Sultan Alaidi Pendiri Kerajaan Peureulak

in #indonesia7 years ago

Sultan Alaidi Pendiri Kerajaan Peureulak

Kerajaan Peuereulak adalah kerajaan yang telah mempunyai Tamaddun atau kebudayaan yang tinggi seperti adanya angakatan perang. Kerajaan ini oleh Sultan Alaidin Sayed Maulana Abdul Aziz Syah.
Pada tahun 30 Hijriah atau 651 Masehi, Khalifah Usman Bin Affan mengirim delegasi ke Negeri Cina. Delegasi tersebut lalu singah di Aceh sambil memperkenalkan agama Islam. Sejak itu para pelaut dan para pedagang muslim terus berdatangan, kemudian mereka membeli hasil bumi sambil berdakwah. Lalu lambat laun penduduk pribumi mulai memeluk agama Islam.

Kesultanan Peureulak merupakan kerajaan Islam pertama di nusantara bahkan di Asia Tenggara. Kerajaan ini berkuasa pada tahun 840 hingga 1292 Masehi, kini daerah tersebut masuk dalam wilayah Aceh Timur Provinsi Aceh.

Peureulak merupakan suatu Daerah penghasil kayu Peureulak, yaitu kayu yang terkenal sebagai bahan dasar pembuatan kapal. Akibat Peureulak dalam posisi strategis dengan hasil alamnya yang melimpah membuat Peureulak berkembang sebagai pelabuhan niaga yang maju pada abad VIII hingga Abad XII. Dengan demikian, Peureulak berkembang dan sering disinggahi oleh kapal-kapal dari Arab, Persia, Gujarat, Malaka, Cina serta seluruh kepulauan Nusantara.

Pendiri kesultanan Peureulak adalah, Sultan Aliadin Sayed Maulana Abdul Aziz Syah, yang merupakan keturunan pendakwah dari Arab. Kerajaan Peureulak didirikan pada tanggal 1 Muharam 225 Hijriyah/840 Masehi, saat itu kerajaan Mataram Hindu di pulau Jawa masih berjaya.

Sultan Aliadin Sayed Maulana Abdul Aziz Syah adalah Putra dari Sayed Ali Al-Muktabar turunan arab dan Puteri Makhdum Tansyuri dari kerajaan Peureulak. Selanjutnya terus menerus Genarasi Disnati Sayed Maulana Abdul Aziz syah memerintah kereajaan Peureulak (225-248) Hijriyah atau (840-864) Masehi.

Sultan Aliadin Sayed Maulana Abdul Aziz Syah dan isterinya Putri Meurah Mahdum Khudawi keduanya merupakan pendiri kerajaan islam pertama diasia Tenggara. Beliu berkuasa 1 Muharram 225 Hijriyah sampai denganm 249 Hijriyah sama dengan 840-864 Masehi. Kemudian beliu wafat di Gampong Bandar Khalifah, Bandrong, Kecamatan Peureulak, Aceh Timur Provinsi Aceh. Pada saat kejayaan Hindu, langkah pertama yang dilakukan oleh Sultan Alaidin adalah mengubah nama Bandar Peureulak Menjadi Bandar Khalifah.

Kemudian pada tahun 956 Masehi/362 Hijriyah, terjadi ketegangan politik antara golongan Sunni dan golongan Syiah, tetapi diakhiri dengan perdaiman sehingga kerajaan Peureulak pcah menjadi dua kerajaan. Yang pertama adalah Kerajaan Peureulak Pesisir (Syiah-red) yang dipimpin oleh Sultan alaidin Sayed Maulana Abdul Aziz Syah (986-988) Masehi. Kemudian yang kedua adalah Kerajaan Peureulak Pedalaman (Sunni-red) yang dipimpin oleh Sultan Makhdum Alaiddin Malik Ibrahim Syah Johan Berdaulat (986-1023) Masehi.

Kemudian pada tahun 988 Masehi, kerajaan Buhda Sriwijaya menyerang kerajaan Peureulak. Dalam pertempuran tersebut Sultan Alaidin Sayed maulana Abdul Aziz Syah meninggal dunia.

Hikmah dibalik serangan kerajaan Budha Sriwijaya tersebut, Peureulak bersatu kembali dibawah pimpinan Sultan Makhdum Alaiddin Malki Ibrahim Syah Johan Berdaulat. Dan peperangan melawan kerajaan Budha Sriwijaya berlanjut hingga tahun 1006 Masehi.

