Hilangnya Rumah Tradisional Ureueng Aceh
Sulit menemukan rumah khas tradisional Aceh di zaman sekarang. Zaman ini seperti kembali pada zaman batu. Semua bangunan didirikan dengan bahan dasar batu dan pasir. Hal ini yang membuat khas bangunan tradisional terpinggirkan.
Rumoh Aceh adalah bangunan khas Aceh. Di daerah lain di Indonesia mungkin orang menyebutnya dengan rumah adat. Namun, Aceh tidak menamainya rumah adat, melainkan rumoh Aceh, yang maksudnya bangunan tradisional tempat tinggal orang Aceh.
Tidak diketahui secara pasti kapan dimulai arsitektur rumoh Aceh yang khas itu. Akan tetapi, bentuk bangunan rumoh Aceh hampir menyerupai rumah tradisional di daerah lain di Indonesia, yakni berbentuk panggung.
Ada filosofi tersendiri kenapa konstruksinya dibuat berbentuk panggung. Bagi orang Aceh, bentuk panggung ini merupakan bagian dari antisipasi atau penyelamatan, baik dari gangguan binatang buas maupun bencana alam yang datang tiba-tiba.
Bencana alam tersebut seperti banjir. Dengan ruang atau kolong yang besar di bawah rumah, tentu arus air leluasa berlalu sehingga kemungkinan tubuh badan rumah kecil sekali. Selain itu, kondisi lantai dasar rumah yang jaraknya berkisar 2,5 sampai 3 meter dari tanah membuat seisi rumah tetap nyaman jika ada banjir, kecuali banjir dahsyat seperti di zaman Nabi Nuh as.
Ada banyak filosofi lain dari pada rumah Aceh, mulai dari pemilihan warna sampai pada corak lainnya. Filosofi tersebut tidak lepas dari sendi-sendi keislaman. Oleh karena itu, posisi rumah Aceh selalu menghadap kiblat. Ini juga bagian dari filosofi keislaman ureueng Aceh.
Ironisnya, rumah-rumah tradisional ini sudah mulai terpinggirkan. Rumah-rumah orang Aceh sekarang sudah permanen dengan konstruksi dasar batu dan pasir. Jikapun mau melihat bentuk rumah tradisional Aceh, kita hanya bisa menikmati dalam bentuk museum, seperti rumoh Aceh di kompleks Museum Aceh Banda Aceh, rumoh Cut Nyak Dien di Aceh Besar, rumoh Cut Meutia di Aceh Utara. Semua beralih fungsi menjadi museum.
Di pelosok-pekosok mungkin masih ada rumah tradisional Aceh yang dijadikan tempat tinggal, tetapi kondisinya mulai tidak terawat. Dengan masuknya bentuk modern bangunan pada rumah-rumah orang Aceh, filosofi hidup masyarakat Aceh perlahan luntur.
Salam kearifan,
Herman RN
Karena rumput tetangga kebih hijau
hehehe... jangan lihat rumputnya, Pak.
Ada satu lg rumoh Aceh yg menarik kulihat, yaitu kantor Aceh Trend di Tibang. Klo di Montasik atau Indrapuri, masih ada bbrp rumoh Aceh ya, tp punya lama ya :D
Yups. Aceh trend keren.
Watee loen tuleh ttg rumoh aceh pernah di tamong dedek cheetaah. Cukop gram watee nyan
Mungken dek cheetah galak keu droen bang hahaha
buat lagi didatangi lagi hahhahahaha
Kl sekarang tdk sesuai kondisi jaman kali ya.. Rumah panggung dgn penggunaan tangga utk akses masuk utama sangat melelahkan, apalagi buat para org tua. Btw, foto2nya keren
Disesuaikan saja. Tangganya pakai lift saja hahaha
dapur rumoh Aceh juga dibuat di sebelah timur, supaya pembuangan asapnya jadi lancar, biar orang di dalam nggak buhuek hehehhe.....mungkin beralihnya orang ke rumah batu karena harga kayu sangat mahal ya....
Dapur hanya bagian tamahan dalam konstruksi rumoh Aceh. Ia bukan sebelah timur, melainkan utara atau selatan. Dapur sebelah timur itu berarti dapur yang dibuat langsung dalam seuramoe likot. Sebenarnya bukan dapur jika demikian.
Mantap bang. Cantik banget bang. Coba abang tulisakan dalam bahasa inggris. Karena postingan ini memiliki nilai budaya yang indah untuk diketahui orang luar negeri.
Terima kasih masukannya...