Makna dibalik Peci Hitam Bung Karno

in #indonesia6 years ago (edited)

Hari ini tepat 73 tahun yang lalu Indonesia merdeka, untuk memperingati hari bersejarah ini masyarakat Indonesia beramai-ramai menggelar berbagai kegiatan. Upacara kemerdekaan, lomba antar RT, hingga memasang umbul-umbul dengan ikhlas mereka lakukan, bahkan di salah satu daerah saya, di Margasari, Bojongkantong, Kota Banjar sepanjang jalan bukan hanya bendera, lampu LED berbagai macam warna mereka pasang. Sehingga ketika malam datang, suasana kemeriahan kemerdekaan begitu terasa. Bukan hanya itu, masyarakat dilingkungan saya sendiri begitu antusias memeriahkan hari ini, Drumband yang biasanya dimainkan oleh anak sekolah, kali ini dimainkan oleh ibu rumah tangga. Kebayangkan bagaimana serunya? Saya rasa di daerah kalian semua tak jauh beda.

Namun dibalik kemeriahan itu, hari ini kita diingatkan lagi dengan salah satu tokoh nasional, Sang Proklamator, Ir. Soekarno. Pada tanggal 17 Agustus 1945, tepat pukul 10.00 WIB, di Jalan Pegangsaan Timur No. 56, Bung Karno membacakan teks proklamasi.

Mengingat sosok Bung Karno, kita akan teringat dengan peci hitam miliknya. Dalam banyak kegiatan kenegaraan, baik di dalam negeri maupun internasional, ia tak pernah melepaskannya. Tak dipungkiri, Ir Soekarno adalah orang yang mempopulerkan peci Indonesia. Di masa penjajahan, Ir Soekarno mengenakan peci sebagai simbol pergerakan dan perlawanan terhadap penjajah. Dalam buku otobiografinya, Bung Karno bercerita bagaimana ia bertekad mengenakan peci sebagai lambang pergerakan. Lalu dari manakah asal ulus peci hitam ini?

Konon, peci merupakan rintisan dari Sunan Kalijaga. Pada mulanya beliau membuat mahkota khusus untuk Sultan Fatah yang diberi nama kuluk yang memiliki bantuk lebih sederhana dari pada mahkota ayahnya, Raja terakhir Majapahit Brawijaya V. Mahkota itu disebut Kuluk dan mirip kopiah, hanya ukurannya lebih besar. Hal itu agar sesuai ajaran Islam. Raja dan rakyat sama kedudukannya di hadapan Allah SWT. Hanya ketakwaan yang membedakan.

Dalam catatan lain, saat saya berselancar di internet, ada pula yang berpendapat Laksmana Ceng Ho yang membawa peci ke Indonesia. Peci berasal dari kata Pe (artinya delapan) dan Chi (artinya energi), sehingga arti peci itu sendiri merupakan alat untuk penutup bagian tubuh yang bisa memancarkan energinya ke delapan penjuru angin.

Dalam laman lain juga saya temukan, ada juga yang menyebutnya Songkok yang berarti "Kosong dari Mangkok." Artinya, hidup ini seperti mangkok yang kosong. Harus diisi dengan ilmu dan berkah. Sementara kata Kopiah berasal dari "Kosong karena Dipuah." Maknanya, kosong karena dibuang (di pyah). Apa yang dibuang? Kebodohan dan rasa iri hati serta dengki yang merupakan penyakit bawaan syaitan.

Dalam sebuah catatan Bung Karno pernah berkata,"Kita memerlukan sebuah simbol dari kepribadian Indonesia". sejak saat itu peci menjadi ciri khas di Nusantara, menjadi simbol orang melayu. Mulai saat, marilah kita tegakkan kepala kita dengan memakai peci ini sebagai lambang Indonesia Merdeka. Sudah seharusnya kita bangga dengan penutup kepala khas Nusantara ini. Presiden kita juga pake peci, masa kita tidak memakainya. Jadi, mulai sekarang kita tak perlu malu lagi memakai peci.

Langensari, 17 Agustus 2018

Dirgahayu RI ke-73, Merdeka!

Sort:  

kapan nambah Post atuuuh

putus harapan ya ora nambah post lagi...................lah ketinggalan sepur

Coin Marketplace

STEEM 0.17
TRX 0.15
JST 0.028
BTC 62205.55
ETH 2397.85
USDT 1.00
SBD 2.50