SEMUA MEDIA “BERBOHONG” || ALL MEDIA LIE (BILLINGUAL)

in #indonesia7 years ago

image

Baru-baru ini saya mendapat pengalaman bangai (red: konyol) dengan salah satu media portal. Tak perlulah saya ceritakan, calitra bangai nyan bak steemit.
Jadi tulisan ini adalah bentuk subjektifitas saya terhadap perilaku media hari ini. Steemian bisa saja nantinya setuju atau tidak atas pemaparan saya ini.

Media "Berbohong"

Media massa hakikatnya melakukan kebohongan, setidaknya karena satu hal seperti membesar-besarkan(lebay), mendramatisasi, mengecilkan fakta, atau menyisihkan fakta-fakta tertentu.

Kebohongan demikian merupakan sebuah risiko, sekaligus “bisa dimaafkan”, karena masih dalam konteks jurnalisme. Dalam dunia pemberitaan, berita adalah rekonstruksi peristiwa melalui simbol, kata-kata dan/atau gambar. Dengan adanya keterbatasan ruang/kolom dan waktu/durasi, banyak fakta yang terkadang harus tersisihkan. Seperti halnya dalam sebuah teori yang pasti akrab di kalangan jurnalis yakni Teori Piramida Terbalik sangat penting, penting, tidak penting.

Ada istilah yang masih sangat membekas di ingatan saya dari perkuliahan saya dulu tentang Agenda Setting di media;

The press do not reflect reality, they filter and shape it.

Apa yang disajikan media adalah realitas kedua atau realitas semu yang sudah ditambah, dikurang, atau kata-katanya telah disusun sedemikian rupa agar menarik perhatian publik.

Namun yang tidak bisa dimaafkan adalah jika kebohongan itu disengaja, misalnya dengan memutarbalikkan fakta, memanipulasi fakta, mendistorsi kebenaran, melanggar prinsip Doktrin Kejujuran (fairness doctrine), atau bahkan sampai melanggar kode etik jurnalistik. Misalnya berimbang (balance), check and recheck/konfirmasi/verifikasi data, dan mencampurkan fakta dan opini si wartawan dalam berita yang ditulisnya.

Selain itu juga wartawan hampir tidak mungkin tidak subjektif dalam menulis berita. Hal ini bisa juga tergantung persepsi wartawan tentang suatu peristiwa, baik dari sudut pandang nilai beritanya maupun perspektif ideologisnya, sangat berpengaruh pada pilihan angle yang ia tulis. Dari segi teknis, subjektifitas juga berpengaruh ketika wartawan menentukan peristiwa yang harus diliput dan fakta yang harus dipilih dan dipilahnya untuk kemudian ditulis.

Hasil diskusi saya bersama brother @akbarrafs ketika saya minta beliau berkomentar tentang fenomena pemberitaan hari ini, baginya; Media hari ini sudah seperti Tuhan, seakan-akan media tahu segalanya. Padahal yang diinformasikan berpengaruh pada orang yang ada di balik media itu.
Kalau @mariskananda (based on true story); Media seringkali menulis hal yang mereka pikirkan dan pahami secara personal, tanpa ada konfirmasi terlebih dahulu kepada sumbernya. Sehingga berita yang diterbitkan bukannya menjelaskan suatu isu atau masalah, tapi malah memperkeruh masalah.

Oleh karena itu, jangan berharap ada objektivitas murni dalam sebuah berita di media massa. Karena bagi saya terkadang objektivitas di media massa adalah “objektivitas yang subjektif”

Gimana menurut Steemian?
Saya tunggu sharing perspektifnya di kolom komentar!

Terima Kasih


Recently I got a silly experience with one of the media portals. I do not need to tell here.
So this paper is my subjective form of media behavior today. Steemian may or may not agree on my exposure.

Media "Lying"

The mass media essentially lie, at least for something like exaggerating, dramatizing, discouraging facts, or setting aside certain facts.

Such a lie is a risk, as well as "forgivable", because it is still in the context of journalism. In the world of news, news is the reconstruction of events through symbols, words and / or images. Given the limitations of space / columns and time / duration, many facts are sometimes to be set aside. Just as in a theory that must be familiar among journalists ie ** Reversed Pyramid Theory ** is very important, important, not important.

There is a term that is still very imprinted in my memory of my first lecture about Agenda Setting in the media;

The press do not reflect reality, they filter and shape it.

What the media presents is a second reality or a false reality that has been added, subtracted, or the words have been arranged in such a way as to attract the public's attention.

But the unforgivable is that if lies are deliberate, for example by twisting facts, manipulating facts, distorting truths, violating the principle of Fairness doctrine , or even violating journalistic ethical codes. For example balanced ( balance *), check and recheck / confirm / verify data, and mix the facts and opinions of the reporter in the news he wrote.

In addition, journalists are almost impossible not subjective in writing news. This can also depend on the journalist's perception of an event, both from the point of view of its news value and ideological perspective, very influential on the choice of angle that he wrote. From a technical point of view, subjectivity also influences when a journalist determines the events to be covered and the facts to be chosen and sorted to be written down.

The result of my discussion with brother @akbarrafs when I asked him to comment on the phenomenon of today's news, for him; Today's media is like God, as if the media knows everything. Whereas the informed affect the people who are behind the media.
If @mariskananda * (based on true story) *; Media often write things they think and understand personally, without any prior confirmation to the source. So the news published instead of explaining an issue or problem, but instead confusing the problem.

Therefore, do not expect any pure objectivity in news in the mass media. Because for me sometimes objectivity in mass media is ** "subjective objectivity" **

What does Steemian think?
I look forward to sharing his perspective in the comments field!

Thank you

Sort:  

Bereh li tulisannya.
Suka dengan kutipan diatas, it happens a lot nowadays.

Bereh bang @jamsphonna wawasan baru bagi saya tentang fakta "All Media Lying". Tulisan yg mantap dan bermanfaat!👍

Media bisa menggiring opini masyarakat. Bisa sbg alat, gimik dll.

Iyhaa bang, semoga kita hati-hati.
Semoga steemit bisa menjadi salah satu media literasi alternatif.

Terima kasih sdh komen dan respon bang @kakilasak.
Maaf telat.

Tulisan yang menarik. Pue na pengalaman buruk ngon awak media? 😁 Mungken mandum nyan kembali ke siapa si pengelola media/ si wartawan.

Iyha semoga steemit bisa jadi media literasi alternatif bagi penikmat media khususnya steemian.

Terima kasih bang @burong7

kenapa saya mengatakan Media sudah seperti Tuhan? ini sedikitpun tidak berhubungan dengan aqidah. Ini adalah feedback yang kemudian muncul di kalangan masyarakat awam yg menerima pemberitaan dari media tersebut. Mereka bergerak secara sporadis, kadang hanya berpegang dari sepotong berita

Mungkin tepatnya mereka itu bisa dikatakan "Latah"

Terima kasih komentarnya brother!

Agenda setting pemilik media, tulisan yang luar biasa pak ketum.

Coin Marketplace

STEEM 0.18
TRX 0.16
JST 0.031
BTC 61236.82
ETH 2672.65
USDT 1.00
SBD 2.61