Hampar Pelajaran yang Berkitar-Kitar di Beranda Kehidupan
Kita harus menjalani sebuah pengembaraan panjang untuk melihat segala keadaan. Menemukan sisip selip iktibar yang dilimpahkan semesta raya ini untuk dijadikan bahan belajar. Pasang tatap dan dengar sebaik kemampuan. Temukan kenyataan.
Saya pernah melihat seseorang dianggap pemenang setelah berhasil merubuhkan lawannya di padang tarung. Seketika, ia disegani oleh banyak orang. Segala baya. Dari itu ia mulai merasa diri sangat perkasa. Jumawalah ia. Tak dihargainya siapa pun. Merasa kuasa.
Dia telah jadi pemenang lupa diri. Pelan-pelan keseganan orang berubah menjadi benci. Bersama-sama mereka mencari dukun sakti. Suatu ketika, sang juara mulai merasa beberapa bagian tubuhnya nyeri. Tak lama, di bagian-bagian itu muncul bintik. Dicungkil, berdarah. Pelan menjadi luka bernanah. Pelan tubuhnya anyir. Harga dirinya punah. Ia mati. Hampir tak ada yang bersedia menyiapkan tubuhnya menyatu dengan tanah lagi.
Saya pernah melihat seseorang dianggap hebat setelah berhasil mengusir pemuda lata dari kerumun kuasanya. Ia merasa bangga. Konon lagi si pemuda dulunya dianggap cenderung berbahaya bagi siapa saja. Dia telah dianggap pahlawan di kaum sepahamnya.
Atas keberhasilan pengusiran itu dia membuat kenduri minum kopi dengan beberapa sekutu. Berbulan-bulan mereka puas tak puas menceritakan keberhasilan itu. Nun di sudut jauh si pemuda lata segera menyiapkan diri. Menjaga nyala semangat agar tak pernah mati. Sekarang, pemuda itu sudah tegak teguh di atas jalan yang ia tempuh. Tapi di sudut sana, ia lihat para pengusir pelan-pelan lumpuh.
Kejayaan masa silam selalu menjadi senjata di mulut mereka sehingga mereka lupa pada masa sekarang mereka sudah tak memiliki sesiapa tak punya suatu apa. Terlalu banyak orang yang mereka takuti yang mereka paksa pergi. Orang-orang itu telah bersiap melubangi tubuh mereka di kanan kiri.
Saya pernah melihat seekor buaya hendak menjadi raja di rimba. Ia mati diamuk sekumpulan bison. Tak butuh waktu lama.
Saya pernah melihat seorang lelaki putus asa taraf parah sekali. Sehingga ia hendak bunuh diri. Pada menjelang kematiannya ia hendak mencelakai seorang yang dibenci. Yang dibenci menghindar dari tusukan, pisau berbalik ke perut lelaki putus asa ini. Ia mati sedikit lebih terhormat dari rencana awal. Mati dikalahkan lawan.
Saya melihat seorang yang mengaku diri sebagai ksatria beringas, perkasa, dan mahsyur menangis pilu setelah digertak istrinya sebab ia lupa membeli sayur. Juga seorang pemuda lemah pendiam yang entah bagaimana ditakdirkan semesta menjadi idola. Dicintai banyak orang atas karya-karya sederhana yang ia hasilkan dalam kesendirian dan keterkucilan masa lalunya.
Saya menyaksikan banyak kebencian, pengkhianatan, kehormatan yang pupus dan abadi, kejahatan yang tak terperi, kebaikan tanpa pamrih, pekerja keras, pemalas tingkat sufi. Saya melihat betapa Tuhan tidak membuat sesuatu yang sia-sia di dunia ini. Bahwa semua yang terjadi adalah ilmu yang habis tak habis harus kita pelajari.
Upvote
Terima kasih, bang @afeed.
Banyak sekali maknanya. Thank you, der!
Bek that kapateh, Ras. 😂😂
"Menangis pilu setelah digertak istrinya sebab ia lupa membeli sayur"
Itulah bagian yang sangat disayangkan bagi kaum lelaki. Di mana jiwa perkasanya? Padahal bak ksatria. Kemana ia pertaruhkan jiwa perkasanya, Bang @gulistan? :D
Apa macam itu orang, Ali? Derita panjang. 😂😂😂
Macam aja itu orang, Abang. Kasihan lihatnya. Dikenyataannya ada kayak gitu kira-kira, Abang?
Tulisan yang bagus,,
saya sangat suka membaca tulisanmu bg @gulistan.. good post...👍👍
Saya suka jika dibaca. Terima kasih sudah membacanya, @fadhielshaqieer. 😂😂
Apalah harta dan kuasa, mati pun tak membawa apa-apa selain dosa dan pahala, itu pun kalau diterima.
Segala akan fana. Kebaikan abadi dibawa. Itulah mengapa harus berkarya dengan baik kan, mbak @mariska.lubis?