Uang Itu Tanda kemalasan!

Ini kisah saya, sekitar tahun 2005-an. Di kost-an, hape saya berbunyi, oh ada telepon dari nomer tidak dikenal. Suara di telephone, selamat siang, kami dari bla bla bla, memberitahukan bahwa bapak mendapatkan hadiah uang sebesar bla bla bla juta. Saya, oh ya?, lalu bagaimana? (jantung saya berdegub kencang karena sangat senang). Suara di telephone menyuruh saya, untuk pergi ke ATM terdekat. Saya kemudian masuk ke ruangan, dimana mesin ATM berada. Lalu disuruh begini begitu, memasukkan kartu ATM saya, dan sebagainya. Saya tidak begitu focus dengan apa yang saya lakukan. Sampai kemudian saya disuruh mengetik sebuah angka, dan ketika saya tekan oke, ada tulisan, maaf, saldo anda tidak mencukupi untuk transaksi ini.

Saya sampaikan apa yang saya lihat di layar ATM, kepada sosok yang berbicara di telephone. Saya disuruh mengulangi lagi prosesnya, dan hasilnya sama. Lalu sosok di telephone nanya, saldo kamu berapa sih?. Jawab saya, di rekening bank saya, cuman ada 50 ribu pak. Suara di telepon, goblok !!, dasar melarat !!, lalu telephone ditutup. Saya yang tadinya senang, berubah bingung, salah gue apa?. Saya keluar dari ruang ATM, dan pulang ke kost-an. Saya merenung, sebenarnya apa sih yang terjadi?. Setelah beberapa jam, saya baru sadar, bahwa tadi saya diarahkan untuk transfer ke sebuah rekening, dengan angka sekian juta. Namun saldo saya tidak cukup. Saya baru sadar, bahwa saya tadi ditipu. Wkkkk ...!!!

Peristiwa itu, dulu bagi saya sangat memalukan. Seseorang dengan IPK 3,87 saat itu, kok bisa-bisanya nyaris kena tipu. Saya bisa selamat, karena keadaan saya saldo saya sedikit. Seandainya saat itu, saldo rekening bank saya lumayan, jelas saya bakalan kena tipu. Bagi saya sekarang, pengalaman nyaris kena tipu ini, adalah sebuah harta pengalaman yang sangat berharga. Saya merenung, mengapa sih, saya dulu itu kok bisa-bisanya nyaris tertipu?. Sederhana ternyata, karena saya saat itu sedang butuh uang, keadaan saya sedang sangat pas-pas-an. Penipu, menawarkan cara cepat bagi saya, untuk mendapatkan uang, dengan upaya minimal. Melarat, malas, butuh uang, inginnya instant, ingin kaya, adalah sasaran empuk bagi para penipu, dengan segenap varian modusnya.

Saya jadi sadar, kenapa ya, banyak orang yang tidak terlalu punya banyak uang, kok bisa kena tipu?. Sampai-sampai mereka utang-utang bank, eh ternyata zonk. Itu tadi, yang kena tipu, justru biasanya yang duitnya gak terlalu banyak. Orang yang butuh uang, sangat rakus dan serakah, saat ditawari jalan-jalan tol mendapatkan uang secara cepat, akalnya gak jalan. Anda mengamati tidak, sudah bolak-balik ada ada bisnis money game di negeri kita, dan korbannya selalu banyak?. Beberapa teman saya, yang jadi korban, bukan hanya sekali ikutan bisnis abal-abal begitu. Dan mereka, saya tidak kategorikan sebagai orang kaya raya. Itu tadi, polanya sama. Mereka pemalas, serakah, kepinginnya instant, butuh uang. Mirip saya zaman dulu itu hahahahah.
Siapapun mereka, yang mentalitasnya demikian, adalah sasaran empuk bagi penipu.

sumber ilustrasi

Uang itu adalah sebuah manifestasi energi, oleh karenanya untuk mendapatkannya, selalu ada pertukarannya. Perlu ada energi dari kita, yang diubah menjadi uang itu. Sehingga, setiap ada penawaran mendapatkan uang banyak, nyaris tanpa pertukaran energi, atau pertukaran energinya sedikit, kita perlu sangat waspada. Tapi, yang pertama kali perlu diwaspadai, bukanlah penipu yang berkeliaran di luar sana. Yang pertama kali perlu diwaspadai adalah, kemalasan dan keserakahan yang ada di dalam diri kita.