Kerajaan Peuereulak adalah kerajaan yang telah mempunyai Tamaddun atau kebudayaan yang tinggi seperti adanya angakatan perang kerajaan, hubungan diplomatic luar negeri, kemakmuran ekonomi dan dengan adanya pusat ilmu pengetahuan yaitu Dayah atau Zawiyah Cot Kala.

Kemudian dunia internasional mendukung peureulak sebagai daerah pertama masuknya Islam ke Asia Tenggara, yang diwacanakan dalam bentuk pembangunan Monumen Islam Asia Tenggara (Monisa). Setelah Kerajaan Peureulak mengalami kemunduran maka pada wal abad ke-13 diujung Sumatera berdiri kerajaan Islam baru bernama Samudera Pasai dibawah Pimpinan Sulthan Malikus Saleh.

Dengan berdirinya kerajaan Islam baru bernama Samudera Pasai di bawah Pimpinan Sulthan Malikus Saleh tersebut makanya Samudera Pasai sering disebut dengan Madinah. Sementara orang-orang menyebut Kerajaan Peureulak adalah Mekkah, tempat berdirinya Islam.

Berawal dari Pho He la

Asal mula nama Peurelak diriwayatkan berasal dari nama pohon “Kayee Peureulak”. Jenis kayu dari pohon ini digunakan untuk pembuatan kapal/perahu. Karena banyaknya orang yang membutuhkan kayu tersebut untuk pembuatan kapal, maka nama Peureulak tersiar sampai keluar daerah itu. Orang menyebut daerah itu dengan sebutan Negeri Peureulak.

Para pelawat/pengembara dari manca negara pun singgah ke pelabuhan di daerah Kayee Peureulak. Dinamaialah pelabuhan itu sebagai Bandar Peureulak. Sejak itu Negeri Peureulak jadi terkenal, meski sistim pemerintahannya masih sangat sederhana, pada waktu itu Peureulak diperintah secara turun temurun oleh raja bergelah Meurah.

Sebelum Zaman Islam, semasih jaya-jayanya Kemaharajaan Parsia di bawah pimpinan para “Kisra” dari Dinasti Sassanid, seorang putera dari Istana Sassanid yang bernama “Pangeran Salman” meninggalkan tanah airnya menuju benua timur, mengikuti sebuah kapal-layar bersama para pedagang yang pergi berniaga ke Asia Tenggara dan Timur Jauh.

Kapal-layar yang membawa para pedagang Parsia dan Pangeran Salman, waktu melayari Selat malaka singgah di Bandar Jeumpa (Bireuen), dan setelah kapal tersebut berlayar kembali menuju Timur Jauh, ternyata Pangeran Salman tidak ikut lagi, dia tinggal di Negeri Jeumpa, mungkin sekali hati pangeran yang putih kuning dan tinggi semampai itu telah terpaut pada seorang dara dari Istana Jeumpa.

Hal itu menjadi kenyataan, setelah beberapa bulan kemudian Pangeran Salman telah diambil menjadi menantu oleh Meurah Negeri Jeumpa. Salman di kawinkan dengan puteri Istana Jeumpa yang berkulit “sawo matang” bernama Mayang Seludang.

Negeri Peureulak yang kaya dengan “kayei Peureulaknya” telah menarik Pangeran Salman bersama istrinya untuk merantau ke negeri yang terletak di sebelah timur Jeumpa itu. Dengan seizing mertuanya “Meurah Jeumpa”, Pangeran Salman dan isterinya Puteri Mayang Seludang berangkatlah ke Negeri Pereulak lak dengan sebuah perahu kepunyaan Negeri Jeumpa dengan diantar beberapa perahu lainnya, mungkin sekali Pengeran dari Parsia itu membawa juga sebuah surat pengenalan dari Meurah Jeumpa (mertuanya) kapada Meurah Negeri Peureulak.

Kedatangan Pangeran Salman dan istrerinya di Negeri Peureulak diterima dengan sambutan yang sangat baik sekali, bukan saja oleh rakyat Peureulak, bahkan juga oleh Meurah Peureulak dan para pembesar negeri lainnya. Hail ini, karena telah diketahui lebih dahulu bahwa Pangeran Salman adalah turunan dari Dinasti Sassanit yang memerintah kemaharajaan Parsia, sedangkan isterinya Puteri Mayang Seludang adalah puteri dari Meurah yang memerintah Negeri Jeumpa yang terletak desebelah barat Peureulak.

