Review Seri Acehnologi Vol. II (Studi Religi Aceh)

in #indonesia7 years ago

Penulis dalam bab ini langsung membukanya dengan pembahasan mengenai penggunaan kata "agama", yang menurut beliau kata ini merupakan istilah yang berkaitan dengan keyakinan Hindu, sehingga kata 'agama' tidak cocok disandingkan dengan Islam. Beliau berpendapat orang yang menyandingkan kata agama-Islam, maka orang tersebut layaknya memiliki dua keyakinan yakni Hindu dan Islam. Oleh sebab itu ketika beliau ditanya mengenai apa agamanya ? beliau dengan tegas menjawab saya tidak beragama, tetapi saya berislam.

Pemahaman penulis diatas dapat kita terima jika kita memahami dalam perspektif semantik, karena pengucapan "agama Islam" menurut beliau memiliki dampak teologis. Dari sini kemudian saya berfikir, bisa jadi judul bab "Studi Religi Aceh" yang dicetus oleh penulis bisa jadi beranjak dari pemahaman diatas. Jika tidak, mungkin saja judulnya akan seperti ini "Studi Agama Aceh" (mungkin saja). Mengingat arah pembahasan pada bab ini tidak lain adalah Islamologi.

Disini penulis juga mengatakan bahwa beliau cenderung lebih suka menggunakan kata din ketimbang agama dalam studi Acehnologi.

Selanjutnya, dalam bab ini dapat kita ketahui bersama bahwasanya prinsip-prinsip kehidupan masyarakat Aceh berlandaskan pada Islam. Itu sebabnya dalam mengkaji dan mendiskusikan Aceh, maka tidak terlepas dengan kajian tentang Islam disini.

Dalam fakta sejarah, bisa kita lihat bahwa proses Islamisasi Aceh bukanlah hasil dari peperangan, melainkan yang dibawa dari ulama sekaligus pedagang, itu sebabnya Islamisai terhadapa kawasan Aceh tidak mewarisi dendam.

Dikatakan juga bahwa mengapa masyarakat Aceh begitu mudah menerima Islam sebagai keyakinan baru bagi mereka, Dalam artian mengapa proses Islamisasi di Aceh begitu mudah, sedangkan yang kita ketahui bersama bahwa Islamisasi di Pulau Jawa memakan waktu bertahun-tahun.

shalat-tarawih-di-masjid-raya-baiturrahman_20150618_160849.jpg
Source: Tribunnews

Singkatanya untuk menjawab persoalan diatas, Azyumardi Azra menuturkan bahwa tegaknya institusi Politik Muslim bermula dari konversi penguasa lokal kedalam Islam, yang diikuti oleh para elite istana yang selanjutnya disusuli oleh rakyat.

Dengan begitu hemat saya, bahwa dengan adanya kerajaan-kerajaan Islam di daerah pesisir yang meliputi kedatangan para orang-orang mulia (ulama) inilah yang menjadi akibat proses islamisai di Aceh begitu mudah diterima secara damai.

Tentu saja dalam proses tersebut, para pedagang, penguasa dan ulama telah membentuk suatu komunitas politik yang tak terlepas dari hasrat religius. Tiga hal inilah yaitu, dagang, kekuasaan dan religi yang memudahkan proses Islamisasi berjalan damai dikalangan masyarakat Aceh.

Selanjutnya dalam cakupan pembahasan Islamologi yang berarti kajian tentang Islam. Hampir semua kawasan Aceh dikelilingi oleh lembaga-lembaga studi Islam, seperti dominan dayah dalam hal ini, dan ada juga madrasah dan perguruan tinggi yang berbasisIslam, jadi tidak heran bahwa pusat kesadaran orang Aceh akan Islam adalah ilmu pengetahuan.

Namun fenomena yang kita lihat sekarang, banyak dari peserta didik yang mulanya menempuh jenjang pendidikan studi Islam, tapi ketika memasuki PT jurusan yang diminati justru yang berbau kepada arah materialis bukan kepada arah yang menciptakan seorang "pemikir" khususnya dalam ranah keislaman.

Untuk itu penulis buku ini berharap kepada generasi muda, untuk bisa mengisi lapangan pemikiran ketimbang mementingkan lapangan pekerjaan yang bersifat materialis. Hal ini supaya para generasi muda mampu menghadapi berbagai dinamika pemikiran dalam studi Islam.

Hemat saya, penggalan kata yang manarik menurut saya dari penulis yang harus kita pertimbangkan kembali agar Islamologi di Aceh tetap berada dalam jalurnya adalah jangan sampai kita menjadi salah satu tenaga siap kerja, melainkan tenaga siap untuk berpikir kerja. Inilah yang agaknya harus mulai dipertimbangkan lagi oleh generasi muda dalam menentukan pilihan masa depan yang dapat menjadi seorang pemikir terhadap studi Islam bukan hanya menargetkan marterial semata.

uang copy.jpg
Source: Link

Coin Marketplace

STEEM 0.22
TRX 0.27
JST 0.041
BTC 104664.06
ETH 3858.84
SBD 3.32