Gedung Perundingan Linggarjati

Kuningan adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa Barat letaknya di bagian timur, berbatasan sebelah utara Cirebon, sebelah timur Brebes sebelah selatan Ciamis dan sebelah barat dengan Majalengka. Kuningan terkenal dengan banyak obyek wisata karena didukung potensi alamnya yang mendukung ada gunung dan perbukitannya. Berada di ketinggian 700 dpl hawa sejuk tentunya. Tidak kalah penting kalau sedang berada di Kuningan kunjungi obyek wisata sejarah Gedung Perundingan Linggarjati. Di sini bangsa Indonesia menentukan sikap untuk mengusir penjajah dari bumi Indonesia.

Tampak depan gedung perundingan Linggarjati

Secara geografis Gedung Perundingan Linggarjati berada di Desa Linggarjati, Kecamatan Cilimus, Kabupaten Kuningan Jawa Barat. Untuk menuju ke Gedung Perundingan Linggarjati cukup mudah, dari Kota Cirebon jarak 25 km ke arah Kota Kuningan. Sedangkan dari Kuningan berjarak sekitar 15 km ke arah Linggarjati. Kalau dari jakarta menuju Kuningan bisa menggunakan ruas jalan tol Cikampek dan tol Cikopo Palimanan.

Asal mula Gedung Linggarjati pada tahun 1918, berdiri bangunan gubug yang terletak di desa Linggarjati yang punya Jasitem. Menurut sejarah pada tahun 1921 seorang bangsa Belanda merombak menjadi bangunan semi permanen. Dengan seiring waktu bangunan tersebut dirubah menjadi bangunan hotel. Pada tanggal 11 sampai 13 novemver 1946, peristiwa sejarah diadakan perundingan antara pemerintah Indonesia dengan penerintah Belanda yang menghasilkan Naskah Persetujuan Lingarjati, sehingga gedung ini sering disebut Gedung Naskah Linggarjati.

Maket gedung Linggarjati

Pada tahun 1976 oleh Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan untuk dijadikan Museum MEMORIAL. Bangunan ini berdiri diatas tanah sekuas kurang lebih 1,99ha,luas bangunan 1052m2. Ruangan di gedung ini terdiri ruang sidang, ruang sekretaris, tempat tidur, ruang pertemuan presiden Soekarno dan Lord killearn, kamar mandi, ruang makan, gudang dan halaman yang luas.

Ruang duduk, kursi dan meja masih asli.

Dari sejarah, perundingan Linggarjati delegasi Indonesia dipimpin oleh Sultan Syahrir sebagai ketua dan dibantu tiga anggota. Delegasi Belanda dipimpin oleh Prof. Dr. Ir. Schermerhorn sebagai ketua dan tiga anggota, dan Negara Inggris sebagai Negara untuk menengahi jalannya perundingan dipimpin oleh Lord Killearn.

Ruang depan, papan informasi

Perjanjian Linggarjati resmi ditanda tangani pada tanggal 25 Maret 1947, di Istana Negara Jakarta. Pasca perjanjian Linggarjati, kedua negara tidak menjadi baik. Pada tanggal 19 desember 1948, Belanda melancarkan aksi militernya yang kedua. Tanggal 27 Desember 1949, Kerajaan Belanda menyerahkan kekuasaan kepada Indonesia.

Di Negara Belanda, RI diwakili oleh Bung Hatta, sedangkan di Jakarta diwakili Sultan Hamengku buwono IX. RIS (Republik Indonesia Serikat) terbentuk, Bung Karno terpilih sebagai Presiden pertama RIS. Tanggal 18 agustus 1950 RIS dinyatakan bubar dan kembali ke Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Ruang perundingan ditata dengan aslinya.

Miniatur perundingan.

Ruang makan

Pada setiap bulan Agustus halaman luar Gedung Perundingan Linggarjati dipakai untuk kegiatan Gebyar 10001 Merah Putih, dimaknai dengan berbeda suku berbeda budaya bendera tetap Merah Putih.