Bandar Peureulak yang ramai di singgahi kapal-kapal dagang yang datang dari timur dari barat, memikat hati Pengeran Salman dan isterinya, sehingga mereka mengambil keputusan untuk menetap di Bandar Peureulak, keputusan itu disambut gembira oleh Meurah dan rakyat Peureulak.

Ketika raja Peureulak mangkat, ia tidak punya putra sebagai penggantinya, maka rakyat Peureulak mengangkat Pengeran Salman sebagai Raja Peureulak yang baru. Setelah berada di bawah pimpinan Pangeran Salman, Negeri Peureulak bertambah maju dan para pedagang dari Parsia bertambah banyak datang serta mengadu untung di Bandar Peureulak yang tambah ramai.

Pangeran Salman yang telah menjadi Meurah Peureulak, mendapat empat orang putera dari isterinya Puteri Mayang Seludang yaitu, Syahir Nuwi, yang kemudian menggantikan ayahnya menjadi Meurah Peureulak. Syahir Tanwi (Puri), yang kemudian merantau ke negeri ibunya, Negeri Jeumpa, dan diangkat menjadi Meurah Negeri Jeumpa menggantikan kakeknya yang telah meninggal.

Syahir Puli, yang merantau jauh ke barat, dan di tempat tersebut dia diangkat oleh rakyat menjadi di daerah Pidie. Satu lagi Syahir Duli, yang setelah dewasa merantau ke barat paling ujung, dan karena kecakapannya maka di sana diangkat oleh rakyat menjadi Meurah Negeri Indra Purba (Aceh Besar sekarang).

Tapi riwayat lainnya, berdasarkan catatan lama Abu Ishaq Makarani Pase, dalam Risalah Idharul-Haq fi Mamlaka Peureulak, menggambarkan Peureulak sebagai bandar, pusat perdagangan yang sangat ramai pada tahun 173 Hijriah, atau tahun 800 Masehi. Karena itu pula Peureulak disebut sebagai salah satu kota peradaban tertua di Aceh.

Pada tahun tersebut, datang ke Peureulak sebuah rombongan pedagang, yang dipimpin oleh nakhoda Khalifah. Mereka merupakan saudagar-saudagar Arab, Persia dan India muslim. Mereka datang ke bandar Peureulak untuk membeli lada, salasari, dan berbagai rempah-rempah lainnya.

Setelah tiga bulan mengumpul rempah-rempah, mereka kemudian kembali ke negerinya. Tapi tak lama kemudian, saudagar-saudagar dari negeri Arab lainnya datang, setelah mengetahui asal barang yang dijual oleh nakhoda Khalifah dan rombongannya. Maka sejak itu pula Bandar Khalifah menjadi terkenal.

Seiring dengan itu pula, para pendatang dari Arab tersebut menyebarkan agama Islam di Peureulak. Islam semakin cepat berkembang, apalagi setelah Islam diterima oleh raja Peureulak. “Dua ratus dua puluh lima tahun, pada hari selasa, maka naiklah raja Sultan Marhum Alaiddin Maulana Abdul Aziz Syah Zillullah Fil Alam. Dan adalah lama dalam tahta kerajaan dua puluh empat tahun, maka ia pun meninggal pada hari Ahad, dua hari bulan Muharram pada waktu zuhur intaha kalam,” tulis Abu Ishaq Makarani Pase dalam risalah tersebut.

Untuk mengenang nakhoda Khalifah yang telah membuat bandar Peureulak terkenal sampai ke negeri Arab, maka ibu kota negeri pemerintahan Islam di Peureulak dinamai Bandar Khalifah.

Kisah lain menyebutkan pembuka pertama negeri Peureulak pada masa lalu, yang bernama maharaja Pho He La Syahril Nuwi. Mungkin nama Po He La pula yang menjadi asal-usul nama Peureulak. Sultan pertama yang dipilih oleh golongan ahlus sunnah wal jamaah di negeri Peureulak adalah Meurah Abdul Qadir Syah yang bergelar Sultan Machdum Ala’ldin Malik Abdul Qadir Syah Johan Berdaulat Zillull-lah Fil Alam.[iskandar ishak]

