Mengenang Wafatnya Sang Proklamator Perjuangan Gerakan Aceh Merdeka
Besok harinya saya dan William Nessen minta izin khusus via Ustad Muzakkir untuk bertemu Wali. Kami ingin bicara bertiga saja, Wali, William Nessen dan saya. Izin diberikan dan kami ke apartment Wali.
Seperti biasanya, William Nessen atau Billy bercanda dengan siapa saja. Kali ini dengan Wali. Ternyata, Wali sangat enjoy dan tertawa2 dengan guyonan Billy. Dapat dimaklumi Wali hidup lama di Amerika sebagai intelektual dan business man. Beliau hidup dalam budaya Amerika yang elegant dan gallant. Kami berdiskusi tentang beberapa topik ringan dan beliau sangat menyenangkan. Yang membatasi hanya kemampuan verbal beliau akibat stroke yang dideritanya pada tahun 1997.
Beliau tanya saya kenapa saya juga kalau bicara kadang-kadang slurred. Saya bilang saya juga pernah kena stroke tahun 2008. Mendengar itu, Beliau langsung tertawa. Diskusi tentu menggunakan Bahasa Inggris sebab jika menggunakan Bahasa Endatu, Billy tidak paham. Ketika berbincang-bincang Wali suka memperlihatkan foto anak semata wayang Beliau, Abdul Kareem.
Menjelang pulang, setelah dua jam di rumah Wali, saya bertanya tentang kostum saya. Saya penasaran ingin tahu apa pandangan beliau tentang pakaian saya yang nyeleneh.
Paduka Yang Mulia, kata saya ketika saya hendak mulai bertanya (wajah Beliau kaku mendengar saya memanggilnya dgn PYM). Terpaksa saya kembali memanggil Beliau Wali.
Wali, kemaren dan hari ini saya tidak mengenakan jas dan dasi, kenapa Wali tidak memarahi saya sebagaimana Wali telah memarahi orang2 lain? Maaf Wali, ini pertanyaan personal.”
Wali menoleh cepat ke arah saya dan Billy tampak kesan Beliau tidak menyangka saya akan bertanya tentang itu. Akhirnya, Wali menjawab juga, singkat sekali tapi bikin saya bangga.
“Because you have this....” sambil Beliau memegang kepala sendiri.
KESAN yang dapat kami baca dari Sosok Wali:
- Wali sebenarnya tidak terlalu formil seperti anggapan teman2. Beliau rileks.
- Wali sebenarnya tidak suka di-agung2-kan terbukti ketika saya memanggilnya dgn sebutan PYM wajah Beliau berkerenyit.
- Wali kurang suka dipeluk2 dan cium pipi tapi lantaran sdh menjadi kebiasaan pasukannya begitu ya Beliau tidak menolak. Beliau lebih suka gentleman hand shaking seperti di Amerika.
- Wali tidak suka dikultuskan.
- Wali mementingkan kecerdasan. Beliau sangat cemas jika generasi muda Aceh tidak cerdas. Kepada pasukan Aceh di Libya Beliau dulu sering berujar, “Adak meujeut taplah ulee jih ta gantoe utak dgn utak laen yang jroh.”
- Wali rindu sekali dengan anaknya, Abdul Kareem.
Demikianlah sekelumit memory saya dan William Nessen tentang sosok Allah Yarham Teungku Hasan Muhammad di Tiro. Mungkin kesan itu dialami secara berbeda oleh orang yang berbeda pula. Tapi seperti itulah kesan yang kami dapat.
Sekarang, dalam memperingati hari wafat Beliau mari kita mengirim AL-Fatihah.
Saleum Meutaloe Syedara @hermanlc
nice, upvoted