Seri Masa Depan: Apa itu Peradaban Planetari

Dalam beberapa kali postingan #serimasadepan, saya selalu menyebut istilah Peradaban Planetari (Planetari Civilization). Sehingga ada para pembaca yang sudah mulai bertanya-tanya tentang konsep ini. Walaupun sebenarnya istilah tersebut bisa dicari di search engine. Saya mulai mengenal istilah ini ketika menulis buku Masa Depan Dunia (MDD). Istilah ini pernah saya singgung sepintas dalam karya tersebut.

Istilah ini saya jumpai pertama kali dalam buku Michio Kaku yang berjudul Physics of the Future: How Science Will Shape Human Destiny and Our Daily Lives by the year 2100. Awalnya saya menganggap itu adalah istilah yang biasa. Bahkan saya belum menemukan sarjana di Indonesia menggunakan istilah tersebut. Bagi saya, istilah ini adalah puncak dari persimpangan era globalisasi yang serba berdekatan dengan teknologi. Jadi, setelah segala sesuatu going global, maka puncaknya adalah Planetary Civilization. Kaku menyebutkan bahwa: “All technological revolutions … are leading to a single point: the creation of a planetary civilization” (p.379).

Sumber: (Kaku, 2011).

Istilah ini pertama kali disampaikan oleh sarjana dari Russia. Namanya Nikolai Kardashev, seorang ilmuwan astro-fisika. Dia memetakan beberapa tipe peradaban dunia, mulai dari Tipe 0 ke tipe IV. Keempat tipe ini akan dikupas dalam postingan yang lainnya. Peradaban planetary muncul ketika perubahan dari Tipe 0 ke tipe 1. Saat ini, peradaban dunia sudah berada pada posisi yang diambil dari informasi. Siapa yang mengelola informasi dia lah yang menjadi pemain utama dalam Peradaban Planetari. Namun, karena masih peradaban pada Peradaban tipe 0, beberapa bangsa tidak sanggup berkompetisi dengan negara-negara maju yang terdepan di dalam informasi.

Teknologi informasi telah merayap secara pasti ke dalam seluruh aspek kehidupan. Inilah loncatan dari Peradaban Tipe 0 yang mengandalkan dari energi dari bumi semata. Sementara Tipe I sudah menjadi planetari. Jadi tambang informasi menjadi hal utama ketika manusia berada pada Peradaban Tipe I. Saya menduga platform Steemit juga ingin memidahkan manusia dari Tipe 0 ke Tipe 1, tanpa harus menyeleksi terlebih dahulu, siapa yang layak atau tidak. Orang kaya bukan karena memiliki tanah atau tambang, tetapi kecekatannya di dalam mengelola nasibnya dalam teknologi informasi.

Ketika Peradaban Tipe I muncul, maka di situ muncul Peradaban Planetari, seperti yang kita rasakan hari ini, dengan kekuatan teknologi informasi. Michio Kaku menyenaraikan beberapa tanda kemunculan Peradaban Planetari. Pertama, internet telah berperan aktif sebagai sistem telepon planetari. Hari ini, internet menjadi suatu yang wajib di dalam setiap sendi kehidupan. Dalam beberapa postingan sebelumnya, telah diuraikan secara panjang lebar dampak internet.

Kedua, bahasa Inggris menjadi Bahasa Planetari. Sekarang bahasa Inggris menjadi bahasa pengantar di dunia. Tidak ada negara yang tidak mempelajari bahasa Inggris. Bahasa ini telah menjadi bahasa pengetahuan, ekonomi, budaya, politik, hiburan, dan lain sebagainya. Bahasa Inggris telah menjadi bahasa pengantar secara internasional. Setiap warga dunia saat ini harus mampu berkomunikasi dalam bahasa ini. Salah satu bahasa yang berdampingan dengan bahasa Inggris adalah bahasa Cina.

Ketiga, kemunculan ekonomi planetari. Maksudnya, kita menyaksikan perekonomian tidak lagi berada pada satu kekuatan internal yang bersifat tradisional. Akan tetapi, kita melihat bagaimana kemunculan lembaga-lembaga atau institusi-institusi yang memberikan pengaruh ekonomi secara internasional. Satu negara harus meratifikasi peraturan perundang-undangan karena ada sistem protokol yang berlaku secara global. Negara-negara maju berusaha mengontrol ekonomi dunia melalui lembaga-lembaga internasional. Kepentingan ekonomi sudah berada pada kepentingan blok atau aliansi tertentu.