Para Sulthan Kerajaan Peureulak

Sulthan Aliaddin Sayed Maulana Abdul Aziz Syah (225-249 H)
Sulthan Alaiddin Maulana Abdurrahi Syah (249-258H)
Sulthan Sayed Maulana Abbas Syah (258-300 H)
Sulthan Alaiddin Sayed Maulana Ali Mughayat Syah (302-305 H)
Sulthan Maakhdum Alaiddin Malik Abdul Kadir Syah Johan Berdaulat (306-310 H)
Sulthan Alaiddin Malik Muhammad Amin Syah Johan Berdaulat (310-334 H)
Sulthan Makhdum Alaiddin Abdul Malik Syah Johan Berdaulat (334-361 H)
Sultahan Sayed maulana Mahmud Syah (365-377 H)
Sulthan Makhdum Alaiddin Malik Ibrahim Syah Johan Berdaulat (377-402 M)
Sulthan Makhdum Alaiddin Malik Mahmud Syah Johan Berdaulat (402-450 H)
Sulthan Makhdum Alaiddin Malik Mansyur Syah Johan Berdaulat (450-470 H)
Sulthan Makhdum Alaiddin Malik Abdullah Syah Johan Berdaulat (470-501 H)
Sulthan Makhdum Malik Ahmad Syah Johan Berdaulat (501-527 H)
Sulthan Makhdum Malik Mahmud Syah Johan Berdaulat (527-552 H),
Sulthan Makhdum Alaiddin Malik Usman Syah Johan Berdaulat (552-565 H)
Syah Johan Berdaulat Malik Mahammad Syah Johan Berdaulat (565-592 H)
Sulthan Makhdum Alaiddin Abdul Jalil Syah Johan Berdaulat (592-622 H)
Sulthan Makhdum Malik Malik Muhammad Amin Syah Johan Berdaulat (622-662 H)
Sulthan Makhdum Aliaddin Malik Abdul Aziz Syah Johan Berdaulat (662-692 H)

Sultan Alaidi Founder of Peureulak Kingdom

The Kingdom of Peuereulak is a kingdom that has had a high Tamaddun or culture like the existence of war. This kingdom by Sultan Alaidin Sayed Maulana Abdul Aziz Shah.
In the year 30 Hijri or 651 AD, Caliph Usman Bin Affan sent a delegation to China. The delegation then broke out in Aceh while introducing Islam. Since then the sailors and Muslim traders continue to arrive, then they buy the produce of earth while preaching. Then gradually the natives began to embrace Islam.

Peureulak Sultanate is the first Islamic kingdom in the archipelago even in Southeast Asia. This kingdom reigned in 840 to 1292 AD, now the region is included in the area of East Aceh Province of Aceh.

Peureulak is a Peureulak wood producing area, which is a well-known wood as the base material for shipbuilding. The result of Peureulak in strategic position with its abundant natural produce made Peureulak evolved as an advanced commercial port in the VIII century until the XII century. Thus, Peureulak develops and is often visited by ships from Arabia, Persia, Gujarat, Malacca, China and the entire archipelago of the archipelago.

The founder of the Peureulak sultanate is, Ali al-Imad Sayed Maulana Abdul Aziz Shah, who is descendant of the Arab preachers. Peureulak Kingdom was established on 1 Muharram 225 Hijri / 840 AD, then the kingdom of Mataram Hindu in Java is still victorious.

Sultan Aliadin Sayed Maulana Abdul Aziz Shah is the Son of Sayed Ali Al-Muktabar derived arab and Princess Makhdum Tansyuri from the Peureulak empire. Continuing Continuing Genre of Disnati Sayed Maulana Abdul Aziz ruled the reign of Peureulak (225-248) Hijriyah or (840-864) AD.

Sultan Aliadin Sayed Maulana Abdul Aziz Shah and his wife Princess Meurah Mahdum Khudawi are both founders of the first Islamic empire of Southeast Asia. Beliu ruling 1 Muharram 225 Hijriyah up to 249 Hijriyah is equal to 840-864 AD. Then beliu died in Gampong Bandar Khalifah, Bandrong, Peureulak Subdistrict, East Aceh Province of Aceh. At the time of Hindu glory, the first step made by Sultan Alaidin is to change the name of Bandar Peureulak Became the Caliph City.

Then in the year 956 AD / 362 Hijriyah, there was political tension between the Sunni and Shiite groups, but ended with the perdaiman so that the kingdom Peureulak pcah into two kingdoms. The first is the Peureulak Pesisir (Syiah-ed) Kingdom led by Sultan alaidin Sayed Maulana Abdul Aziz Shah (986-988) AD. Then the second is the Royal Peureulak Outback (Sunni-red) led by Sultan Makhdum Alaiddin Malik Ibrahim Shah of Sovereign sovereignty (986-1023) AD.

