Cara Melakukan Presentasi (V)
Jadi, setelah anda pahami betul siapa penyimak presentasi anda, langkah seterusnya adalah memikirkan beberapa hal. Presentasi ini ajang memperkenalkan anda ke level nasional. Kalau dari daerah, biasa cenderung dilihat sebagai "second class," manakala anda tidak pernah tampil di televisi nasional atau berasal dari kampus yang tidak diperhitungkan. Biasanya diletakkan pada nomor urut yang presentasi tidak penikmatnya. Begitu juga, jika ada dalam panel pun, maka anda presentasi sendiri dan bertanya sesama presenter. Intinya, kalau anda tampil pertama kali di level nasional, usahakan beberapa hal berikut:
Buatlah slide yang sederhana, namun mengena di benak peserta. Maksudnya, usahakan masalah yang anda tampilkan dalam bentuk visual. Kurangi mengambil data di level nasional, apalagi data-data lembaga survei di tingkat nasional. Itu tidak akan membuat “terkejut” peserta. Lebih baik dikurangi mengambil gambar-gambar dari google image atau web manapun, yang itu tidak akan “menjual” presentasi anda ke peserta. Lebih baik, kalau anda memiliki gambar, usahakan milik anda sendiri. Gambar diambil yang dapat bercerita banyak kepada peserta. Jangan terlalu banyak teks di slide anda.
Gunakan filosofi “things as they are”. Maksudnya, tampilkan apa adanya kalau anda dari daerah. Kalau bisa, kaitkan hasil presentasi anda dengan daerah lain. Ini menunjukkan anda peduli dan mengikuti perkembangan di daerah lain. Jangan gunakan bahasa-bahasa yang kasar di slide anda. Kalau ingin merujuk pada sumber, usahakan dari lembaga-lembaga terkemuka di luar negeri. Buku-buku terbaru juga perlu dirujukan sebagai kajian teoritik. Usahakan tidak mengambil pola SPI (Sarjana Penerbit Indonesia) di dalam presentasi anda. Ini bukan tidak menghargai penulis nasional, melainkan anda sedang mempresentasikan di level nasional. Tampilkan kalau presentasi anda memang layak di pentas nasional dengan data lokal, namun melalui pengembangan keilmuan secara internasional.
Lebih baik tidak terjebak pada isu-isu nasional, ketika mengupas secara teoritik. Karena kalau anda kupas isu nasional, terlebih lagi dari berita-berita nasional, maka anda sangat boleh jadi menjadi bagian dari agenda setting media-media nasional. Kalau pun anda menganalisa isu-isu nasional, gunakan teori-teori terkini. Kalau anda ingin utarakan contoh dari lokal, usahakan ambil yang tidak “merugikan” daerah anda sendiri.
Melakukan presentasi di level nasional, terlebih jika anda baru memulai di level tersebut seyogyanya pandai-pandai membaca gerak-gerik peserta nasional. Jika mereka sibuk dengan android mereka, maka anda tidak berhasil mengambil perhatian. Kalau mereka sering melirik jam tangan, maka itu sinyal presentasi anda harus segera dihentikan. Kalau beberapa peserta sudah banyak yang menatap langit-langit dan kanan kiri dinding ruangan, itu sinyal anda sudah berpikir untuk loncat ke bagian kesimpulan.
Kebanyakan para presenter ketika tampil di pentas nasional agak suka memberikan citra negatif pada kampung halamannya. Utamakan hal-hal yang positif dari daerah anda. Kalau boleh agak dikurangi menjelaskan “mereka di daerah begini dan begitu.” Lebih digunakan kalimat “di daerah A, biasanya begini dan begitu..” Jangan takut untuk menggunakan kata “kami...” karena anda mewakili daerah anda sendiri. Hal ini memang manakala anda presentasi tentang daerah anda sendiri di level nasional.
Di level nasional, dikotomi presenter lokal dan presenter pusat memang menjadi momok bagi sebagian presenter daerah. Tidak sedikit presenter pusat/nasional yang memang pakar di dalam memberikan presentasi di seminar. Terkadang mereka yang favorit adalah orang-orang yang menceritakan pengalaman mereka di dapur kekuasaan. Cerita mereka paling dinikmati, karena penuh dengan “inside story.” Kalau ada pejabat yang mengisi seminar di level nasional, sering presentasi mereka disiapkan oleh ajudan, tim kecil, atau ghost writer. Biasanya mereka kaya dengan data dan fakta yang menunjukkan bahwa mereka “berhasil.”