Keempat, kemunculan kelas menengah planetari. Kelompok yang kaya raya menguasai beberapa sendi kehidupan ekonomi dunia. Mereka tidak tidak banyak. Nama mereka muncul dalam list orang-orang kaya. Mereka hidup secara mewah dan ada pula yang sangat dermawan. Kekayaan mereka selalu dicatat dan dipersaksikan ke publik. Mereka yang hidup first class, setiap wish pasti akan come true. Mereka menguasai politik, hiburan, ekonomi, olah raga, dan bahkan dunia hiburan. Kelas menengah planetari terkadang menjadi target perhatian global. Kaku menyebutkan bahwa focus kelompok ini adalah “political and social stability and consumer goods (p.385).”

Kelima, kekuatan ekonomi menjadi kriteria baru sebagai negara superpower. Saat ini, kestabilan suatu negara diukur dari keadaan ekonomi. Beberapa negara maju, misalnya Cina, sudah mulai merajai perekonomian dunia. Rangking ini terus meroket. Sehingga semua perhatian dunia pada negara Tirai Bambu. Ada yang suka dengan kehadiran negara ini di negara lain dan ada pula mulai ketar-ketir dengan berbagai program ekonominya. Negara-negara yang terdepan dalam pertahanan dan keamanan pun harus memikirkan bagaimana agar ekonominya stabil.

Keenam, kebangkitan budaya planetari. Saat ini, imperialisme dan diplomasi kebudayaan telah memberikan dampak yang sangat besar. Industri perfilman telah dikuasai oleh Hollywood. Fashion dunia tertuju pada apa yang dipakai oleh artis tertentu. Tren kebudayaan menjadi begitu tersentralisasi. Makanan cepat saji menjadi suatu hal yang lumrah. Warung kopi pun sudah dikuasai oleh beberapa perusahaan tertentu. Kita menyaksikan hal ini di mall, bandara, dan tempat-tempat publik, dimana penduduk dunia bertemu dan berinteraksi. Televisi telah memberikan begitu banyak pilihan bagi pemirsa.

Sumber: (Kaku, 2011).

Ketujuh, berita-berita menjadi planetari. Negara-negara tidak mampu lagi mengontrol gencarnya berbagai berita masuk ke rumah warga mereka. Dunia informasi telah menjadi raja baru dalam Peradaban Planetari. Dewasa ini, berita yang ribuan kilometer jauh dari kita, dapat kita nikmati secara langsung. Orang rela tidak tidur malam untuk menanti acara olah raga secara langsung. Orang menjadi selebriti ketika dia mampu menjadi ikon dalam berita tertentu. Pola mendapatkan informasi tidak lagi melalui televisi, surat kabar, dan radio, tetapi sudah melakui berbagai perangkat yang ada di tangan mereka.
Kedelapan, ancaman lingkungan pun sudah diperdepatkan secara planetari. Isu global warming seolah-olah wajib dipikirkan oleh siapa pun. Walaupun kita tidak begitu menjadi pemain utama di dalam merusak lingkungan. Berbagai protokol untuk menjaga lingkungan ditetapkan. Kelompok pencinta lingkungan walaupun dari negara yang paling sering merusak lingkungan menjadi pahlawan.

Kesembilan, pariwisata merupakan industri baru yang paling cepat berkembangannya. Pesawat terbang dapat dinaiki oleh siapapun yang memiliki duit. Harganya pun sudah sangat miring. Destinasi wisata menjadi bahan iklan di berbagai travel di seluruh dunia. Orang semakin sering mengunjungi kawasan-kawasan wisata. Bahkan, alam semesta pun mulai dikorek untuk membantu dunia pariwisata. Industri pariwisata ini terkadang mengangkat devisa suatu negara.

Dua aspek terakhir adalah hubungan manusia semakin intens dan corak perang semakin beragam. Dua hal ini agaknya juga menjadi tren baru. Perang yang dimulai dari kepentingan ekonomi dan salah paham antara sesama manusia telah juga menciptakan model-model perang baru. Akan dikupas hal ini pada postingan yang lain.

Tanda-tanda planetari di atas merupakan akibat dari globalisasi. Tentu saja kita sudah menyongsong era ini. Apakah kita sebagai objek, subjek, atau bahkan kita tidak sadar kalau kita menjadi komoditas dalam era Peradaban Planetari. Transisi dari Peradaban Tipe 0 ke Tipe I ini sedang berlangsung. Karena itu, kita harus mempersiapkan diri dan generasi baru di dunia ini untuk berpikir bahwa di Peradaban Tipe I nanti, sangat boleh jadi, tubuh anda di rumah, pikiran anda di alam maya, uang ada dalam bentuk seperti yang sedang tren, dan nasib anda ditentukan oleh algoritma.

K. Bustamam-Ahmad