Usaha Mengendalikan Kegelisahan Hati
Dalam mengisi kekosongan yang tak terukur di hati, pikiran berusaha mencari penambat yang paling tepat, mulai dari mata terjaga hingga beristirahat kembali. Setiap organ di tubuh ini serasa ikut khawatir dan cemas selagi penambat itu belum di temukan. Jadi, apa yang harus dilakukan?
Ini bukan masalah abstrak! Ini problem yang nyata untuk kebanyakan orang. Sekiranya, suatu saat nanti tetap berharap bahwa penambat hati itu akan segera didapati.
Padahal, jika kita memahami betul bahwasanya rezeki tidak akan bertukar sedikitpun dengan orang lain, niscaya tidak perlu ada rasa kekhawatiran itu. Walaupun kita berada di momen yang malas, tidak akan bisa direbut oleh orang rajin lainnya. Meskipun kita sedang sakit, rezeki kita tidak akan jatuh pada orang yang sehat lainnya.
Jadi, apa yang seharusnya menjadi penambat kekosongan itu?
Amal-jariyah. Allah tidak menggaransi umat ini masuk syurga melainkan hanya rezekinya. Tentu saja, meskipun kita sudah jauh haru mengetahui hal ini kita tetap tidak bisa hidup tenang.
Kecintaan terhadap dunia dan seisinya ini juga otomatis ikut mempengaruhi gaya hidup dan pandangan hidup. Dulunya, hanya orang yang benar-benar kaya yang memiliki mobil. Tiba eranya sekarang, iklan mobil terbaru seperti punya kekuatan pelet sendiri. Alhasil, masyarakat berduyun-duyun membeli meskipun belum sejahtera.
Sekali lagi saya bilang, hidup itu tidak mahal. Malah, gaya hidup itu yang membuat mahal. Oleh karena itu, mari kita kembalikan lagi cara menjalani hidup kepada tujuan awal. Mau aman di proses hisab akhirat atau tidak? Maka, jangan banyak gaya biar bisa hidup tenang.
Entah pasal apa malam ini saya merasa agak sok kebijakan. Pun demikian, semoga selalu ada hal baik yang dapat diambil dari tulisan sederhana ini.
Terima kasih sudah mampir.
Salam pendidik.