1000 Followers

in #indonesia6 years ago

Jepretan Layar 2018-05-04 pada 15.10.07.png

Ini kenorakan jilid dua setelah sebelumnya sempat membuat postingan euforia untuk 'merayakan' reputasi 55. Tulisan ini saya buat untuk merayakan jumlah pengikut (follower) yang hari ini, Jumat, 4 Mei 2018, tepat mencapai angka seribu. Ini memang bukan angka yang fantastis mengingat keberadaan saya di jagat Steemit ini sudah 273 hari. Itu artinya, rata-rata dalam sehari hanya tiga akun yang mengikuti akun saya @ihansunrise.

Ini adalah record pribadi, mengingat di medsos lainnya pengikut saya cuma terbilang ratusan hehehe. Itupun sudah terbilang lumayan karena saya memang nggak begitu aktif di sosmed. Jadi wajarlah ketika di medsos yang satu ini, dalam rentang waktu yang belum genap setahun sudah mencapai angka segitu, saya girang bukan kepalang.

Sejak pengikut di akun saya berada di atas angka sembilan ratusan, nyaris setiap hari saya pantau pergerakannya. Aduh, sudah seperti memantau grafik di Indodax saja deh. Ketika angkanya sudah di atas 990, nah itu, memantaunya sudah pakai deg degan yang luar biasa. Semalam, ketika angkanya 999, saya memandang lama sekali, refresh, refresh, refresh tapi angkanya tidak berubah-ubah juga. Siang ini, begitu bangun tidur yang sempat diwarnai mimpi main sepeda, ketika buka beranda blog Steemit eee... langsung terlihat angka 1000 followers. Yeaaayyyy happy!!!

Saat menuliskan ini tiba-tiba saja aku jadi teringat ceramah motivasi dari Maria Guntur Gunawan, pengusaha berlian asal Surabaya yang turut berhasil di dalam bisnis jaringan terbesar di dunia. Saat itu ia berbicara mengenai topik kebahagiaan tanpa syarat. Cerita berawal dari seorang perempuan yang memiliki rupa cantik, hidupnya penuh kebahagiaan karena memiliki harta dan pasangan ideal, taat beribadah, namun semuanya berubah ketika sang pasangan meninggal dunia.

Setelah lama menghilang dan tidak muncul di ibadah hari Minggu, tiba-tiba perempuan itu muncul dengan kondisi yang sangat berbalik. Kurus, kuyu, tak ada lagi sinar di matanya. Usut punya usut semua itu dipicu oleh kepergian suaminya. Bagi perempuan itu, suaminya adalah sumber kebahagiaan utama. Nah ketika suaminya meninggal ia merasa tak lagi punya sumber kebahagiaan, jadi tak lagi merasa perlu menjaga pola makan, tak lagi merasa penting menjaga diri, toh sumber kebahagiaanku sudah nggak ada, untuk apa aku hidup?

Begitulah. Ketika syarat untuk mendapatkan kebahagiaan terlalu mengikuti standar-standar yang berlaku, kata Bu Maria, kita justru sulit bahagia. Misalnya, saya akan bahagia kalau pasangan saya tidak merokok, saya akan bahagia kalau anak saya patuh, saya akan bahagia kalau bisa makan tiga kali sehari, saya akan bahagia kalau bisa posting satu hari satu tulisan, saya akan bahagia kalau tulisan saya banyak yang vote. Itu semua adalah contoh-contoh 'syarat' yang kita tetapkan dan bukan tak mungkin kita tetapkan tanpa sadar.

Lalu apa hubungannya cerita itu dengan aktivitas saya di Steemit? Sedikit kilas balik, saya tahu Steemit pertama kali dari @peradabandunia, kemudian mendapatkan informasi lebih banyak dari @rahmanovic, beruntungnya sejak awal Mira tak pernah 'mengiming-imingi' saya dengan berbagai keuntungan finansial yang bisa kita dapatkan di Steemit. Mira cuma bilang, kalau selama ini kita ngeblog di platform lain tanpa mendapatkan reward finansial, mengapa tidak coba menulis di Steemit. Siapa tahu Dewi Fortuna berpihak pada kita.

Kemudian saya menyelesaikan tahapan pendaftaran untuk mendapatkan akun Steemit, kemudian mulai menulis tanpa meninggalkan blog di Blogspot yang sudah lebih dari sepuluh tahun saya ampu. Mengikuti petuah Mira, saya menulis nyaris tanpa ekspektasi berlebih. Tak ada 'syarat' apa pun yang saya terapkan. Bahkan, ketika para pendatang baru memulainya dengan seri perkenalan, saya malah belum mengenalkan diri sampai sekarang.

Menulis ya menulis saja. Ketika dapat reward pertama saya bingung. Bingung-bingung senang. Tak ada kejar-kejar target harus membuat berapa tulisan sehari. Saya menulis untuk memanfaatkan waktu luang, menulis karena memang saya harus dan butuh menulis, dan ketika jerih itu datang sendiri, bahagia itu sungguhlah beda rasanya. Kebahagiaan yang tidak disyaratkan, kebahagiaan yang muncul tanpa diharap-harapkan, sungguh kebahagiaan yang tak terdefinisikan.[]

Sort:  

Luar biasa @ihansunrise
Termasuk aku ngak???

termasuk dong, Fatany....

Maksih makasih

Ceritanya menarik dek @ihansunrise. Kakak juga sangat bersemangat menekuni sosmed satu ini meskipun belum pernah menikmati hasilnya tapi senang aja dan semoga semuq harapan tercapai amin.

aminn....nikmati aja ya kan kak? insya Allah kalau fokus dan persisten, pasti ada hasilnya.

Saya pun seperti abg @ihansunrise suka menulis tapi entah betol dan salah tulis saya tidak tahu...karena gak ada yg koreksi

kalau domisili di banda aceh, ikut aja kelas FAMe setiap Rabu, kita belajar menulis bersama di sana...

Saya di aceh utara bg...rencana setelah puasa saya ojt/magang di serambi banda aceh namun sekarang belom ada surat balasan...insya allah nanti kalau diterima boleh lah ikut FaMe memang sudah sering dengar

Selamat.. selamat.. kapanlah pollower saya bisa segitu. Hehee.

minimal harus nunggu selama itu hahahahha

Heheihei..isenggg tekan unfollow aaahhhhhh

😝😝😝😝😝😝

tekan terussss tekannnnnnnn

Nyan bang yang keseribu lon follow. Ku kalon sineuk teuk galom seribu. Ku follow ju. Hahaha.

hahahhahaa maksih Nawan....kamu terbaiq dehhhh

wah, postinganya udah 4000

Coin Marketplace

STEEM 0.20
TRX 0.13
JST 0.030
BTC 65133.17
ETH 3480.37
USDT 1.00
SBD 2.52