Then in 988 AD, the kingdom of Buhda Sriwijaya attacked the Peureulak empire. In the battle the Sultan Alaidin Sayed maulana Abdul Aziz Shah passed away.

The wisdom behind the Sriwijaya Buddhist kingdom raid, Peureulak reunited under the leadership of Sultan Makhdum Alaiddin Malki Ibrahim Syah Johan Sovereign. And the battle against the Sriwijaya Buddhist kingdom continued until 1006 AD.

The Kingdom of Peuereulak is a kingdom that has had a high Tamaddun or culture such as the existence of royal war, diplomatic relations abroad, economic prosperity and with the center of science that is Dayah or Zawiyah Cot Kala.

Then the international community supported peureulak as the first region of Islamic entry into Southeast Asia, which was discourse in the form of the construction of Southeast Asian Islamic Monument (Monisa). After the Peureulak Kingdom decline then in the 13th century wal end of Sumatra stands a new Islamic empire named Samudera Pasai under the leadership of Sulthan Malikus Saleh.

With the establishment of a new Islamic empire named Samudera Pasai under the leadership of Sulthan Malikus Saleh is why Pasai Ocean is often referred to as Madinah. While the people call the Peureulak Kingdom is Mecca, the place where Islam is founded.

It started with Pho He la

The origin of the Peurelak name is narrated from the name of the tree "Kayee Peureulak". This type of wood from this tree is used for boat / boat making. Because of the large number of people who need the wood for shipbuilding, the name Peureulak spreads out of the area. People call that area as Peureulak State.

The travelers / travelers from overseas even stop by to the port in Kayee Peureulak area. Named the port as Bandar Peureulak. Since then Peureulak State became famous, although the system of government is still very simple, at that time Peureulak ruled by generations by the king berth Meurah.

Before the Age of Islam, semasih glory-glory Raj Parsia under the "D'Andrea" Dynasty Sassanid, a son of the Palace Sassanid named "Prince Salman" left their homeland to the eastern continent, following a ship-screen with traders who go trade To Southeast Asia and the Far East.

Ship-screen that brought traders Parsia and Prince Salman, a cruise on the Strait of Malacca layover in Bandar JEUMPA (Bireuen), and after the ship sailed back to the Far East, it was Prince Salman did not participate anymore, he lived in the Negeri Jeumpa, maybe once liver The yellow and tall white prince had been attached to a virgin of the Jeumpa Palace.

It came true, after a few months later Prince Salman was taken into a son-in-law by Meurah Negeri Jeumpa. Salman was married to Princess of Jeumpa Palace, whose skin was "brown" named Mayang Seludang.

Peureulak country rich with "kayei Peureulaknya" has attracted Prince Salman with his wife to wander to the country located east of Jeumpa it. With permission from the law "Meurah JEUMPA", Prince Salman and his wife Princess Mayang sheath went to the Land of Pereulak lacquer with a boat belonging to Negeri Jeumpa to transfer some of the other boat, maybe once Pengeran of Parsia it brought also a letter of introduction from Meurah JEUMPA (law) kapada Meurah Negeri Peureulak.

The arrival of Prince Salman and his wife in the State of Peureulak was received with a very good reception, not only by Peureulak people, even by Meurah Peureulak and other dignitaries. Results of this, because it is known in advance that Prince Salman is a derivative of the imperial dynasty that ruled Sassanit Parsia, while Puteri Mayang sheath wife was the daughter of the ruling State Meurah JEUMPA located west desebelah Peureulak.

Peureulak bustling city singgahi merchant ships coming from the east is from the west, captivate Pengeran Salman and his wife, so they took the decision to settle in the city Peureulak, the decision was welcomed by the people Meurah and Peureulak.

When the king of Peureulak died, he had no son as his successor, Peureulak's people raised the Prince of Salman as the new King of Peureulak. After being under the leadership of Prince Salman, Peureulak Affairs progressed and traders from Parsia increased in number and made a fortune at the crowded Bandar Peureulak.

Prince Salman who has become Meurah Peureulak, got four sons from his wife Puteri Mayang Seludang, Shah Nuwi, who later succeeded her father to Meurah Peureulak. Syahir Tanwi (Puri), who then wandered into his mother country, Jeumpa Country, and appointed Meurah Jeumpa to replace his deceased grandfather.

