juga mengupas tentang akar-akar kebangsaan yang muncul di Asia Tenggara. Kajian saya telah dipublikasikan dalam Jurnal Afkaruna yang diterbitkan oleh Universitas Muhammad Yogyakarta, edisi tahun 2017.

image

Di atas itu semua, pertemuan saya dengan TA memang semacam pertemuan antara murid dan guru. Beliau masih ingat dengan beberapa pertemuan kami. Kondisi TA masih fit dan memiliki ingatan yang amat kuat. Gaya berbicaranya masih sangat mudah dicerna. Pengetahuan sejarah persis seperti ensiklopedi berjalan. Beruntung akhirnya, saya dapat duduk sebaris dengan TA. Pengalaman yang sama juga saya alami ketika sebaris dengan Azyumardi Azra. Di ujung pertemuan pertama, saya memberikan hadiah buku terakhir saya yang berjudul Masa Depan Dunia. Dengan senang hati, TA menerimanya dan tersenyum lebar, ketika saya ajak untuk berfoto.

K. Bustamam-Ahmad

Sort:  

Meu aso that.
Pak duktur, supaya tdak terjebak arus jawa sentris, apa buku yg rekomended mmhami sejarah aceh??

Banyak Bang. Coba dibaca aja buku-buku Pak Taufik, Pak Anthony, Pak Anhar, Pak Asvi dan lain lainnya. Tentu Acehnologi juga dapat dijadikan sbg bahannya.

Coin Marketplace

STEEM 0.16
TRX 0.17
JST 0.029
BTC 69114.35
ETH 2507.85
USDT 1.00
SBD 2.56