See the New Village in Steemit / Melihat Perkampungan Baru di Steemit

in #indonesia6 years ago

See the New Village in Steemit
"Steemit is like a village," Curator Indonesia @levycore answered my question after taking off from Lhokseumawe to Lhokseumawe State Islamic Institute (IAIN) Campus on Wednesday (14/2) early morning. The goal is to attend a meeting with students, alumni and lecturers, who are participants of the meet up steemians. Levy comes with @Ayijufridar and @abduhawab to enlighten students, lecturers and alumni from IAIN campus who have been and just joined steemit. In addition, to motivate students to use steemit as a medium for learning to write. I took the initiative to present the curator with @ayijufridar who was assisted @abduhawab to IAIN Lhokseumawe, because so far many students have asked about technical problems of steemit, and some are also complaining about not getting vote.

ste3.jpg

My hope is that this will become a new spirit for students to write and keep writing. When it comes to landing with autobus, levy goes on to explain the steemit with the parable of a new village. If in Aceh called gampong, in West Sumatra called nagari, then in Papua and East Kalimantan called the village. "When we enter the steemit account, it's the same as we go into a village," he said. How about when entering a village. Of course must first greet other people who have already lived in the village. Friendly with the people, and follow the customs that exist in the village, like attending events in other people's place. "In order for other people also want to attend when there is an event in our place," said @ Levycore.

ste2.jpg

So also in steemit, which also various professions encountered. Starting from ordinary people, students, students, writers, journalists, teachers, employees and civil servants. "If we are arrogant to people, other people too," he said. So, steemit is not just social media, but it really teaches social. This does not apply to local residents, but also to other citizens residing in other continents.

ste1.jpg

Therefore, making this steemit as a social media is not only a vote, but also as a means to add friends, as a means to learn virtual currency, as a means to learn blockchain, as a means to learn English. "During the tap I was more motivated to learn English back," said @ Iijufridar. While @abduhawab mention, the important thing to note, in the posting tags must be in accordance with the contents or content being written, then at least 300 words and equipped with at least 3 pieces of supporting photos. "We used to be the first time to play steemit also no one votes. dozens of people are votes, but the value of 0.01, because it remains patient and keep writing, "the message Abduhwahab. Hopefully this is useful for beginner steemians.(*)

DQmNuF3L71zzxAyJB7Lk37yBqjBRo2uafTAudFDLzsoRV5L.gif


Melihat Perkampungan Baru di Steemit

“Steemit itu seperti sebuah perkampungan,” ujar Curator Indonesia @levycore menjawab pertanyaan saya, setelah take off dari Lhokseumawe menuju ke Kampus Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Lhokseumawe, Rabu (14/2) pagi menjelang siang. Tujuannya untuk menghadiri acara pertemuan dengan mahasiswa, alumni dan juga dosen, yang menjadi peserta meet up steemians.
Levy hadir bersama @Ayijufridar dan @abduhawab untuk memberikan pencerahan terhadap mahasiswa, dosen dan alumni dari kampus IAIN yang sudah dan baru bergabung dengan steemit. Selain itu juga untuk memotivasi agar mahasiswa memanfaatkan steemit sebagai media untuk belajar menulis.

ste3.jpg

Saya berinisiatif menghadirkan curator bersama @ayijufridar yang dibantu @abduhawab ke IAIN Lhokseumawe, karena selama ini banyak mahasiswa yang bertanya persoalan teknis steemit, dan ada yang juga mengeluh karena tidak mendapatkan vote. Harapan saya, agar ini menjadi spirit baru bagi mahasiswa untuk menulis dan terus menulis.
Ketika akan mendarat dengan oto, levy melanjutkan lagi penjelasan soal steemit dengan perumpamaan sebuah perkampungan baru. Kalau di Aceh disebut dengan gampong, di Sumatera Barat disebut nagari, lalu di Papua dan Kalimantan Timur disebut dengan kampung. “Ketika sudah masuk akun steemit, itu sama seperti kita masuk ke sebuah desa,” katanya.
Bagaimana ketika masuk ke sebuah desa. Tentu harus lebih dulu menyapa orang lain yang sudah lebih dulu tinggal di desa tersebut. Ramah dengan warga, dan mengikuti adat istiadat yang ada di kampung tersebut, seperti menghadiri acara acara di tempat orang lain. “Agar orang lain juga mau menghadiri ketika ada acara di tempat kita,” kata @Levycore.

ste2.jpg

Begitu juga di steemit, yang juga beragam profesi ditemui. Mulai dari masyarakat biasa, siswa, mahasiswa, penulis, jurnalis, guru, karyawan dan juga PNS. “Kalau kita sombong terhadap orang, orang lain juga demikian,” katanya. Jadi, steemit bukan hanya media sosial, tapi benar-benar mengajarkan sosial. Ini bukan berlaku bagi warga lokal saja, tapi juga dengan warga lain yang berada di benua lainnya.
Karena itu jadikan steemit ini sebagai media sosial bukan hanya mendapatkan vote, tapi juga sebagai sarana untuk menambah teman, sebagai sarana untuk belajar mata uang virtual, sebagai sarana untuk belajar blockchain, sebagai sarana untuk belajar bahasa inggris. “Selama bertemit saya semakin termotivasi belajar bahasa inggris kembali,” ujar @ayijufridar.

ste1.jpg

Sementara @abduhawab menyebutkan, hal penting yang harus diperhatikan, dalam postingan tags harus sesuai dengan isi atau konten yang sedang ditulis, kemudian minimal sekali 300 kata dan dilengkapi minimal 3 lembar foto pendukung. “Kami dulu ketika pertama kali main steemit juga tidak ada yang votes. puluhan orang yang votes, tapi nilai 0,01, karena itu tetap bersabar dan tetap menulis,” pesan Abduhwahab. Semoga ini bermanfaat bagi steemians pemula (*)

DQmNuF3L71zzxAyJB7Lk37yBqjBRo2uafTAudFDLzsoRV5L.gif

Sort:  

salam bang @jaff, izin saya belajar dari tulisan ini. Sangat terarah. Terimakasih juga untuk acara tadi.

Terimakasih@pojan sudah mengunjungi blog saya, semoga dapat memberi manfaat dengan postingan ini.

Gampong Virtual... hehe

Sepakat, Gampong berniaga kripto

gara-gara steemit, kamus bahasa inggris harus di buka lagi, padahal setelah tamat sma kamus bahasa inggris sudah di simpan dengan baik dan tidak digunakan lagi,

Hana salah le @ritaudin, jadi motivasi baru untuk belajar bahasa Inggris

Postingan yang sangat bagus pak @jaff, semoga kedepan nya lebih sukse.

Terimong geunaseh @jamaluddin96

Perumpamaannya pas sekali. Saya dulu juga demikian ketika baru bergabung di Steemit, rasanya seperti anak hilang. Beruntung banyak Steemians yang membantu sehingga saya tidak mengalami tersesat apalagi merasa terasing di pemukiman yang baru.

Nasib yang sama juga saya alami. Tapi beruntung cepat mendapatkan tetangga yang baik, sehingga mudah berinteraksi dengan warga steemians

“Ketika sudah masuk akun steemit, itu sama seperti kita masuk ke sebuah desa,”

Setuju that bang @jaff...

Desa virtual tanpa wilayah

Mantap pak...izin mengikuti beoh...

Terimakasih sudah berkunjung bg@baktiarsejahtera, lanjut

Coin Marketplace

STEEM 0.17
TRX 0.13
JST 0.027
BTC 58919.17
ETH 2647.00
USDT 1.00
SBD 2.43