Kisah Lobur Tua Pak Kumis Tembaga dan Simpang Mesra

in #indonesia6 years ago (edited)

Bagi mahasiswa di Banda Aceh angkatan tahun 2000 ke bawah, pasti punya kenangan dengan lobur, moda transportasi mahasiswa super murah, jauh dekat cukup bayar 50 rupiah.

Tulisan ini terinspirasi dari percakapan di group WA alumni Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEBI) Universitas Syiah Kuala (Unsyiah). Dalam percakapan itu muncul ide untuk menjadikan lobur tua sebagai gerai makanan (food court) di café belakang gedung AAC Dayan Dawood, Unsyiah.

Tim kecil sudah dibentuk, desain tempat sudah dibuat. Ide itu pun sudah disampaikan ke Wakil Rektor IV Unsyiah, Prof Nazamuddin. Tapi karena saat itu sedang suksesi pemilihan rektor baru, ide tersebut masih sebatas ide.

Kawan-kawan dari alumni FEBI Unsyiah ingin mengabadikan lobur penuh kenangan tersebut, karena bagaimana pun lobur punya sejarah panjang bagi mahasiswa di Banda Aceh. Tapi, ternyata ide ini telah lebih dulu dilaksanakan oleh manajemen sebuah hotel di Banda Aceh. Mereka membeli dua bus lobur tua berbadan besar merek Mercedes, kemudian menjadikannya sebagai food court pada café di halaman hotel. Meski café itu belum jadi, tapi dua lobur sudah berpindah ke sana.

lobur mercedes.jpg
Dua bus Lobur merek Mercedes dipajang jadi food court cafe sebuah hotel di Banda Aceh

Saya melihat kedua lobur itu dulunya berwarna putih, tapi setelah badan bus didempul, manajemen hotel telah mengecat bagian bawahnya setengah biru. Bus lobur bebadan lebar itulah yang dulu sering disopiri oleh pak kumis tembaga.

Pak kumis tembaga merupakan sopir lobur paling terkenal di kalangan mahasiswa. Dipanggil pak kumis tembaga karena ia merupakan sosok berpostur tinggi besar, perut agak buncit, dan kumis tebalnya berwarna pirang hampir mirip dengan warna tembaga. Dari kisah kemesraan di lobur pak kumis tembaga pula, muncul sebutan simpang mesra. Padahal, simpang itu sebelumnya dikenal sebagai simpang Jeulingke.

Ceritanya, ketika bus lobur melintas di simpang mesra, pak kumis tembaga sering iseng membelokkan busnya dengan kencang, sehingga mahasiswa dan mahasiwi di lorong tengah bus saling berdesakan. Berdesak-desak di lorong lobur itulah yang dinamai sebagai kemesraan dalam lobur, sehingga simpang Jeulingke itu hingga kini dikenal sebagai simpang mesra.

sp mesra.jpg
Simpang Mesra degan Tugu Tentara Pelajar di tengahnya

Lobur memang angkutan super murah. Sangking murahnya ongkos lobur, mahasiswa sering mengartikannya dengan kalimat, lo bisa bayar pakai uang receh (lobur). Ya, cukup dengan 50 rupiah saja. Untuk turun pun mahasiswa cukup mengetuk-ngetuk tiang besi di tengah lorong lobur dengan uang koin. Bunyi “ting, ting, ting” yang ditimbulkan menjadi isyarat bagai sopir untuk menepi dan berhenti. Setelah itu koin tersebut kasih ke kondektur sebagai ongkosnya. Ini pula yang kemudian memunculkan istilah, naik gratis, turun bayar.

Lobur selain menggunakan bus berbadan besar merek Mercedes, juga ada beberapa yang menggunakan merek Hino produksi Jepang. Salah satu sisa bus tersebut masih ada di samping kantor Pusat Penelitian Ilmu Sosial dan Budaya (PPISB) Unsyiah. Bus lobur inilah yang oleh kawan-kawan alumni FEBI Unsyiah hendak disulap menjadi food court café di belakang Gedung AAC Dayan Dawood Unsyiah.

lobur hino.jpg
Lobur merek Hino produksi Jepang di samping gedung PPISB Unsyiah

Semoga, ide kawan-kawan itu ditanggapi dengan baik oleh pihak kampus, agar tak ada lagi aset sejarah penuh kenangan yang beralih ke pihak lain, seperti beralihnya dua unit lobur merek Mercedes ke halaman café sebuah hotel di Banda Aceh.

Kalau pak kumis tembaga masih ada, ia pasti akan geleng-geleng kepala. Di zamannya lobur itu menjadi transportasi favorit mahasiswa, tapi di zaman generasi milenial telah jadi pajangan café. Apakah Anda pembaca salah satu mantan mahasiswa yang punya kenangan dengan lobur? Bagaimana kenangan Anda dengan pak kumis tembaga dan simpang mesra?

Sort:  

Pengalaman yg menyenangkan dapat merasakan berdesak ria didalam lobur tua.

Berarti Pak @hamdanirz punya kenangan juga dengan Lobur ya, tulislah pengalamannya. Oya angkatan berapa dulu di Darussalam?

Saya hanya sebagai salah satu pengguna jasa lobur tua dari Sinbun Sibreh - Darussalam, saya kuliah angkatan 1999 bg, tetapi bukan alumni Darussalam (Unsyiah - IAIN), saya alumni dari Universitas Mr. Muhammad Hasan (USM Bathoh)

Ya lobur punya banyak kenangan bagi mahasiswa di Banda Aceh. Ada romansa yang patut dikenang sampai hari tua. Lobur juga menjadi bagian dari kesuksesan para mahasiswa menempuh pendidikan.

apa bangkai robur nggak bisa kita improvisasi ya? sepertinya kalau dibuat bus cafe keren tuh, seperti di foto bang @isnorman di atas.

Ya, itulah yang mau dipermak oleh para alumni Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah, menjadikannya sebagai food court di cafe belakang Gedung AAC Dayan Dawod, dekat Biro Rektor Unsyiah. Tapi ini masih sebatas ide, belum dieksekusi. Kita berharap bisa segera wujud sesuai rencana.

Sayang hana ka boh foto dalam tulisan nyoe.

Na foto hai rakan, ci buka beuget ilei, sang koneksi internet atau kuota internet kabeh nyan. ci pareksa ulang.

hahaha. that na teuh. kadang teungeh dimiyuep. maka hana paih sinyal

Mungken Bang @zainalbakri deureng gadoh sinyal rakan @andifirdhaus ureung-ureung malah seureng gadoh.

pue chit kon hehehe

nyan ka kalon @andifirdhaus kageupeusaheh le aduen @zainabakri ha ha ha jadi ingat kata onde mande dan teriakan kata aneeeeeeuuukkkk di lantai dua sebuah toko di Beurawe tahun 2008 silam.

Na saja droe keuh. Wate lon sikula di MAN Jambo Tape, sereng ku peunget kinet. Hana kubayeu. Hahaa

Kajeut beh peurangui nyan @andifirdhaus katuha, kajeut taubat. Jai sang kenangan lam lobur jameun nyeh. he he he he kiban sagoe Sigli uroe nyoe?

Coin Marketplace

STEEM 0.29
TRX 0.12
JST 0.033
BTC 62934.09
ETH 3118.65
USDT 1.00
SBD 3.85