Ketika Penulis Berganti Kelamin

in #indonesia6 years ago

Ini kisah Aurore Dupin Dudevant, penulis asal Perancis yang membangun ketenaran dengan mengubah jenis kelaminnya. Sejatinya ia seorang perempuan, tapi dikenal sebagai pria dengan nama George Sand.

Sebagai penulis perempuan, Dudevant menganggap dirinya sangat tidak beruntung di tengah dominasi kaum pria. Ia mengubah tampilannya hingga benar-benar tampak sebagai lelaki.

Ambisinya untuk menjadi penulis terkenal bukan hanya sebatas mengganti identitas saja, tapi ia nekat meninggalkan suami dan keluarganya. Pada tahun 1831, dari sebuah kota kecil, ia mengadu nasib ke Paris, kota para seniman.

ilustrasi.jpg
Ilustrasi

Kala itu gender belum berlaku di Eropa. Dudevant yang ingin setara dengan penulis pria di zamannya, tak ingin terus terkukung dalam rumah tangga. Ia nekat menentang norma dan meninggalkan keluarganya. Baginya, pernikahan lebih buruk dari penjara. Pernikahan mengurungnya dalam dunia kecil yang bernama rumah tangga.

Imajinasi Dudevant sangat liar untuk menjadi penulis hebat. Ia ingin mandiri dengan menulis. Tapi Paris waktu itu merupakan kota yang keras, bagi perempuan pendatang, hanya ada dua cara untuk mendapat penghasilan di Paris, melalui pernikahan dengan kalangan bangsawan, atau terdampar ke tempat pelacuran. Dudevant tidak ingin dua-duanya, karena itu ia harus lebih keras dari Paris itu sendiri agar bisa menaklukkannya.

Langkah pertama yang dilakukan Dudevant di Paris adalah mencari editor dan penerbit terkenal. Tapi ia dicemooh. Ia bukan hanya disuruh pulang, tapi dihina dengan ucapan, “Pulang saja ke rumah untuk melahirkan bayi, bukan menghasilkan karya sastra.”

Karya Dudevant dianggap sampah oleh para editor yang merupakan kaum pria. Jenis kelaminnya sebagai perempuan membuat karyanya tak dibaca. Agar karyanya mau dibaca, maka Dudevant memutuskan untuk masuk dalam lingkungan pria. Caranya ia harus menjadi pria. Maka Dudevant berubah menjadi tomboy, berlagak seperti pria. Ia mengubah namanya menjadi George Sand.

Setelah setahun di Paris, pada 1832 novel Indiana karya George Sand diterbitkan. Para editor ramai-ramai mengulasnya, George Sand dianggap sebagai penulis baru yang langsung menghasilkan karya bermutu.

Suatu ketika, George Sand diundang dalam sebuah pertemuan penulis di Paris. Untuk menyembunyikan identitasnya sebagai perempuan, Dudevant mengenakan kemeja dan jaket panjang, plus topi dan dasi. Tak cukup itu saja, ia juga menghisap cerutu.

Selanjutnya, terkenallah dia sebagai George Sand. Hingga kemudian bisa membangun hubungan dengan para penulis terkenal masa itu seperti Chopin, Musset, List dan beberapa penulis lainnya.

Untuk terus menjaga reputasinya sebagai penulis hebat, Dudevant sebagai George Sand kerap mengubah gaya penulisannya. Ia membuat berbagai kejutan dan perubahan pada karya-karyanya. Itu pula yang membuat George Sand semakin terkenal.

Namun, di balik topeng pria tersebut, Dudevant tetap tak bisa melawan kodratnya yang feminim. Ia tak selamanya bisa bersembunyi di balik nama George Sand, ketertarikannya kepada lawan jenis membuat ia harus kembali ke kodratnya sebagai perempuan.

Robert Greene dalam buku Hukum Kekuasaan (2007) mengungkapkan, Dudevant membuat pengakuan kepada kawan dekatnya Gustafe Flauber bahwa ia menjadi pria hanya untuk masyarakat yang menerima karyanya sebagai George Sand. Hidupnya kemudian menjadi lebih susah ketika ingin kembali menjadi Dudevant yang perempuan. Asmaranya kandas, dan ia tak pernah benar-benar bisa untuk kembali membangun rumah tangga.

Dudevant yang sempat dicemooh dan dihina editor di Paris untuk kembali ke rumah melahirkan bayi, bukan karya sastra, pada akhirnya benar-benar ingin kembali ke rumah untuk memiliki bayi. Tapi itu tidak mudah baginya. Ia terombang ambing pada dilema George Sand yang juga tak bisa dilepaskannya.

Sort:  

wah parah transgender yak

follow dan vote back ya kak! @channa

Begitulah Eropa masa dulu, ketika di Nusantara sudah ada perempuan yang jadi Ratu memimpin kerajaan seperti di Aceh, di Eropa masih anti gender.

sekarang ng lagi kan?

sudah du follow ya @channa thanks sudah singgah

Sangat menarik

Terimakasih sudah singgah dan membacaya Pak Tab.

waaah endingnya jadi dilema
tapi memang penulis sejak dulu di dominasi kaum pria

bisa dihitung hanya beberapa kaum perempuan yang tabah menulis selama hidupnya

Ya, begitulah problema penulis perempuan zaman dulu di Eropa

Banyak karya-karya penulis wanita di Eropah baru dikenal jauh setelah kematian mereka...

Ya, karena persoalan gender karya penulis perempuan tempo dulu di Eropa tidak dilirik penerbit. Padahal kualitasnya juga tak kalah dengan penulis pria. Kisah Dudevant alias George Sand ini salah satunya.

Coin Marketplace

STEEM 0.21
TRX 0.13
JST 0.030
BTC 68156.06
ETH 3517.56
USDT 1.00
SBD 2.81