Kisah Buronan Perang Aceh di Rumah Kapten Belanda

in #indonesia6 years ago (edited)

Seorang Kapten Belanda menemukan kawanan buronan perang di rumahnya, menghisap cerutu miliknya, meminum minumannya, kemudian membungkung seolah menghinanya. Bagai buah simalakama, menangkap mereka sama saja bunuh diri. Melaporkan ke kesatuan, berarti membuka aib, bahwa musuh yang dicari-cari ternyata ada di rumahnya.

Kisah ini diungkapkan oleh Redaktur Koran Java Bode, HC Zentgraaff dalam buku Atjeh. Versi Indonesia buku ini diterbitkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Depdikbud) pada tahun 1983, setelah dialih bahasakan oleh Firdaus Burhan.

Buku ini memuat kisah-kisah perang di Aceh. Zentgraaff sendiri merupakan mantan perwira Belanda yang pernah bertugas di Aceh. Namun, Zentgraaff tidak menyebut nama sang Kapten tersebut.

HC Zentgraff bersama Direksi Java Bode. Foto Collectie Tropen Museum.jpg
HC Zetgraaff bersama Direksi Surat Kabar Java Bode di Batavia. Foto: Collectie Tropen Museum

Kisah bermula ketika si Kapten mengambil seorang perempuan Aceh sebagai concubine. Ia ingin memahami karakter dan adat istiadat orang Aceh melalui perempuan tersebut. Lebih dari itu ia berharap tidak mendapat masalah dalam menjalankan tugasnya. Tapi kenyataannya di situlah masalah sebenarnya. Perempuan Aceh ini menjalankan hubungan bermuka dua.

Sebagai perempuan Aceh sifat aslinya tidak luntur. Ia menjadi penghubung rahasia dengan mata-mata pejuang Aceh yang banyak berkeliaran di sekitar tangsi militer Belanda. Malah ia mengundang para pejuang Aceh itu ke rumah si Kapten.

Ketika si Kapten pulang, ia melihat beberapa pejuang Aceh yang selama ini menjadi buronannya, sedang bercengkrama di taman teras belakang rumahnya. Berbulan-bulan ia memburunya, keluar masuk kampung dan hutan belantara, tapi mereka selalu lolos dari sergapan marsose. Kenyataannya, kini mereka dijumpainya di kota. Dan itu di rumahnya sendiri. Duduk di kursinya, meminum minumannya, dan menghisap cerutunya tanpa canggung.

Zentgraaff menulis, “Para lelaki Aceh ini membungkuk memberi hormat, seolah menghinanya. Tak mau reputasinya tercemar, si Kapten membiarkan mereka makan di rumahnya. Ia terpaksa bersikap bonne mine a maivais jeu.”

Setelah kenyang, para pejuang Aceh itu pun meninggalkan rumah si Kapten, sebelum berangkat mereka kembali membungkuk memberi hormat, seolah kembali menghinanya. “Kapten itu pun kemudian bersama pasukannya harus mengejar orang-orang Aceh itu berbulan-bulan dalam hutan belantara,” lanjut Zentgraaff.

pejuang aceh.jpg
Empat pejuang Aceh dengan senjata organiknya. Repro: The Dutch Colonial War In Aceh

HC Zentgraaff juga menyinggung tentang wanita Aceh yang menolak suaminya, hanya karena ayah dari anak-anaknya itu menjadi kaki tangan Belanda. Mereka lebih memilih menjadi janda dari pada disebut sebagai istri cuak.

Seperti kejadian di Lhong pada tahun 1933. Kelompok yang berisi 13 pria di desa itu melakukan perlawanan kepada Belanda. Tapi, satu dari mereka kemudian menyerahkan diri. Istrinya kemudian marah besar. Ia menyebutnya sebagai pengecut. Akibatnya, si pria ini harus tidur di gubuk ladang.

Esoknya seorang marsose Belanda berpangkat kolonel datang menanyakan kepada perempuan itu, mengapa ia mengusir suaminya. Dengan tegas perempuan itu menjawab. “Saya tak punya suami, dia bukan laki-laki.”

Peristiwa yang sama juga terjadi di Desa Pulo Seunong, Tangse, Pidie. Seorang informan Belanda ditangkap dan disembelih. Pria itu diketahui sebagai mata-mata Belanda setelah didapati memiliki banyak uang, hadiah dari Kompeni. “Dalam setahun saja, tak kurang 20 informan kita (Belanda) disembelih gerilyawan Aceh itu. Tapi keluarga yang ditinggalkan tak pernah meratapinya,” tulis Zentgraaff.

Sort:  

🎁* Big Offer get it befoer Run out !🎁

  • Limited offer for limited people.
    Get $0.10 upvote for 7 days on your every new post you make.
    and eveyday random 1 person will get $10 upvote.

We have exclusive cheap plan for everyone. Visit our site to learn more and join the limited time offer at: CLICK HERE TO JOIN AND MORE INFO

Terima kasih atas postingan-postingan yang sangat bermanfaat bang @isnorman ,sejarah Aceh yang harus banyak di ketahui orang agar tak buta sejarah. :D

Sama-sama, terimakasih juga kepada Brader @levycore atar dukungannya. Salam

Luar biasa para perempuan Aceh pada saat itu... "lebih baik menjadi janda, daripada punya suami seorang cuak"..., mantap bg

Begitulah perempuan Aceh masa perang dulu. Mereka benar-benar menanggung berat beban perang, tampil di garda depan medan perang, kadang juga melebihi kaum pria.

Perempuan aceh byak yg hebat ya. Salut👍

Emansipasi perempuan sudah dimulai di Aceh sejak abad XVI. Jauh sebelum Eropa mendengungkan emansipasi. Empat perempuan Aceh malah menjadi pemimpin Kerajaan (Sultanah) selama 60 tahun. Sejarah juga mencatat dari 13 pahlawan nasional perempuan dari seluruh Indonesia, tiga diantaranya merupakan orang Aceh.

Memang droen layakjih jeut keu sejarawan.

Semua kita sejarawan. Tulisan ini muncul setelah kita ngopi kemarin, lihat wajah Brader @hermanrn langsung muncul ide untuk menulis.

Mantap, Kanda...
Andai saja nilai2 heroisme ini masih dimiliki oleh wanita2 Aceh sekarang ya...

Untuk merevitalsiasi nilai-nilai itu kembali, maka kita tulis dan wartakan sejarahnya kepada generasi Aceh masa kini. Itu yang bisa kita lakukan Aduen @faridwajidi agar sejarah Aceh tidak menjadi dongen

Setuju, Kanda...

Coin Marketplace

STEEM 0.17
TRX 0.13
JST 0.027
BTC 60731.80
ETH 2630.54
USDT 1.00
SBD 2.62