Sedangkan mereka yang baru melakukan presentasi di level nasional, terlebih lagi dalam panel atau sesi di ujung, terkadang merasakan nyaman, karena tidak ada yang menyimak presentasinya. Sebaliknya, merasakan tidak dihargai, karena terkadang peserta seminar tidak begitu meminatinya. Bagi anda yang berada di posisi ini, jangan patah semangat. Anda hanya perlu fokus pada presentasi yang telah disiapkan. Jika waktunya tidak cukup, karena telah diambil oleh pembicara sebelumnya, lebih baik disajikan pada data yang menjadi inti dari presentasi sebelumnya.
Jangan lupa, anda juga mengingat bagaimana pernyataan demi pernyataan dari presenter sebelumnya. Di sini gunakan kepiawaan anda dengan presentasi anda, seolah-olah anda yang sedang membuat kesimpulan sesi atau panel tersebut. Di sini biasanya perhatian peserta akan ke anda, karena kemampuan melakukan presentasi dengan mengaitkan dengan presentasi-presentasi sebelumnya. Anda seolah-olah melakukan refresh terhadap suasana seminar. Peserta akan menyimak presentasi anda dan mereka akan lupa pada presentasi sebelumnya.
Dalam hal ini perlu diperhatikan di posisi mana diletakkan dalam skedul oleh panitia. Ketika saya menyajikan seminar nasional, sering di ujung atau kadang pesertanya sudah mulai memikirkan “ishoma.” Biasanya saya akan mencoba melakukan penyegaran dalam ruangan melalui guyonan-guyonan sederhana, sekedar untuk menyita peserta fokus pada presentasi saya. Terkadang berhasil dan tidak menutup kemungkinan juga tidak berhasil. Terlebih lagi, kalau presenter sebelumnya adalah Begawan atau Ilmuwan yang sangat memikat peserta seminar.
Kalau berada di dalam posisi ini, maka suara saya akan sedikit tinggi. Saya akan mengisi mana saja yang belum dikupas oleh presenter sebelumnya. Saya akan menyebutkan nama begawan atau ilmuwan tersebut. Sambil mendengar presentasi mereka, dalam waktu beberapa menit saya langsung merubah slide saya selama duduk di depan. Saya akan menghapuskan hal-hal yang sudah disinggung. Kemudian saya akan tambah dengan slide tambahan atau memodifikasinya.
Karena itu, saya jarang sekali menyerahkan slide ke panitia hingga saya waktunya sampai bagi saya untuk presentasi. Taktik ini sering saya lakukan supaya saya bisa “masuk” di dalam alam pikiran peserta. Bahkan ketika melihat peserta bakal tersinggung dengan presentasi saya, maka saya pun akan menghapuskannya atau memodifikasi. Strategi ini amat penting bagi kita yang tampil di level nasional. Jangan mengangkat atau mengungkit isu-isu sensitif di dalam seminar, terlebih lagi jika ada kelompok yang bakal tersakiti oleh presentasi kita.
Jadi, untuk persiapan tampil di level nasional kita perlu melakukan format presentasi yang bagus. Di sini saya bukan bermaksud pada dataran bentuk slide, melainkan pola presentasi yang kita sajikan, berdasarkan pengalaman saya ada tiga tipe: Historical base, case studies base, dan facts and theory base. Ketiga hal ini akan kita kupas pada postingan berikutnya. Dari beberapa uraian di atas, saya ingin menggaris bawahi bahwa tampil di level nasional adalah upaya menanamkan nama kita di dalam benak peserta, panitian, dan stakeholder yang hadir saat itu. Karena itu, penting dijaga bagaimana gaya dan cara berbicara di level tersebut.
Bersambung...
Luar biasa p Dr
Makasih Kanda
Gurunya maha guru ini sih yg posting. Mantap sangat abang
sharing and caring for knowledge Kang Mas
Ini sangat bermanfaat, pak KBA
Makasih Bang
menanti bagian fact and theorical base