Sepenggal Kisah "Alpukat" Dari Bener Meriah
"An, kalau kau pulang nanti, aku nitip pokatmu yah?!".
Begitulah kalimat dari rekan kerja dan teman seperjuangan di sini yang menjadi suatu keharusan di setiap momen pulang kampung saya. Sengaja akhirnya saya pakai tanda baca ? dan ! Karena yang bersangkutan kesannya memaksa dan penuh harap. Saya tidak tahu persis apakah teman-teman juga akan melakukan hal yang sama bila
sudah pernah merasakan kenikmatan "alpukat Bener Meriah".
Kubeli pon jadilah, yang penting bawa yah!
Terkadang begitulah ungkapan yang mengintimidasi saya untuk tetap membawa alpukat. Bahkan sering mereka tidak percaya kalau saya beralasan bahwa waktunya lagi enggak musim, atau enggak terbeli karena harganya selangit.
Mengapa demikian?
Karena mereka sudah kena sensasi ketagihan dari lemaknya rasa alpukat dari kampung saya. Apalagi alpukat yang langsung dihasilkan dari pohon tepat di belakang rumah saya. Tidak perlu tambahan susu saat mengolahnya, cukup sedikit gula saja tapi rasanya sudah seperti bercampur dengan susu. Sayang, momen pulkam kemarin buahnya belum cocok untuk dipanen.
Alpukat dari Bener Meriah memang sudah tersebar di Ibu kota. Hanya saja, tidak digembor-gemborkan bahwa asalnya dari Bener Meriah. Sering saya lihat deretan tronton parkir-muat di gerai penyedia buah alpukat di kampung saya. Meskipun incaran mereka khusus pokat muda, yang tidak layak konsumsi karena diperuntukkan sebagai bahan kosmetik.
Padahal, dulu sebelum masyarakat setempat mengetahui bahwa alpukat memberi banyak manfaat terhadap kehidupan, buah ini diabaikan begitu saja. Bahkan, malah hewan yang memakan buah ini (karena belum disadari nilai jualnya).
Bagaimana keadaan saat masyarakat sudah mengetahui nilai jual alpukat?
Muncul fenomena baru. Tingkat pencurian terhadap buah ini semakin merajalela. Hingga saya pernah dengar dari warga sekitar yang sengaja menebang pohon alpukat di kebunnya sendiri untuk menghindari penyakit hati karena sering mengalami pencurian alpukat. Bagaimana tidak, 1KG alpukat bisa dihargai hingga >RP.30ribu? Bisa kaya pokoknya kalau jadi toke alpukat. Memang benar, beda masa beda pula jayanya.
Demikianlah sepenggal kisah alpukat dari Bener Meriah. Saya hanya ingin bilang bahwa bisa saja jus alpukat yang teman-teman pesan dimana saja yang enak itu berasal dari kampung saya, Bener Meriah.
Jangan lupa, doakan saya agar suatu saat nanti bisa menjadi toke alpukat. Selain menjadi toke kopi juga tentunya.
Terima kasih sudah mampir.
Salam pendidik.
Semoga cepat menjadi toke yang kaya 😀
Amin y Allah, makasi bg atas doanya 🙋
Baru aja kk ra kepengen dan beli tadi siang.. hmmmm.
Brp sekilo kak?
Terakhir aq beli 10rb
Alpukat mentega 10rb yag kecil-kecil, qlpukat madu ya namanya 15 rb..
Mau pilih yang mana pak...???
Bukan foto DPO juga kan bang? 🤣
Iyaa bukan lah, orgnya aja baik budi ahaha
Ih mau jugalah ?!
Iya pasti mw la kak, enak loh hehehe