Syahir Puli, who wandered away to the west, and in that place he was appointed by the people to be in the area Pidie. One more Dahir Syahir, who as an adult wandered to the west end, and because of his skill then there was appointed by the people to Meurah Negeri Indra Purba (Great Aceh now).

But other history, based on old records Makarani Abu Ishaq Pase, in Idharul Risalah fi Mamlaka Peureulak-Haq, described Peureulak as airports, trade centers were very crowded in the year 173 Hijri, or 800 BC. Therefore Peureulak is also called one of the oldest civilization cities in Aceh.

In that year, came to Peureulak a group of merchants, led by the captain of the Caliph. They are Arab, Persian and Indian Muslim merchants. They came to the town of Peureulak to buy pepper, salasari, and various other spices.

After three months of gathering spices, they then returned to their country. But not long after, the merchants of other Arab countries came, knowing the origin of the goods sold by the captain of the Caliph and his entourage. So since then also Bandar Khalifah became famous.

Along with that, the immigrants from the Arabs spread Islam in Peureulak. Islam grew faster, especially after Islam was accepted by the king of Peureulak. "Two hundred and twenty-five years, on a Tuesday, then rose the king of Sultan Marhum Alaiddin Maulana Abdul Aziz Shah Zillullah Fil Alam. And it is a long time in the royal throne of twenty-four years, so he died on Sunday, two days of the month of Muharram at the time of the Dhuhur intaha kalam, "Abu Ishaq Makarani Pase wrote in the treatise.

To commemorate the captain of the Caliph who had made the famous Peureulak city to the land of Arabs, the capital of the Islamic government in Peureulak was named Bandar Khalifah.

Another story mentions the first opening of Peureulak's country in the past, called the grandmother Pho He La Syahril Nuwi. Perhaps the name of Po He La is also the origin of the name Peureulak. The first Sultan elected by the Ahlus Sunnah wal group in the Peureulak country was Meurah Abdul Qadir Shah who was titled Sultan Machdum Ala'ldin Malik Abdul Qadir Syah Johan Sovereign Zillull was Fil Alam. [Iskandar ishak]

The Sulthan of the Peureulak Kingdom

Sulthan Aliaddin Sayed Maulana Abdul Aziz Shah (225-249 H)
Sulthan Alaiddin Maulana Abdurrahi Shah (249-258H)
Sulthan Sayed Maulana Abbas Shah (258-300 H)
Sulthan Alaiddin Sayed Maulana Ali Mughayat Shah (302-305 H)
Sulthan Maakhdum Alaiddin Malik Abdul Kadir Syah Johan Sovereign (306-310 H)
Sulthan Alaiddin Malik Muhammad Amin Syah Johan Sovereign (310-334 H)
Sulthan Makhdum Alaiddin Abdul Malik Syah Johan Sovereign (334-361 H)
Sultahan Sayed maulana Mahmud Shah (365-377 H)
Sulthan Makhdum Alaiddin Malik Ibrahim Syah Johan Sovereign (377-402 AD)
Sulthan Makhdum Alaiddin Malik Mahmud Syah Johan Sovereign (402-450 H)
Sulthan Makhdum Alaiddin Malik Mansyur Syah Johan Sovereign (450-470 H)
Sulthan Makhdum Alaiddin Malik Abdullah Syah Johan Sovereign (470-501 H)
Sulthan Makhdum Malik Ahmad Syah Johan Sovereign (501-527 H)
Sulthan Makhdum Malik Mahmud Syah Johan Sovereign (527-552 H),
Sulthan Makhdum Alaiddin Malik Usman Syah Johan Sovereign (552-565 H)
Syah Johan Sovereign Malik Mahammad Syah Johan Sovereign (565-592 H)
Sulthan Makhdum Alaiddin Abdul Jalil Syah Johan Sovereign (592-622 H)
Sulthan Makhdum Malik Malik Muhammad Amin Syah Johan Sovereign (622-662 H)
Sulthan Makhdum Aliaddin Malik Abdul Aziz Syah Johan Sovereign (662-692 H)
Makam Sultan Alaidin.jpg

Sort:  

Sempat baca di salah satu buku yang menceritakan tentang kesultanan peurlak, bahwa rombongan nahkoda khalifah adalah para rombongan yang melarikan diri dari kejaran kaum sunni.. Benar apa tidak ya...

Coin Marketplace

STEEM 0.20
TRX 0.12
JST 0.028
BTC 64252.58
ETH 3495.24
USDT 1.00
SBD 2.50