Lagenda Tapaktuan (The lagend of Big Foot)

in #indonesia6 years ago


Tapak tuan merupakan ibu kota Aceh Selatan. Kota ini terletak sekitar 500 kilometer dari ibu kota Aceh, Banda Aceh. Dulu di sana hidup seorang pertapa sakti bertubuh raksasa yang sangat taat kepada Allah yaitu Syech Tuan Tapa namanya. Suatu hari, ada dua naga dari negeri China menemukan seorang bayi terapung di tengah laut. Mereka kemudian menyelamatkan bayi itu dan merawatnya hingga tumbuh dewasa.

Beberapa tahun kemudian, kedua orangtua bayi yang menjadi raja dan permaisuri di Kerajaan Asralanoka mengetahui keberadaan putri mereka. Raja meminta kembali buah hatinya pada kedua naga. Permintaan itu ditolak. Tanpa pikir panjang, raja membawa lari putrinya naik ke dalam kapal.
Kedua naga marah dan mengejar raja hingga terjadi pertempuran di tengah laut. Hal itu menyebabkan persemedian Tuan Tapa terusik.

Tuan Tapa lalu keluar dari gunung tempat ia bertapa dan melangkah ke sebuah gunung. Saat berdiri di puncak gunung, Pada saat Tuan Tapa hendak melontarkan tubuh ke arena pertempuran, beliau meninggalkan jejak kaki yang membekas sampai sekarang. Tuan Tapa berhasil membunuh kedua naga dengan menggunakan tongkat. Saat itu, niat Tuan Tapa untuk menyelamatkan bayi yang telah menjadi seorang putri. Ternyata, maksud baik Tuan Tapa membuat kedua naga marah besar sehingga terjadi pertempuran.

Singkat cerita, pertarungan itu dimenangkan oleh Tuan Tapa. Sang putri pun kembali ke pelukan raja dan permaisuri. Tapi keduanya tidak kembali lagi ke kerajaan dan memilih menetap di Aceh.

Tak lama berselang setelah kejadian itu, Syech Tuan Tapa menghilang di sebuah lokasi. Oleh masyarakat Tapaktuan, lokasi tersebut diyakini sebagai makam Tuan Tapa. Letaknya di depan Masjid Tuo di Kelurahan Padang, Kecamatan Tapaktuan. Hingga kini, makam tersebut masih ramai dikunjungi.

Selain tapak raksasa, tak jauh dari sana juga terdapat batu di tengah laut yang diyakini sebagai kopiah Tuan Tapa yang kini sudah menjadi batu. Kopiah itu terlepas saat pertarungan terjadi. Tongkat yang sudah menjadi batu pun ada di sana.

Berjarak lima kilometer dari lokasi tapak, ada karang berbentuk hati di Desa Batu Itam dan sisik naga di Desa Batu Merah. Menurut cerita, bekas potongan tubuh naga jantan yang kalah bertarung. Ada juga karang berbentuk layar kapal di Pantai Batu Berlayar, Desa Damar Tutong, Kecamatan Samadua, Aceh Selatan, yang terletak sekitar 20 kilometer dari tapak kaki raksasa. Konon karang itu sisa kapal raja dan permaisuri Kerajaan Asralanoka yang hancur ketika pertempuran.

(English Version)

Tapak tuan is the capital of South Aceh. The city is located about 500 kilometers from the capital city of Aceh, Banda Aceh. In the past there lived a great hermit who was very obedient to God that is Syech Tuan Tapa his name. One day, two dragons from China found a baby floating in the middle of the sea. They then rescue the baby and take care of him until he grows up.

A few years later, the two infant parents who became kings and queens in the kingdom of Asralanoka knew of their daughter's whereabouts. The king asks back his baby on both dragons. The request was rejected. Without thinking, the king took his daughter's run up into the ship.
Both dragons were angry and chased the king until there was a battle in the middle of the sea. It caused tuan Tapa's disruption.

Tuan Tapa then came out of the mountain where he was imprisoned and stepped onto a mountain. When standing on a mountain top, As Tuan Tapa was about to throw himself into the battlefield, he left an imprinting footprint until now. Tuan Tapa manages to kill both dragons with a stick. At that time, Tuan Tapa intention was to save the baby who had become a princess. Apparently, Tuan Tapa's good intentions made both dragons so angry that there was a battle.

Long story short, the fight was won by Tuan Tapa. The princess returned to the arms of the king and empress. But both did not return to the kingdom and chose to settle in Aceh.

Not long after that incident, Syech Tuan Tapa disappeared in a location. By Tapaktuan community, the location is believed to be Tuan Tapa's grave. Located in front of Tuo Mosque in Padang Village, Tapaktuan Sub-district. Until now, the tomb is still crowded to visit.

In addition to the giant tread, not far from there there is also a rock in the middle of the sea which is believed to be a hat Tuan Tapa who has now become a stone. The hat was released during the fight. The wand was there.

Located five kilometers from the site site, there is a heart-shaped coral in Batu Itam Village and a dragon weigh in Batu Merah Village. According to the story, the remains of the missing man's dragon. There are also ship-shaped coral reefs at Batu Berlayar Beach, Damar Tutong Village, Samadua Subdistrict, South Aceh, located about 20 kilometers from the giant site. It is said that the stone was the remains of the king's ship and the emperor of the Asralanoka Empire that was destroyed during the battle.

Sort:  

Saleum dari Lhok :D

saleum dari kota naga ;)

Congratulations @fadhli05! You received a personal award!

Happy Birthday! - You are on the Steem blockchain for 1 year!

Click here to view your Board

Support SteemitBoard's project! Vote for its witness and get one more award!

Congratulations @fadhli05! You received a personal award!

Happy Birthday! - You are on the Steem blockchain for 2 years!

You can view your badges on your Steem Board and compare to others on the Steem Ranking

Vote for @Steemitboard as a witness to get one more award and increased upvotes!

Coin Marketplace

STEEM 0.20
TRX 0.12
JST 0.028
BTC 64118.76
ETH 3519.69
USDT 1.00
SBD 2.55